Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat Mukholafatu Lilhawaditsi

Penjelasan Lengkap Sifat Mukholafatu Lilhawaditsi

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرّحمن الرّحيم

Sifat Mukholafatu Lilhawaditsi

Sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah sifat keempat dari sifat dua puluh. Wajib pada haqnya Allah Ta'ala memiliki sifat mulholafatu lilhawaditsi yang artinya Allah berbeda dengan makhluq.

Sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang semisal dengan Allah, maknanya segala sesuatu yang baru yakni yang adanya karena diadakan dan diciptakan tidak bisa disamakan dengan Allah, baik dzat, sifat maupun perbuatan (af'al).

Dengan demikian Allah itu tidak menyerupai makhluq seperti memiliki tangan, memiliki mata, memiliki telinga dan lain-lain atau bergerak, diam, tumbuh dan sebagainya yang menjadi sifatnya makhluq, karena Allah bukanlah makhluq.

Sebagaimana telah dijelaskan pada posting pertama pembahasan sifat 20, sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah sifat yang termasuk kedalam sifat salbiyah yakni sifat yang menafikan sifat-sifat yang tidak pantas bagi Allah.


Sifat Mustahil Dari Sifat Mukholafatu lilhawaditsi

Lawan (sifat mustahil) dari sifat mukholafatu lilawaditsi adalah sifat mumatsalatu lilhawaditsi yang artinya Allah sama seperti makhluq, maka mustahil menurut akal jika Allah sama dengan makhluq.

Sifat mustahil atau lawan dari sifat yang wajib adalah sifat yang tidak mungkin ada bersama-sama, karena tiap-tiap perkara dikatakan sama karena tidak adanya perbedaan, begitupun sebaliknya tiap-tiap perkara dikatakan berbeda karena tidak adanya kesamaan. Ini menurut akal.

Berbeda menurut istilah, yang bisa saja mengatakan bahwa perbedaan itu bisa bertemu dalam satu titik dengan sesuatu yang sama, tapi menurut hukum akal hal tersebut adalah mustahil.

Seperti halnya sifat mukholafatu lilhawaditsi yang artinya berbeda dengan makhluq yang wajib ada pada dzat Allah, maka mustahil jika Allah dikatakan mumatsalah yakni sama dengan makhluq atau sebaliknya.

Seperti tidak bisa bersatunya warna hitam dengan warna putih karena ketika warna putih ditimpa oleh warna hitam, maka warna putih pasti tergantikan oleh warna hitam atau sebaliknya.

Tijan Ad Darori


Dalil Aqli Sifat Mukholafatu lilhawaditsi

Jika seandainya Allah menyerupai makhluq yakni yang bersifat baru, maka tentunya Allah itu baru sedangkan jika Allah bersifat baru (huduts) adalah perkara yang mustahil.

Adapun maksud Allah itu wajib memiliki sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah wajib menurut akal bukan wajib menurut hukum syara'. Wajib menurut akal adalah perkara yang tidak mungkin tidak adanya, maka disebut wajib menurut akal bahwa Allah memiliki sifat mukholafatu lilhawaditsi dalam artian bahwa Allah itu pasti berbeda dengan makhluq karena tidak mungkin bagi Allah memiliki sifat yang sama dengan makhluq.

Keberadaan Allah suci dari sangkaan fikiran manusia yang menyamakan Allah dengan makhluq. Baik dzat, sifat maupun af'al-Nya tidak serupa dengan makhluq.

Tidak ada titik sama antara Allah dengan makhluq dari segi manapun, karena akal tidak bisa menerima jika ada tuhan yang menyerupai makhluq dari segi manapun karena makhluq memiliki kekurangan dan kelemahan, maka mustahil jika Allah memiliki kekurangan maupun kelemahan.

Dimunculkannya pendapat akal karena memang pembahasan aqidah adalah pembahasan tentang tauhid yang disertai dengan proses tafakur sebagai proses awal dalam usaha mengenal Allah yakni harus disertai dengan dalil.

Berbeda dengan orang-orang ahli ma'rifat yakni para Auliya Allah, mereka sudah tak membutuhkan dalil untuk mengenal Allah karena mereka sudah sampai kepada tingkatan ma'rifat. Kata-kata tak dibutuhkan lagi untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika sudah mengenal Allah.


Dalil Naqli dan Pandangan Hukum Syara' Terhadap Sifat Mukholafatu lilhawaditsi

Pandangan hukum syara’ teradap hukum akal bahwa Allah memiliki sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah sebagai berikut :

Hukum syara’ mewajibkan kepada setiap mukalaf (berakal dan baligh) untuk membenarkan di dalam hatinya bahwa Allah memiliki sifat mukholafatu lilawaditsi dengan resiko mendapat pahala bagi yang meyakininya sehingga terpenuhi syarat syahnya iman, kemudian siksa bagi yang tidak meyakininya.

Hukum syara’ membenarkan, memperkuat dan menjelaskan bahwa sifat Allah diantaranya adalah mukholafatu lilhawaditsi karena sesuai denga firman Allah dalam Alquran surat Alikhlas ayat 4 : “ Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. “

Juga di dalam surat Asy-syuro ayat 11 disebutkan:

“Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.”

Ayat-ayat tersebut syah dijadikan dalil naqli bahwa Allah memiliki sifat mukholafatu lilhawaditsi.

Sifat mukholafatu lilhawaditsi pada dzat Allah adalah haq Allah, bukan karena ditetapkan oleh ulama ahli tauhid dan sebagainya, akan tetapi sebelum hawadits (segala sesuatu yang baru, yang adanya karena diadakan/makhluq) wujud Allah itu mukholafatu lilhawaditsi yang tetap dan selamanya mukholafatu lilhawaditsi artinya bahwa sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah sifat yang qodim yakni dahulu dengan tidak didahului oleh sesuatu apapun dan tetap.

Sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah milik Allah yang Maha Tinggi, milik Allah yang Maha Suci yang jauh dari sangkaan fikiran kaum musyrikin dan golongan khowarij yang mengaku menyembah Allah, yang mengakui kerosulan nabi Muhamad Saw. Tetapi tauhidnya menyimpang dari garis ahlu sunnah waljama’ah.

Allah yang mereka akui hakikatnya bukan Allah. Mereka (golongan pertama) meyakini bahwa tuhan yang mereka sembah menjelma melalui wujud seorang perempuan yaitu Maryam (dianggap tuhan) yang melahirkan seorang putra yang dianggap anak tuhan yaitu nabi Isa 'Alaihis Salam yang kemudian nabi Isa 'Alaihis Salam juga dianggap sebagai tuhan.

Mereka (golongan kedua) meyakini bahwa Allah butuh tempat, beranggapan bahwa Allah menempati arsy, Allah ada di atas, yang meyakini Allah layaknya makhluq yang membutuhkan tempat.


Sifat Mukholafatu Lilhawaditsi Menafikan Sifat-sifat yang Tidak Pantas Bagi Allah

Sifat mukholafatu lilhawaditsi adalah sifat yang menafikan pertanyaan Allah ada di mana dan seperti apa, karena wujud Allah tidak bisa digambarkan seperti halnya makhluq, karena Allah berbeda dengan makhluq dan Allah tidak butuh tempat, maka pertanyaan yang seperti itu sesungguhnya tidak pantas ditujukan kepada Allah.

Allah tidak pendek tidak pula jangkung, tidak bulat tidak pula persegi, bukan putih, bukan pula hitam, Allah bukan cahaya, bukan terang, bukan pula gelap, bukan kuning bukan pula merah. Allah tidak seperti apapun dan Allah itu ada.

Allah bukan di atas, bawah, depan, belakang, kanan, kiri, menempel, berjarak, luar ataupun dalam, tapi Allah ada dan Maha Ada. Pengetahuan dan kuasa Allah meliputi semua makhluq bahkan lebih dekat daripada urat leher.

Allah tidak seperti apapun yang kita kenali di alam jagat raya ini, karena tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan Nya karena Allah bukan makhluq.

Untuk bisa mengenal Allah yaitu dengan mengenali semua ciptaannya artinya bahwa semua yang terjadi, semua yang ada, yang bisa kita lihat, kita dengar, kita kecap, kita hirup/cium, dan kita rasakan adalah af'alnya Allah, Allah lah yang mengadakan, menciptakan, membentuk, mengatur, mengurus dan semuanya itu tidak keluar dari kehendak dan kuasa-Nya.

Allah tak butuh tempat, tak butuh ruang, waktu dan tak butuh arah. Allah bukan jisim, bukan pula jirim yang membutuhkan tempat atau ditempati dan Allah tak membutuhkan ruang, sehingga tercabutlah pertanyaan, "Allah ada dimana?" Atau pertanyaan, "Allah seperti apa?" Karena pertanyaan tersebut hanya pantas ditujukan kepada makhluq, bukan Allah. Karena tak ada sesuatu pun yang semisal dengan Allah.


Sikap Ulama Ahlu Sunnah Terhadap Ayat Mutasyabihat

Jika ada nash Al Qur-an atau hadits yang menyebutkan seolah-olah Allah itu sama seperti makhluq, maka ada dua pandangan menurut Ulama Ahlu Sunah yaitu:

Pertama yaitu dengan dita'wil yakni dengan ditashorufkan kepada makna yang layak bagi Allah. Seperti tangan Allah yang dimaknai kekuasaan Allah, mata Allah dimaknai pandangan Allah, wajah Allah dimaknai dzat Allah yakni keberadaan Allah yang dita'wil dengan mazas mursal dengan mengacu pada ayat laisa kamislihi syai'un bahwa tidak ada sesuatupun yang semisal dengan Allah. 

Yang kedua yaitu jangan dita'wil sebagai bentuk ihtiat yakni kehati-hatian dalam memaknai kalam Allah untuk menghindari tergelincirnya aqidah karena hanya Allah dan Rosul-Nya yang lebih faham makna kandungan Al Qur-an, namun tidak dengan membenarkan di dalam hati bahwa Allah sama seperti makhluq artinya makna dari ayat tersebut diserahkan kepada Allah dengan tidak berkeyakinan bahwa Allah seperti makhluq. Ayat Al Qur-an adalah kalam Allah yang tidak asal dimaknai tanpa didasari ilmu. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Suyuti, bahwa seseorang yang ingin mendalami Al Qur-an dan Hadits harus menguasai 14 disiplin ilmu agama Islam.


Manfaat Dari Mengenal sifat Mukholafatu Lilhawaditsi

Dengan mengenal sifat mukholafatu lilhawaditsi, maka seseorang akan memahami bahwa Allah itu tak serupa dengan sesuatu apapun dan tak ada sesuatu pun yang serupa atau semisal dengan Allah, sehingga kita tidak terpengaruh terhadap sesuatu yang menggoyahkan keyakinan yang datang dari makhluk yang berusaha menandingi sifat-sifat Allah sehingga kita terhindar dari kekufuran.

Dengan mengenal sifat mukholafatu lilhawaditsi, maka seseorang tidak akan pernah membayangkan atau memikirkan Dzat Allah itu seperti apa? Karena dengan memikirkan Dzat-Nya berarti kita sedang menyamakan Allah dengan makhluk dan perbuatan tersebut termasuk syirik dan diharamkan oleh syari’at.

Penutup

Dengan demikian wujud Allah itu tidak sama dengan apa yang kita ketahui, tak sama dengan apa yang kita fikirkan, karena apa yang kita ketahui dan apa yang kita fikirkan hanya berupa sangkaan yang menyerupai sifat makhluk karena kita terbiasa dengan gambaran makhluq.

Demikian yang dapat kami sampaikan tentang sifat mukholafatu lilhawaditsi pada posting kali ini, mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab




Sumber :

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat Duapuluh arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma’ul Husna TQN Cikangkung-Rengasdengklok-Karawang.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat Mukholafatu Lilhawaditsi"