Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Istiqomah Dalam Bertaubat

Istiqomah Dalam Bertaubat

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرححمن الرحيم

Di awal pembahasan kami pada posting yang kami beri label Tashowuf ini kami sesuaikan dengan apa yang tertulis di awal kitab yaitu membahas tentang taubat, karena memang taubat ini sangat penting bagi seseorang di dalam beribadah kepada Dzat yang Maha Haq yaitu Allah Ta'ala.

Dikatakan penting karena tujuan kita dalam beribadah yaitu mengagungkan Allah, sehingga harus terfahami bahwa dalam kita mengagungkan Allah tidak boleh ada sedikitpun kesombongan yang menjadi sebab tidak ada nilainya ibadah kita di sisi Allah Ta'ala dan indikasi orang yang sombong adalah tidak mengakui kesalahannya seakan-akan dia merasa benar, sebab yang Maha Benar (Al Haq) hanya Allah Ta'ala.

Taubat
Pinterest


Taubat

Pengertian taubat menurut bahasa adalah kembali. Ketika seseorang berkata تاب maka artinya kembali.

Taubat menurut istilah dalam syari’at Islam adalah kembali dari perkara yang tercela menuju kepada perkara yang terpuji. 

Adapun permulaan taubat (bidayah) diantaranya adalah :

  1. Taubat dari dosa-dosa yang besar.
  2. Taubat dari dosa-dosa kecil.
  3. Taubat dari perkara-perkara yang makruh.
  4. Taubat dari menyelisihi yang utama.
  5. Taubat dari menganggap diri baik, termasuk menganggap dirinya sebagai wali Allah.
  6. Taubat dari menganggap bahwa dirinya sudah benar-benar bertaubat.
  7. Taubat dari sebuah bersitan yang bahkan terbersit dalam hati kita sesuatu selain daripada perkara yang diridhoi Allah.

Adapun taubat nihayah adalah taubat tingkat tertinggi/tingkatan akhir yaitu taubat setiap kali kita lalay bermusyahadah kepada Allah walau hanya sekejap mata. Artinya setiap detiknya hanya mengingat Allah.


Syarat Diterimanya Taubat

Berkata orang-orang ahli hakikat dari golongan ahli thoriqoh :

“Sesungguhnya orang yang menyesal atas dosanya dan dia mengaku terhadap dosanya, maka syah taubatnya, karena Allah S.W.T. tidak menuntut dosanya nabi Adam kecuali mengakui bahwa itu perbuatan dosa dan menyesal.”

Menurut kaul ulama bahwa syarat taubat itu adalah mengakui dosa, menyesal, meninggalkan perbuatan dosa tersebut dan berjanji tidak mengulangi lagi. Kaul ulama tentang adanya penambahan syarat taubat adalah dengan jalan istinbad yaitu dengan mengambil dalil, karena lazimnya orang yang menyesali sesuatu, maka dia akan meninggalkan perbuatan dosa tersebut.


Diampuninya Dosa Dengan Sesama

Seperti yang kita ketahui bahwa taubat itu menghapus kesalahan-kesalahan kita kepada Allah, dzolim kepada diri sendiri dan karena bergelimangan dosa, kecuali dosa syirik, meskipun hakikatnya dosa syirik itu merugikan diri kita sendiri. Kemudian taubat tak menghapus dosa terhadap haknya makhluq, entah itu harta maupun hargadiri. 

Sebesar apapun dosa seorang hamba pasti diampuni oleh Allah S.W.T. kecuali dosa syirik (menyekutukan Allah). Dan dosa terhadap sesama hanya bisa diampuni ketika dimaafkan oleh orang yang dizholimi.

Taubat Adalah Azas Dari Setiap Maqom

Taubat adalah azas dari setiap maqom yang dengan taubat itu meningkatlah maqom seorang hamba sampai dia meninggal. Barang siapa yang tidak memiliki azas (pondasi) itu maka tidak akan ada bangunan, begitu pula yang tidak ada taubat tidak akan ada hal dan tidak ada maqom. 

Artinya adalah ketika seseorang lalai dalam bertaubat, maka tak ada hal apapun dan tak ada maqom, karena taubat adalah pondasi bagi seseorang yang ingin dipandang oleh Allah sehingga meningkatlah maqom (kedudukan) orang tersebut. 

Diibaratkan tanah yang diatasnya berdiri sebuah bangunan jika tak ada tanah sebagai pijakan maka takan ada bangunan, tak ada taubat maka tak ada hal ataupun maqom.


Istiqomah Di Maqom Taubat

Termasuk kedalam kaul ulama sufi, dikatakan  bahwa, “barang siapa yang mengukuhkan dirinya pada maqom taubat, maka Allah menjaga orang tersebut dari berbagai penyimpangan dari amalnya. Sesungguhnya maqom taubat adalah sebangsa maqom zuhud di dunia. Sebagaimana orang-orang yang berada pada maqom zuhud, maka orang zuhud tersebut akan menjaga maqom zuhudnya dari perkara yang menghalangi dirinya dari Allah S.W.T. yang Maha Haq dan Maha Tinggi.” 

Pengertian zuhud bukan berarti meninggalkan urusan dunia atau melalaikan tanggung jawab duniawi, tapi mereka yang menggunakan hartanya di jalan Allah, mereka yang tak mencintai dunia meski memiliki banyak harta.

 Seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah saw. beliau bukanlah orang faqir, beliau juga bukan orang kaya yang meninggalkan tanggung jawab duniawi demi berjihad untuk agama, tapi beliau mentashorufkan semua hartanya di jalan Allah. 

Rosulullah adalah contoh bagi orang yang miskin juga contoh bagi orang yang kaya, karena sesungguhnya pada diri Rosulullah sholallahu a'lahi wa sallam ada suri tauladan yang baik yakni baik sifat maupun perbuatan Rosulullah harus kita contoh sehingga bernilai pahala sunah bagi umatnya yang meneladani beliau, bahkan dihukumi wajib oleh sebagian Ulama.

Adapun fadilah bagi seseorang yang istiqomah dalam bertaubat Adalah :

  1. Termotifasi untuk istiqomah dalam bertaubat.
  2. Orang tersebut akan menghindari diri dari perkara-perkara yang akan membelokan tekadnya untuk istiqomah dalam bertaubat. Karena jika taubatnya masih bengkok maka sama halnya dengan bangunan yang rapuh, seperti seseorang yang membangun pagar menggunakan batu bata yang mentah dan tanpa semen.

Berkata Sayid Muhamad bin Anan:

 “Barang siapa yang istiqomah dalam taubatnya dari maksiat-maksiat, maka orang tersebut akan meningkat taubatnya dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan barang siapa yang tidak istiqomah dalam bertaubat, dia tidak akan mencium harumnya fadilah taubat, dia tidak mampu menghilangkan bersitan-bersitan yang terbersit dalam hatinya sesuatu yang tidak diridhoi Allah, sehingga dalam sholatnya pun masih terbersit sesuatu selain Allah."


Menghindari Bersitan-bersitan Dalam Hati

Bersitan dalam hati adalah perkara yang sulit dihindari ketika sholat, tapi meskipun begitu harus diusahakan khusu' dalam sholat yang kriterianya berbeda-beda sesuai maqom tiap-tiap individu dan dijelaskan oleh ulama, karena Allah mensyari'atkan Islam bukan untuk memberat-beratkan hambanya dalam beribadah, tetapi rahmat bagi semua pemeluknya.

Demikian yang dapat kami bagikan pada posting kami kali ini dengan tujuan sebagai peringatan bagi kami yang masih jauh dari sempurna dalam beribadah dan sebagai pembelajaran agar kedepannya lebih baik, mudah-mudahanan ada manfaatnya khususnya bagi kami, umumnya bagi yang membaca posting kami.

Wallahu a’lam bishowab.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Istiqomah Dalam Bertaubat"