Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat 20 Beserta Dalil Aqli dan Dalil Naqli

Penjelasan Lengkap Sifat 20 Beserta Dalil Aqli dan Dalil Naqli

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Pembahasan mengenai sifat-sifat Allah adalah tindak lanjut dari rukun iman yang pertama yaitu iman kepada Allah. Adapun sifat-sifat Allah yang kita kenal dengan sifat 20 adalah hasil ijtihad ulama salaf, pelopornya adalah Imam Abu Hasan Al-'asyari dalam rangka menyelamatkan aqidah dari pemikiran orang-orang dari golongan ahli falsafah, kaum mujazimah dan kaum khowarij yang menyamakan keberadaan Allah layaknya makhluq.

Abu Hasan Al Asy'ari adalah cendikiawan muslim yang keilmuannya diakui oleh Ulama sedunia khususnya di kalangan ulama ahlu sunah waljama'ah karena kepandaiannya di dalam menyelesaikan permasalahan di tengah-tengah Umat dan beliau juga merupakan cucu dari Abu Musa Al Asy'ari yakni sahabat Nabi yang namanya disebut-sebut di berbagai kitab shohih, Abu Musa menjadi bagian dari rangkaian sanad periwayat hadits.

Hasil pemikiran beliau sangat berjasa dalam menepis pemahaman orang-orang ahli falsafat dan kaum khowarij yang mengartikan keberadaan tuhan layaknya makhluq, mereka salah menafsirkan ayat-ayat mutasabihat yang ada dalam Al-qur’an sehingga melenceng dari garis ahlu sunnah waljama’ah. 

Hasil pemikiran beliau juga sangat membantu umat Islam dalam usaha mengenal Allah, salah-satunya yaitu dengan mengenal sifat-sifat-Nya dalam rangka memenuhi rukun iman, terutama iman kepada Allah

Iman adalah rasa, bukan hanya dibenarkan oleh ucapan, tanpa adanya rasa maka ucapan takan sesuai dengan perbuatan yang lebih cenderung melakukan kelalaian dan penyimpangan-penyimpangan dalam aqidah, seolah tak merasa diciptakan oleh Allah, diatur oleh Allah, diperhatikan oleh Allah, didengar oleh Allah dan dikuasai oleh Allah. 

Tijan Ad Darori


Wajib Syar'i Mengenal Sifat 20

Wajib bagi setiap mukalaf mengetahui terhadap perkara yang wajib pada haqnya Allah Ta'ala juga terhadap perkara yang mustahil dan perkara yang jaiz.

Maksud wajib di sini adalah wajib menurut hukum syara' yang artinya pahala bagi setiap mukalaf yang mengimani sifat-sifat yang haq pada dzatnya Allah Ta'ala dan berdosa bagi setiap mukalaf yang tidak mengimaninya yakni mendapat siksa dari Allah.

Mengetahui sifat-sifat Allah itu wajib hukumnya menurut syara' karena seseorang tidak bisa dikatakan beriman jika orang tersebut belum mengenal Allah.

Seperti percayanya seseorang kepada oranglain karena sudah mengenal, karena tidak mungkin seseorang percaya begitu saja kepada oranglain dan tidaklah waras jika seseorang mengaku kenal tapi tidak mengetahui sifat apalagi namanya.

Maka tidak syah imannya seseorang yang tidak mengenal Allah, tidak syah syahadatnya seseorang tetapi dihatinya tidak mengenal Allah karena bukan hal mustahil orang tersebut terjerumus kedalam kekufuran. Bersyahadat tapi mengakui ada tuhan yang lain selain Allah dan menyandarkan segala sesuatu kepada selain Allah sehingga menjadi sebab tertolaklnya ibadah karena syarat syahnya iman yaitu dengan mengenal (ma'rifat) Allah.


Dalil Mengenal Allah

Adapun dalil ma'rifat (mengenal) kepada Allah diantaranya yaitu Al Qur-an surat Ali Imron ayat 190:

إِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ 

لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal."

Keimanan yang tumbuh subur di dalam qolbu bukan didapat karena hasil ikut-ikutan berdasarkan garis keturunan maupun lingkungan karena seorang muslim tidak dipandang keimanannya oleh Allah dari perkataan atau menurut data dari KTP, tapi dengan ikhtiar akal dan perbuatan kemudian timbul lah rasa takjub dan rasa syukur kepada Allah dengan jalan taqwa, keyakinan yang sesuai dengan ucapan dan perbuatan (qolbi, qouli dan fi'li).


Cara Mengenal Allah.

Di dalam pemahaman Islam Ahlu Sunah wal Jama'ah cara mengenal Allah sebenarnya telah dirinci dan dijelaskan secara khusus oleh Ulama ahli tashowuf melalui metode thoriqoh dengan sanad ilmu yang tasalsul dan jelas hingga tersambung sampai kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Untuk pembahasan umum cara mengenal Allah yaitu dengan mengenali ciptaan-Nya, sifat-sifat-Nya dan asma-Nya yang seharusnya sudah akrab di telinga kita karena dulu pendidikan tauhid sudah ditanamkan pada anak-anak, baik di Madrasah maupun majelis ilmu lainnya dengan menghafal sifat 20 meskipun kita tak sempat mengkaji lebih mendalam tentang 20 sifat yang haq pada Dzat Allah karena berbagai alasan.


Dalil Aqli Tentang 20 Sifat yang Haq Pada Dzat Allah

Dalil aqli yaitu pendapat menurut akal. Sifat dua puluh adalah hasil ijtihad ulama ahli tauhid yang mengambil sumber dari Al Qur-an dan Hadits seperti 99 nama-nama Allah yang disebutkan di dalam hadits yang di dalamnya ada sifat-sifat uluhiyah.

Akal adalah bagian dari anggota tubuh manusia selain panca indera yang digunakan sebagai alat untuk menemukan sifat-sifat yang ada pada makhluq seperti tinggi, rendah, panas, dingin, kasar, halus, wangi, bau dan sebagainya. Sedangkan yang ditemukan akal adalah perkara-perkara yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera seperti, bahagia, sedih, pintar, bodoh dan sebagainya.

Adanya sifat-sifat yang haq pada dzat Allah adalah akal yang menemukan sebagai bagian dari proses mengenal tuhan. Menurut akal harus ada Dzat yang menciptakan alam jagat raya ini karena mustahil segala sesuatu yang wujud tanpa adanya yang mengadakan dan menciptakan, maka akal lah yang mencari dengan mengambil dalil-dalil yang tertulis di Al Qur-an dan Hadits.

Ketika ada sesuatu yang dianggap tuhan selain Allah, maka akal akan menilai dan berhujah tentang syarat-syarat yang harus sesuai dengan sifat-sifat yang ada pada Dzat Allah, kemudian qolbu membenarkan bahwa tak ada tuhan yang haq untuk disembah kecuali Allah.


20 Sifat yang Wajib Diketahui 

Adapun duapuluh sifat yang wajib diketahui oleh tiap-tiap mukalaf yaitu:

  1. Wujud.
  2. Qidam.
  3. Baqo.
  4. Mukholafatu Lilhawaditsi.
  5. Qiyamuhu Binafsihi.
  6. Wahdaniyah.
  7. Qudroh.
  8. Irodah.
  9. 'Ilmu.
  10. Hayat.
  11. Sama'.
  12. Bashor.
  13. Kalam.
  14. Kaunuhu Qodiron.
  15. Kaunuhj Murdan.
  16. Kaunuhu 'Aliman.
  17. Kaunuhu Hayan.
  18. Kaunuhu Sami'an.
  19. Kaunuhu Bashiron.
  20. Kaunuhu Mutakaliman.

Sifat dua puluh ini dibagi menjadi empat, diantaranya adalah sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma'ani dan sifat ma'nawi.


A. Sifat Nafsiyah.

Sifat nafsiyah adalah sifat hal yang tetap pada dzat selagi kekal dzat tersebut dan tidak disebabkan oleh sesuatu apapun, dalam artian sifat ini hanya menunjuk kepada dzat Allah saja, tidak menunjukan kepada yang lain, sehingga sifat nafsiyah ini hanya memiliki satu sifat saja yaitu sifat wujud yang artinya ada dan keberadaan Allah tidak disebabkan oleh sesuatu apapun.


B. Sifat Salbiyah.

Sifat salbiyah adalah ibaroh dari penyangkalan terhadap sesuatu yang tidak pantas bagi Allah, dengan kata lain sifat salbiyah ini adalah sifat yang menolak sifat-sifat yang tidak pantas bagi Allah S.W.T. Yang termasuk kedalam sifat salbiyah diantaranya adalah sifat qidam, baqo, mukholafatu lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah.

C. Sifat Ma’ani.

Sifat ma'ani adalah setiap sifat yang maujud yang ada pada dzat yang maujud mewajibkan dzat persifat satu hukum yaitu sifat ma'nawi, yang artinya sifat ma'ani ini adalah sifat yang keberadaannya memang ada (wujudiyah), maksudnya adalah sifat ma'ani ini memang ada dan jika sekiranya Allah berkehedak menyingkap hijab (penghalang) yang menghalangi penglihatan dan pendengaran kita maka sungguh sifat-sifat ini bisa dilihat atau didengar. Lazimnya sifat ma'ani ini disebut sifat ma'nawi dan setiap satu sifat ma'ani pasti disertai oleh satu sifat ma'nawi.

Adapun sifat ma’ani ini terdiri dari tujuh sifat yang tetap ada pada Dzat Allah Ta’ala, diantaranya yaitu sifat qudroh, irodah, ilmu, hayat, sama', bashor dan kalam.


D. Sifat Ma’nawi.

Sifat Ma’nawi adalah perkara-perkara sebangsa i’tibar bukanlah perkara wujudiyah yang bisa disebut ada, karena sudah tentu yang ada itu adalah dzat dan sifat ma’ani-Nya, juga bukan sifat sebangsa ‘adamiyah yang bisa disebut perkara yang tidak ada karena selama ada sifat ma’ani pada dzat Allah, maka lazim ada sebutan ma’nawiyah-Nya. Sifat ma’nawiyah adalah sifat yang menetap pada sifat ma’ani.

Adapun sifat Ma’nawi ini terdiri dari tujuh sifat yang merupakan sifat yang menetap pada sifat ma’ani diantaranya yaitu sifat kaunuhu qodiron, kaunuhu muridan, kaunuhu 'aliman, kaunuhu hayan, kaunuhu sami'an, kaunuhu bashiron, dan kaunuhu mutakaliman.

Setelah diketahui pembagian sifat-sifatnya, maka selanjutnya kita akan mengupas satu-persatu dari duapuluh sifat yang sudah disebutkan di atas yang dimulai dari sifat wujud.


Sifat Wujud.

Wajib pada hak-Nya Allah S.W.T. mempunyai sifat wujud yang artinya ada dan lawan (sifat mustahil) dari sifat wujud yaitu 'adam yang artinya tidak ada.

Dalil Aqli Sifat Wujud

Dalil aqlinya (dalil menurut aqal) adalah adanya alam jagat raya ini beserta isinya termasuk kita di dalamnya tidak mungkin ada dengan sendirinya akan tetapi pasti ada yang menciptakan. Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

Wajib di sini bukan wajib menurut hukum syara' tetapi wajib menurut hukum akal. Seperti yang kita ketahui bahwa wajib menurut hukum syara' adalah suatu perkara yang jika kita kerjakan mendapat pahala sedangkan jika ditinggalkan mendapat siksa. Berbeda menurut hukum akal, wajib menurut akal adalah sesuatu yang tidak mungkin tidak adanya.


Dalil Naqli dan Pandangan Hukum Syara' Terhadap Hukum Akal Tentang Sifat Wujud

Pandangan hukum syara' terhadap hukum akal tentang sifat wujudnya Allah adalah sebagai berikut :

  1. Hukum syara' mewajibkan bagi mukalaf untuk menekadkan sifat wujudnya Allah dengan resiko mendapat pahala bagi yang menekadkankannya dan siksa bagi yang tidak menekadkannya, dengan begitu maka terpenuhilah syarat syahnya iman, jadi syah iman seseorang jika menekadkan bahwa Allah itu ada (wujud), sebagaimana hukum syara memerintahkan kepada semua mukalaf, فعلم انّه لا اله الا الله "maka ketahuilah (ma'rifatkan) sesungguhnya tiada tuhan (yang maujud yang berhaq disembah) selain Allah."
  2. Hukum syara' membenarkan pendapat hukum akal bahwa Allah memiliki sifat wujud sesuai dalil naqli yang disebutkan dalam Al-qur'an surat Ar-ro'du ayat 16. "Katakan (wahai Muhamad) siapakah tuhan yang menciptakan langit dan bumi? Katakan (wahai Muhamad) Allah (yang menciptakan langit dan bumi)... katakanlah Allah adalah pencipta segala sesuatu dan dialah tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."

Sifat wujudnya Allah adalah haqnya Allah bukan disebabkan oleh sesuatu (makhluq). Ada atau tidak adanya makhluq, Allah tetap ada (sejatinya ada) dan bukan karena ditetapkan oleh akal atau kaul ulama. Akal hanya mencari dan menemukan, ulama beserta dalil-dalil yang mendukungnya hanya menunjukan, memberitahukan bahwa Allah itu ada dan adanya Allah tidak diadakan justru Allah-lah yang mengadakan segala sesuatu.


Pembagian Pengertian Wujud

Adapun pengertian wujud terbagi tiga yaitu :

  1.  Wujud idhofi yaitu adanya suatu perkara karena bersandar pada perkara lain. Seperti adanya ayah karena adanya anak atau adanya kakek karena adanya cucu.
  2. Wujud 'aridhi yaitu adanya satu perkara karena perkara lain tapi didahului dengan ketidak beradaannya. Seperti adanya alam yang adanya karena diadakan/diciptakan oleh Allah tapi di dahului oleh ketidak beradaannya sebelum Allah mengadakan/menciptakan.
  3. Wujud haqiqi atau wujud dzat yaitu adanya satu perkara tidak bersandar pada perkara lain dan tidak dimulai ataupun diakhiri oleh ketidak beradaannya. Seperti wujudnya dzat Allah S.W.T. yang tidak bersandar kepada apapun dan tidak ada permulaan ataupun akhir, tidak diawali ataupun diakhiri oleh ketidak beradaannya.

Wujud Allah tidak bersandar kepada apapun dan tidak diawali oleh ketidak beradaannya karena wujud Allah haqiqi. Ada ataupun tidak adanya alam (makhluq), dzat Allah tetap ada, berbeda dengan makhluq yang adanya karena diadakan oleh Allah S.W.T dan semua makhluq butuh kepada Allah S.W.T.


Dua Perkara yang Menemukan Sifat Wujud

Perkara wujud bisa ditemukan oleh dua perkara :

  1. Wujud yang ditemukan oleh panca indra seperti mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Sesuatu bisa dikatakan ada menurut panca indera jika terlihat, tercium, terdengar, terasa dan teraba. Entah itu besar, kecil, wangi, bau, lirih, lantang, manis, pahit, kasar atau pun lembut dan lain-lain.
  2. Wujud yang hanya bisa ditemukan oleh akal seperti pintar, bodoh, mudah, sulit dan lain-lain.

Wujud yang ditemukan oleh panca indra adalah secara kontak fisik , seperti wujudnya hawa sejuk hanya bisa ditemukan oleh indra peraba melalui kontak dengan kulit, wujudnya besar dan tingginya gunung hanya bisa ditemukan oleh indra penglihatan melalui kontak mata, wujudnya manis hanya bisa ditemukan oleh indra pengecap melalui kontak lidah, wujudnya suara yang hanya bisa ditemukan oleh indra pendengaran melalui kontak telinga, wujudnya harum yang ditemukan oleh indra penciuman melalui kontak hidung.

Wujud yang ditemukan oleh akal tidak bisa ditemukan oleh panca indra, contoh adanya bahagia tak ditemukan oleh indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan indra peraba, hanya akal-lah yang menemukan. 

Begitupun wujudnya Allah S.W.T. yang hanya ditemukan oleh akal, ikhtiar akal-lah yang menemukan tentang harus adanya dzat yang menciptakan alam semesta yaitu Allah karena setiap perkara yang diciptakan, maka akal-lah yang menemukan/menangkap kemudian berpendapat bahwa harus adanya yang menciptakan. 


Nama Allah Bukan Pemberian Makhluk

Akal menemukan bahwa harus ada dzat yang menciptakan langit, bumi beserta isinya termasuk kita di dalamnya, namun akal hanya sebatas menemukan tentang adanya dzat yang menciptakan, dalam bahasa umum disebut tuhan. 

Adapun ditemukannya nama "Allah" bukanlah bagian dari ikhtiarnya akal tetapi wahyu yang memberitahukan bahwa yang menciptakan (tuhannya) langit dan bumi adalah Allah, jadi nama "Allah" bukan ciptaan manusia tetapi dari wahyu yang diterima oleh Rosulullah Saw. Melalui malaikat Jibril.


Penutup

Untuk penjelasan sifat-sifat yang lainnya seperti sifat qidam bisa dilihat pada posting berikutnya >>

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab


Sumber :

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat Duapuluh arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma'ul Husna TQN Cikangkung-Rengasdengklok-Karawang. 

Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat 20 Beserta Dalil Aqli dan Dalil Naqli"