Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat Hayat

Penjelasan Lengkap Sifat Hayat

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرحمن الرحيم

Sifat Hayat

Sifat ke sepuluh dari dua puluh sifat kesempurnaan yang ada pada dzat Allah Ta’ala adalah sifat hayat. Wajib pada haqnya Allah Ta'ala memiliki sifat hayat yang artinya hidup.

Sifat hayat adalah sifat terdahulu (qodim) yang menetap pada dzat Allah Ta'ala yang termasuk kedalam sifat ma'ani yakni sifat yang jika sekiranya Allah menyingkap hijab yang menghalangi kita, maka sungguh sifat ini bisa dibuktikan. Dengan sifat tersebut membenarkan bahwa Allah memiliki sifat ‘ilmu dan sifat-sifat lainnya.

Sifat Mustahil Dari Sifat Hayat

Lawan (mustahil) dari sifat hayat adalah maut yang artinya mati yang juga wajib diketahui oleh setiap mukalaf sebagai hujah bahwa Allah wajib hayat menurut akal.


Dalil Aqli Sifat Hayat

Sifat hayatnya Allah adalah wajib menurut akal bahwa Allah harus mempunyai sifat hayat (hidup) karena dengan sifat hayat, maka masuk akal jika Allah itu Maha Kuasa dan sifat-sifat yang lainnya, maka wajib menurut akal bahwa Allah memiliki sifat hayat.

Jika seandainya Allah mati, maka Allah tidak mempunyai sifat kuasa dan berkehendak dan hal tersebut tidak bisa diterima oleh akal (mustahil) karena tidak masuk akal ketika seseorang meyakini tentang adanya tuhan yang dianggap Maha Kuasa tapi tuhan yang diyakininya itu mati.

Hayatnya Allah berbeda dengan hayatnya makhluq dan tidak ada titik temunya, karena hayatnya makhluq ada ciri-cirinya yang paling umum pernah kita pelajari dalam ilmu pengetahuan alam di bangku sekolah dasar yaitu bergerak, tumbuh, bernafas, makan, mengeluarkan zat sisa, bereproduksi.

Sifat hayatnya Allah tidak ada ciri-cirinya yang ada adalah bukti qudrohnya Allah seperti adanya alam semesta, sebab takan ada qudroh tanpa adanya hayat. Hayatnya Allah dengan dzat-Nya bukan dengan ruh.

Jadi, hidupnya Allah itu bukan karena ruh, bukan karena asupan nutrisi, bukan karena diciptakan, karena Allah tidak membutuhkan itu semua, Allah tidak butuh makan atau minum, Allah tidak butuh berreproduksi untuk meneruskan keturunan dan lain sebagainya, karena itu semua hanya pantas bagi makhluq yang kedudukannya hina jika memandang Maha Suci dan Maha Besarnya kuasa Allah.

Kemudian sifat hayatnya Allah itu dahulu yakni qodim, maka mustahil jika ada tuhan yang keberadaannya diawali mati atau sama sekali tidak ada dan sifat hayatnya Allah itu tetap, maka mustahil jika ada tuhan kadang hidup kadang mati.

Tijan Ad Darori


Pandangan Hukum Syara’ Terhadap Sifat Hayatnya Allah

Hukum syara’ mewajibkan kepada setiap mukalaf untuk meyakini bahwa Allah memiliki sifat hayat dengan resiko mendapat pahala bagi yang meyakini dan siksa bagi yang tidak meyakininya karena termasuk kufur.

Hukum syara’ mendukung dan membenarkan dalil aqli tentang sifat hayatnya Allah karena sesuai dengan dalil naqli dalam Al-qur’an surat Al-furqon ayat 59 :

"Dan bertawakal-lah kamu kepada Allah yang Maha Hidup, yang tidak mati.”

Pandangan Ulama Ahli Ma'rifat Terhadap Seseorang yang Meyakini Sifat Hayatnya Allah

Adapun pandangan ulama pada maqom ‘arifin (orang-orang yang sudah ma’rifat dan wusul kepada Allah) terhadap sifat hayatnya Allah yaitu:

Orang yang beriman kepada (hayatnya) Allah dengan dalil sesungguhnya masih terhalang, tetapi orang yang beriman tanpa dalil adalah orang yang sudah sampai (wusul) kepada Allah, maqomnya maqom tajali. Pendapat ‘arifin ini adalah haram dipakai oleh selain ‘arifin.

Bagi mereka para 'Arif Billah, di dalam mengimani Allah tidaklah main-main karena memang bagi mereka telah disingkapkannya hijab oleh Allah sehingga tajalli yakni bisa menyaksikan dengan sebenar-benarnya bahwa Allah itu hidup, berbeda dengan kita ketika kita tak mau memakai dalil di dalam membenarkan sifat hayatnya Allah adalah bathil.

Yakinnya seseorang karena adanya dalil di dalam berhujah ketika membenarkan perkara iman kepada Allah karena keimanan tanpa pernah merasakan dan mebuktikannya adalah omong kosong, maka dalam hal ini syari'at melarang kita di dalam mengimani sifat hayatnya Allah tanpa dalil.

Tidak dipakainya dalil oleh para Arif Billah karena mereka tak membutuhkan lagi dalil karena sudah bisa membuktikannya sendiri dan ini tidak menyalahi syari'at karena merekapun awalnya dengan menggunakan dalil untuk memantapkan hati mereka hingga sampai pada maqomnya, bagi mereka dalil ataupun kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan mereka buktikan.

Ta'aluk Sifat Hayat Terhadap Makhluq

Adapun ta'aluk (hubungan) sifat hayatnya Allah terhadap makhluq disebut ta'aluk tashhih artinya dengan sifat hayat, Allah syah disifati sifat 'ilmu, irodah, qudroh dan yang lainnya.

Dengan sifat hayat maka syah, Allah memiliki sifat qudroh dan irodah, maka sifat hayat termasuk sifat iftiqor. Makhluq juga butuh terhadap sifat tersebut juga termasuk sifat jalal menandakan bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Tinggi dan Maha Agung. Jadi, setiap makhluq butuh terhadap hayatnya Allah karena Allah lah sebab adanya kehidupan.

Manfaat Iman Kepada Sifat Hayatnya Allah

Dengan mengenal sifat hayatnya Allah, maka seorang Muslim yang mukalaf akan lebih mencintai Allah dan memandang segala sesuatunya karena Allah, karena hakikatnya kehidupan adalah bagian dari qudroh dan irodah-Nya berdasarkan sifat rohman dan rohim-Nya.

Sifat hayatnya Allah sesuai dengan nama-Nya Al Hayu yang artinya Maha Hidup yang memiliki banyak fadhilah ketika seseorang menyebutkan Asma Allah di dalam dzikirnya.

Di dalam metode thoriqoh ketika seseorang berdzikir menyebut Asma' Allah harus dengan menjiwai yakni istihdhor terhadap wujud (keberadaan) Allah dengan fana' yakni dengan melihat bahwa alam ini akan hilang dan rusak (fana') yang ada hanya Allah.

Namun, tentu saja semua itu hanya bisa dilakukan oleh mereka ahli thoriqoh yang mendapat bimbingan secara ruhaniyah melalui seorang Mursyid, karena bagi orang awam riskan tergoda oleh setan atau iblis yang menyesatkan aqidah yang dianggapnya benar padahal istidroj karena tanpa bimbingan guru.

Orang yang mampu merasakan dengan benar-benar bahwa alam ini rusak dan membuktikan sifat hayatnya Allah adalah mereka para Arif Billah yang keimanannya disebut haqul yaqin sehingga sangat rentan terhadap diijabahnya do'a.

Tidak akan pernah terbukti dengan jelas sifat hayatnya Allah bagi orang yang terus memandang sifat hidupnya makhluq yang hakikatnya fana.


Penutup

Dengan demikian, bahwa wajib bagi setiap mukalaf yakni muslim yang berakal dan baligh, di dalam mengimani Allah sebagai satu-satunya tuhan yang wajib disembah juga wajib mengimani sifat hayatnya Allah Ta'ala berdasarkan dalil, agar syah imannya dan agar tidak tergelincir kedalam kekufuran.

Demikian yang dapat kami sampaikan tentang sifat hayat pada posting kali ini. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab.



Sumber :

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat duapuluh Arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma'ul Husna Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah Cikangkung - Rengasdengklok - Karawang.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat Hayat"