Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat Qidam

Penjelasan Lengkap Sifat Qidam

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

بسم الله الرحمن الرحيم

Sifat Qidam Pada Dzat Allah

Sifat yang ke dua dari Sifat 20 yaitu sifat qidam. Wajib pada hak-Nya Allah Ta'ala mempunyai sifat qidam yang artinya tidak ada permulaan bagi dzat Allah. Jadi, kebaradaan Allah adalah dahulu tidak didahului oleh ketidak beradaan-Nya dan tidak didahului oleh sesuatu.

Seperti yang telah dijelaskan pada posting sebelumnya, bahwa sifat qidam ini dan empat sifat lainnya yakni baqo, mukholafatu lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi dan sifat wahdaniyat adalah sifat-sifat yang termasuk ke dalam sifat salbiah yaitu sifat yang menafikan sifat-sifat yang tidak pantas bagi Allah.

Sifat Mustahil Dari Sifat Qidam

Adapun lawan dari sifat Qidam yakni sifat mustahil bagi Allah yaitu huduts yang artinya baru. Antara qidam dan huduts adalah dua perkara yang keberadaannya tidak mungkin bisa bersama-sama karena sesuatu yang baru tidak bisa disebut dahulu dan sesuatu yang dahulu tidak bisa disebut baru karena setiap sesuatu yang kemunculannya baru (huduts) itu sudah pasti telah didahului oleh perkara yang dahulu (baqo).


Dalil Aqli (menurut akal)

Jika Allah itu baru tentunya Allah butuh kepada sesuatu yang mengadakan (menciptakan) Dzat Allah. Baru (huduts) disini maksudnya adalah sesuatu yang keberadaannya diawali oleh ketidak beradaannya dan yang diciptakan oleh sesuatu (Muhdits), sedangkan Allah butuh kepada sesuatu yang menciptakan adalah mustahil.

Dalil yang menyebutkan bahwa Allah itu qidam adalah dalil menurut akal. Jadi, menurut akal ghorizi bahwa tidak masuk akal ketika ada tuhan yakni Allah yang keberadaannya didahului oleh sesuatu, maka menurut akal bahwa sudah seharusnya Allah itu qidam, sehingga menurut akal Allah itu wajib qidam.


Dalil Naqli dan Pandangan Hukum Syara' Terhadap Dalil Aqli Tentang Sifat Qidam

Adapun pandangan hukum syara' terhadap hukum akal bahwa Allah memiliki sifat qidam adalah sebagai berikut :

1. Syari'at Membenarkan Hukum Akal.

Hukum syara' membenarkan bahwa Allah memiliki sifat qidam karena sesuai dengan Al Qur-an surat Al-Hadid ayat 3 juga sebagai dalil naqli sifat qidam : 

"Dialah Allah yang tidak ada awal dan akhirnya (tidak ada permulaan karena dialah yang maha awal dan tidak ada akhir karena dialah yang maha akhir yang tetap ada ketika seluruh makhluq dibinasakan oleh-Nya saat kiamat kelak), Maha Dzohir dan Maha Bathin."

2. Syari'at Mewajibkan Iman Kepada Sifat Qidam-Nya Allah.

Hukum syara' mewajibkan kepada setiap mukalaf untuk membenarkan yakni meyakini di dalam hatinya bahwa Allah memiliki sifat qidam sebagai syarat syahnya iman, karena tidak syah iman seseorang jika tidak membenarkan dalam hatinya yakni meyakini bahwa Allah memiliki sifat qidam, dengan resiko pahala bagi yang meyakininya dan siksa bagi yang tidak meyakininya.

3. Makhluk Itu Baru, Allah Itu Qidam.

Wajib bagi setiap mukalaf membenarkan bahwa setiap makhluq atau segala sesuatu adalah baru (huduts) sedangkan Allah sebagai Kholiq yang artinya Maha Pencipta memiliki sifat qidam yang artinya tak ada permulaan dan dahulu dengan tidak didahului oleh sesuatu apapun.

Setiap perkara yang diciptakan adalah makhluq dan setiap makhluq berarti baru. Maka tidaklah syah keimanan seseorang jika meyakini bahwa Allah tidak qidam.

Jika seandainya Allah tidak memiliki sifat qidam maka akan terjadi dua hal yaitu:
  1. Tasalsul (kejadian berantai), misalnya Allah butuh muhdits (yang membuat) A, kemudian muhdits A butuh muhdits C, kemudian begitu seterusnya tak ada ujungnya.
  2. Daur (kejadian berputar), misalnya Allah butuh muhdits A, kemudian muhdits A butuh muhdits B, kemudian muhdits B butuh muhdits C, kemudian muhdits C butuh Allah.

Walhasil kedua hal diatas adalah mustahil karena akal pasti menolak, karena mustahil jika Allah sebagai tuhan tidak memiliki sifat qidam dan itu bertentangan dengan akal jika ada tuhan yang keberadaannya didahului oleh sesuatu yang berarti Allah tidak kuasa karena bergantung kepada yang membuat (muhdits) sedangkan Allah Maha Pencipta (Al-kholiq).

Tijan Ad Darori


Pembagian Sifat Qidam

Selanjutnya pengertian qidam memiliki tiga pengertian yaitu :

  1. Qidam zamani yaitu dahulunya suatu perkara karena diliputi oleh masa, seperti contohnya dahulunya langit dan bumi dikarenakan sudah ada sejak zaman dahulu kala.
  2. Qidam idhofi yaitu dahulunya suatu perkara karena dibandingkan/disandarkan dengan perkara yang lain tapi kalau dibandingkan dengan perkara yang lainnya maka perkara tersebut adalah baru, seperti contohnya dahulunya seorang ayah dibandingkan anaknya, jika dibandingkan dengan anak maka ayah adalah dahulu akan tetapi jika ayah dibandingkan kakek maka ayah adalah baru dan seterus sampai ke nabi Adam hingga kemudian menemui titik, ini lah yang mutlak keberadaannya yang benar-benar qidam! Yaitu Allah Ta'ala. 
  3. Qidam haqiqi yaitu dahulunya suatu perkara yang tidak diliputi zaman dan tidak disandarkan kepada perkara yang lain tapi keberadaannya tidak dimulai dengan ketidak beradaannya, yaitu qidamnya Allah S.W.T.

Dengan demikian qidam zamani dan qidam idhofi adalah baru (huduts) karena keberadaannya diliputi oleh waktu dan disandarkan kepada sesuatu yang lain. Hanya Allah-lah yang benar-benar qidam.


Pendapat Syekh Ibrohim Tentang Sifat Qidamnya Allah

Adapun menurut syekh Ibrohim Al Bajuri di dalam mensyarahi kitab Tijan Ad Darori tentang sifat qidamnya Allah yaitu, bahwa sesungguhnya Allah tidak ada permulaan, kemudian huruf alif-lam pada lafadz Al Qidam yaitu alif-lam lilhaqiqoh yakni qidam haqiqat.


Sikap seorang Muslim Terhadap Sifat Qidam Pada Dzat Allah

Bagi seorang muslim yang mukalaf dan beriman hindari perkataan atau anggapan bahwa Allah itu sudah ada dan akan ada, karena jika mengatakan Allah itu sudah ada berarti sebelumnya Allah itu tidak ada, sedangkan jika mengatakan Allah itu akan ada berarti Allah sedang tidak ada.

Katakan bahwa Allah itu ada dan keberadaan Allah itu tidak ada permulaan, tidak butuh waktu dan fase di dalam proses keberadaan-Nya karena sifat qidam pada dzat Allah adalah qidam yang haqiqi.


Sifat Qidam Adalah Haqnya Allah

Sifat qidam adalah haqnya Allah, ada atau tidaknya makhluq, Allah sejatinya qidam. Hukum akal ataupun dalil-dalil yang mendukung bukan mengukuhkan tetapi menunjukan bahwa Allah memiliki sifat qidam. 


Menela'ah Sifat Qidamnya Allah

Sifat qidamnya Allah bisa kita temukan pada kehidupan kita sehari-hari seperti contoh diciptakannya pepohonan. Allah menciptakan pepohonan dengan bermacam-macam jenisnya, berbeda-beda buahnya yang Allah ciptakan karena Allah tahu betul karakter dan sifat hamba-hambanya salah satunya adalah sifat bosan.

Bosan makan mangga ganti makan duren, bosan makan duren ganti makan dukuh, bosan makan dukuh ganti makan rambutan dan seterusnya, dan semua pepohonan yang Allah ciptakan dengan berbeda-beda buah yang dihasilkan karena Allah lebih dulu tahu bahwa seperti itulah manusia, gampang bosenan.


Penutup

Dengan demikian sifat qidam wajib diketahui oleh tiap-tiap mukalaf karena dengan mengenal sifat qidam, maka seseorang akan selalu tawakal dengan menempatkan tawakal di awal ikhtiarnya bukan setelah ikhtiar, sehingga hilang sifat mengeluh jika seumpanya ikhtiar tak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tersebut.

Kemudian, dengan mengenal sifat qidam bukan berarti seseorang meninggalkan hukum adat seperti berusaha dalam mencari nafkah dan tholabul 'ilmi yang menurut hukum adat menjadi sebab berhasilnya seseorang, namun dengan mengenal sifat qidamnya Allah orang tersebut akan selalu menyandarkan ikhtiar dan hasilnya hanya kepada Allah.

Demikian yang dapat kami sampaikan pada posting kali ini. Mohon ma'af jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga Bermanfaat.

Untuk penjelasan lengkap tentang sifat baqo bisa dilihat pada posting berikutnya >>

Wallahu a'lam bishowab.




Sumber:

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat Duapuluh arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma’ul Husna TQN Cikangkung-Rengasdengklok-Karawang.



Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat Qidam"