Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat 'Ilmu

Penjelasan Lengkap Sifat 'Ilmu

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرحمن الرحيم

Sifat 'Ilmu

Sifat ke sembilan dari sifat 20 yaitu sifat 'ilmu. Wajib pada haqya Allah Ta'ala memiliki sifat ilmu yang artinya mengetahui. Sifat ilmu adalah sifat terdahulu, sifat yang menetap pada dzat Allah S.W.T. yang dengan sifat tersebut Allah mengetahui segala sesuatu.

Sifat ilmu termasuk sifat ma’ani yaitu sifat yang wujudiyah, sifat yang benar-benar ada, sehingga jika Allah berkehendak menyingkap hijab yang menghalangi pandangan kita, maka sifat ilmu bisa dibuktikan.

Sifat Mustahil Dari Sifat 'Ilmu

Lawan (sifat mustahil) dari sifat ilmu adalah jahil artinya bodoh. Yang juga wajib diketahui oleh tiap-tiap mukalaf akan sifat mustahil pada dzat Allah.

Dalam memenuhi syarat iman tak cukup hanya dengan mengetahui sifat wajibnya saja tapi juga harus disertai dengan mengetahui sifat yang mustahil bagi Allah.


Dalil Aqli Sifat 'Ilmu

Dalil aqli bahwa Allah Ta'ala memiliki sifat ilmu adalah seandainya Allah memiliki sifat bodoh tentu Allah tidak bisa berkehendak dan hal tersebut tidak bisa diterima oleh akal.

Sifat ilmunya Allah adalah qodim tak ada permulaannya, menetap tanpa ada akhirnya, selamanya ada pada dzat Allah. Dengan sifat ilmu, Allah mengetahui segala sesuatu baik yang wajibul wujud, mumkinul wujud maupun yang muhalul wujud.

Tijan Ad Darori


Pandangan Hukum Syara’ Terhadap Wajib Aqli Sifat 'Imunya Allah

Hukum syara’ menunjukan dalil naqli dalam Al-qur’an dan hadits kepada tiap-tiap manusia dan jin bahwa Allah memiliki sifat 'ilmu dengan dalil Al Qur-an surat Al-baqoroh ayat 29 : 

“Dan bahwa Dia (Allah) terhadap setiap perkara yaitu Maha Mengetahui”

Hukum syara’ mewajibkan kepada setiap mukalaf wajib mema’rifatkan dan membenarkan dalam hatinya terhadap sifat ilmunya Allah dengan resiko syah imannya dan mendapat pahala bagi yang mengenal dan membenarkan sifat ilmunya Allah serta dimasukan ke dalam Surganya dengan kekal.

Tidak syah imannya dalam arti kufur bagi orang yang tidak membenarkan terhadap wajibnya sifat ilmu pada dzat Allah serta disiksa dan kekal di dalam Neraka.


Sifat ilmu adalah haqnya Allah

Sifat 'ilmunya Allah tidak bergantung pada ditetapkan atau tidaknya atau diimani atau tidaknya oleh makhluq sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an surat An-nisa Ayat 170 : 

“wahai manusia! Sungguh, telah datang Rosul (Muhamad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi.” 

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak rugi karena kafirnya seseorang dan tidak diuntungkan karena berimannya seseorang.

Kemudian yang disifati sifat ilmu adalah Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi yang jauh dari sangkaan orang-orang musyrikin, Yahudi, Nasrani dan golongan khowarij. Sebab sifat ilmunya Allah yang mereka yakini hakikatnya bukanlah Allah.


Makna Sifat 'Ilmu Pada Dzat Allah Ta'ala

Sifat ilmunya Allah adalah qodimah yang artinya sifat ilmunya Allah tidak ada permulaan, tidak didahului oleh ketidak tahuannya (bodoh).

Tidaklah benar ketika ada golongan yang mengatakan bahwa sifat ilmunya Allah hanyalah sebatas simbolik yang berarti hanya sebatas sebutan yang tidak ada buktinya, hayalan atau fatamorgana.

Sifat ilmunya Allah tidak ada permulaan yakni sifat 'ilmunya Allah adalah qodim bukan hasil dari memperhatikan atau menyimak, bukan hasil dari melihat atau mendengar, bukan dari petunjuk, karena semua hal yang seperti itu bukanlah qodim.

Sifat ilmunya Allah tidak akan berkurang karena tidak tahu dan tidak berujung tidak tahu, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang dzohir maupun yang batin, tak ada sesuatu pun yang tidak Allah ketahui.

Selanjutnya sifat ilmunya Allah bukanlah sifat yang terpisah dari dzat-Nya, sebab mustahil ada sifat jika tak menetap pada dzat. Sifat Allah adalah wujudiyah (bisa dibuktikan keberadaannya) yang selamanya menetap pada Dzat-Nya.

Berbeda dengan pemahaman kaum Mu'tazillah yang meyakini bahwa sifat 'ilmunya Allah bukanlah sifat tapi watak, wataknya dzat Allah berilmu. Maha Suci Allah dari sangkaan kaum Mu'tazillah dan golongan kafirin.


Yang Allah Ketahui Dengan Sifat 'Ilmu-Nya

Allah mengetahui terhadap segala sesuatu dan perkara yang Allah ketahui dengan sifat ilmu-Nya adalah sebagai berikut :

  1. Perkara wajibul wujud mutlak yaitu dzat Allah dan sifat-Nya. Allah lebih tahu tentang-Nya yakni dzat dan sifat-Nya.
  2. Perkara wajibul wujud muqoyyad seperti adanya surga dan neraka, Allah lebih tahu.
  3. Perkara mumkinul wujud yang keberadaannya sedang berlangsung seperti keberadaan Alam dunia beserta isinya.
  4. Perkara mumkinul wujud yang akan terjadi.
  5. Perkara muhalul wujud (yang mustahil adanya). Allah lebih tahu terhadap sesuatu yang tidak mungkin adanya.

Ta'aluk Sifat 'Ilmunya Allah Terhadap Makhluq

Ta'aluk (hubungan) antara sifat ilmunya Allah terhadap semua perkara adalah tanjizi qodim artinya Allah mengetahui segala sesuatu langsung sedari qodim mula yakni sebelum adanya sesuatu, sebelum Allah menciptakan sesuatu Allah sudah mengetahui semuanya.

Allah mengetahui segala sesuatu bukan sebatas pengetahuan secara global (ijmali) tetapi Allah mengetahui segala sesuatu hingga rinciannya (tafsili), sehingga tak ada satu perkara pun yang terhalang dari pengetahuan Allah.

Apa yang diperbuat makhluq, apa yang dirasakan makhluq, apa yang terlintas di fikiran makhluq, apa yang terbersit di hati makhluq, semua terpampang jelas bagi Allah. Apa yang diketahui makhluq diibaratkan setetes dari ilmu Allah yang begitu luas melebihi luasnya lautan.

Dengan demikian, bahwa wajib bagi setiap mukalaf yakni muslim yang berakal dan baligh, di dalam mengimani Allah sebagai satu-satunya tuhan yang wajib disembah juga wajib mengimani sifat 'ilmunya Allah Ta'ala agar syah imannya dan agar tidak tergelincir kedalam kekufuran.

Kemudian, qudroh Allah mengikuti irodah-Nya, irodah Allah mengikuti terhadap 'ilmu-Nya tapi itu semua menurut jalan pemikiran manusia yang jelas tidak ada dahulu yang adanya belakangan sebab baik sifat qudroh, irodah maupun 'ilmu semuanya sama yaitu qodim.


Tingkatan Iman Seseorang Terhadap Sifat 'Ilmu

Tingkatan iman seseorang terhadap sifat 'ilmunya Allah terbagi kedalam lima golongan:

  1. Golongan kafirin yaitu golongan yang sama sekali tidak percaya terhadap adanya Allah apalagi sifat 'ilmu-Nya.
  2. Golongan musyrikin yaitu golongan yang percaya kepada Allah dan terhadap sifat 'ilmu-Nya, tapi juga percaya kepada selain Allah yang disembah yang sama-sama mengetahui.
  3. Golongan kafir Nasrani yaitu golongan yang percaya bahwa Allah gabungan sifat wujud, 'ilmu dan hayat. Wujud yang menetapi dzatnya tuhan bapak, 'ilmu menetapi dzatnya tuhan anak dan hayat menetapi dzatnya tuhan ibu.
  4. Golongan mu'minin ghofilin yaitu golongan yang percaya kepada Allah beserta sifat 'ilmu-Nya dengan ma'rifat tapi tidak ada rasa pada dirinya diketahui oleh Allah.
  5. Golongan pada maqom muroqobah yaitu orang-orang yang percaya kepada Allah beserta sifat 'ilmu-Nya serta tembus kedalam rasa, sehingga selamanya benar-benar merasa bahwa tak ada sesuatu pun yang menghalangi dirinya dari pengetahuan dan pengawasan Allah. Iman pada golongan ini adalah iman 'ilmul yakin sedangkan pada golongan para Anbiya imannya haqiqotul haqiqat.

Fadilah Mengenal Sifat 'Ilmu

Dengan mengenal (ma'rifat) terhadap sifat ‘ilmunya Allah, maka seorang Muslim wajib mengimani bahwa Allah itu tahu apa yang kita perbuat, apa yang kita sembunyikan karena tak ada yang menghalangi Allah untuk mengetahui sesuatu, sehingga muncul perasaan takut dan kagum kepada Allah.

Takutnya orang beriman tidak seperti orang yang takut kepada seekor harimau, tapi takutnya seseorang kepada Allah akan membuat orang tersebut lebih dekat dengan Allah dan menjauhi semua larangannya.

Rasa kagum orang yang beriman akan membuat dia memuji Allah, bersyukur dan bertambah keimanannya, bukan sebaliknya malah kufur dengan merasa sombong atas apa yang telah ia peroleh dan ia ketahui padahal hakikatnya pengetahuan itu dari Allah.


Penutup

Demikian yang dapat kami sampaikan tentang sifat 'ilmu pada posting kali ini. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampain maupun tulisan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bishowab.

Sumber :

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat Duapuluh Arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma’ul Husna TQN Cikangkung-Rengasdengklok-Karawang.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat 'Ilmu"