Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kisah Sayidina Umar dan Burung Pipit

Kisah Sayidina Umar dan Burung Pipit

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرّحمن الرّحيم

Meneladani Orang-orang Sholih Sebagai Motivator

Di dalam beribadah ataupun di luar ibadah seseorang biasanya termotivasi karena melihat, mendengar atau membaca perjalanan hidup oranglain sehingga semangatnya terpacu di dalam menggapai apa yang menjadi tujuannya pada suatu bidang.

Seperti orang yang termotivasi untuk berbisnis karena melihat perjalanan orang-orang sukses di bidang bisnis kemudian mengikuti kiat-kiat yang disampaikan oleh sang motivator dengan harapan bisa tercapai apa yang menjadi tujuannya.

Begitu juga dengan apa yang akan kami sampaikan di artikel kami kali ini yaitu berisi pesan-pesan moral dan hikmah sebagai motivasi kita di dalam beribadah dengan menata hati kita dengan sifat pemurah dan kasih sayang terhadap sesama agar ibadah kita mendapat ridhonya Allah yang dicontohkan oleh para sahabat dan para salafush sholih.


Menjaga 40 Hadits Rosulullah dan Pahala Bagi Orang yang Mengamalkannya

Mengutip dari perkataan syekh Muhamad bin Abi Bakar di dalam kitab Mawa'idz Al Ushfuriyah dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh bahwa "Barang siapa yang mengumpulkan 40 hadits Rosulullah (hafal dan mengamalkannya), maka ketika orang tersebut akan mendapatkan ampunan dari Allah Ta'ala."

Dalam hadits lain menyebutkan akan dimasukan kedalam surganya Allah melalui pintu manapun yang dia kehendaki.

Hadits yang disebutkan di atas dianggap dho'if namum syah digunakan sebagai landasan fadho'ilul a'mal yakni sebagai tambahan keutamaan amal.

Kemudian hadits diatas berhubungan dengan apa yang akan kami sampaikan yaitu 40 hadits Rosulullah yang dikumpulkan oleh mu'alif di dalam kitabnya yang insya Allah akan kami sampaikan satu persatu per posting yang mana setiap satu haditsnya disertai dengan hikayat yang berhubungan dengan isi hadits yang disampaikan.

Di dalam muqodimahnya, mu'alif menyebutkan bahwa dengan mengumpulkan 40 hadits Rosulullah di dalam kitabnya, beliau berharap agar mendapat ampunan dari Allah dengan merendahkan diri kepada Allah beliau menyebutkan bahwa beliau adalah hamba yang penuh dosa.

Demikian yang diucapkan oleh beliau sebagai tanda bahwa manusia makhluq yang lemah dan tak luput dari dosa. Jika Ulama yang sangat menjaga sunah saja merasa banyak dosa kepada Allah, bagaimana dengan kita yang sudah sering melabrak larangan Allah apalagi sunah Rosul.

Tentu ini merupakan i'tibar bahwa dengan melihat akhlak para ulama kita menjadi merasa malu kepada Allah dan perasaan malu adalah tanda bahwa adanya iman.


Balasan Allah Terhadap Orang yang Berbelas Kasih Dengan Sesama

Pada pembahasan kitab Al Ushfuriyah ini kita akan lebih cenderung membahas tentang hati, cinta kasih, peduli terhadap sesama. Ini menandakan bahwa mu'alif adalah seorang ulama dari jalur tashowuf.

Karena bagaimanapun juga seorang muslim tidak boleh mengabaikan hatinya. Karena seberapa banyak pun amal seseorang tak akan bisa merasakan manisnya iman jika hatinya tidak ditata dengan baik dan Allah paling tahu hati tiap-tiap hambanya dan Allah sangat mencintai hambanya yang memiliki kepekaan terhadap sesama yakni saling berbagi kasih bukannya dhzolim.


Hadits pertama

Adapun hadits pertama dari 40 hadits yang dikumpulkan oleh mu'alif di dalam kitabnya yaitu hadits tentang pentingnya berbelas kasih terhadap sesama makhluk.

Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu 'anhu (putra dari Sayidina Umar) bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

اَلرَّحِمُونَ يَرحَمهُمُ الرَّحمَن إِرحَمُوا مَن فِي الأَرضِ يَرحَمكُم مَن فِي السَّمَاء

Terjemah bebas:

"Orang-orang yang berbelas kasih (pemurah) Allah akan merohmati orang tersebut dengan sifat Rohmannya Allah, maka sayangilah penghuni bumi niscaya yang di langit akan menyayangi kalian."

Sifat Rohmannya Allah mencakup semua makhluq, baik yang hidup maupun yang terlihat mati, baik manusia maupun hewan, baik muslim maupun non muslim. Jadi, sifat Rohmannya Allah itu berupa ni'mat yang bisa dirasakan oleh semua makhluq.

Sedangkan sifat Rohimnya Allah khusus ditujukan kepada mereka yang beriman seperti bertambahnya iman, bertambahnya ni'mat seperti meningkatnya fungsi inderawi, berkahnya rizki dan lain-lain.

Dari hadits di atas, mualif ingin menyampaikan betapa Allah menyayangi makhluq-Nya dengan memerintahkan kepada kita untuk saling menyayangi dengan sesama yang akan berdampak terhadap makhluq itu sendiri dan kita termasuk di dalamnya.

Seperti kisah yang terjadi pada Sayidina Umar rodhiyallahu 'anhu. Karena kebaikan hati beliau terhadap makhluq, maka Allah meridho'i perbuatannya sehingga nilai kebaikan hatinya itu lebih tinggi daripada amal-amalnya yang lain.

Al mawaidhz al usfuriyah
Pinterest


Kisah Sayidina Umar dan Burung Pipit

Suatu ketika Sayidina Umar rodhiyallahu 'anhu berjalan berkeliling kota Mekah memantau keadaan rakyatnya, karena pada masa itu kedudukan Sayidina Umar adalah sebagai kholifah menggantikan Sayidina Abu Bakar.

Ditengah perjalanannya Sayidina Umar melihat anak-anak kecil memainkan burung pipit yang mana kaki dari burung tersebut diikat sehingga ketika burung-burung itu terbang kemudian kakinya ditarik oleh anak-anak lalu jatuh ke tanah.

Melihat pemandangan yang seperti itu membuat hati Sayidina Umar kasihan kepada burung pipit yang dijadikan mainan oleh anak-anak. Coba kita perhatikan bagaimana Sayidina Umar bersikap terhadap anak-anak untuk melepaskan burung-burung itu, apakah Beliau akan memarahi mereka?

Dengan bijaksananya Sayidina Umar merogoh sakunya untuk mengambil uang kemudian dibelinya burung-burung itu dari anak-anak kemudian satu-persatu burung pipit tersebut beliau lepaskan dan terbang bebas.

Dari hikayat Sayidina Umar dan burung pipit, maka oleh mu'alif dijadikan judul dari tulisan beliau yaitu Al Ushfuriyah yang berarti burung pipit. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kitab Mawa'idhz Al Ushfuriyah adalah nasihat burung pipit, kurang lebih seperti itu.

Setelah kisah itu berlalu dan masa kepemimpinan Sayidina Umar sudah berganti dan beliau juga sudah wafat dan berganti masa, kemudian ada satu jema'ah ulama bermimpi yang sama tentang Sayidina Umar.

Menurut pengakuan jumhur ulama yang tentunya adalah para ahli Allah, mereka bermimpi bertemu dengan Sayidina Umar dengan kondisi beliau yang terlihat enak dengan kemewahan yang Allah berikan.

Kemudian ulama bertanya kepada Sayidina Umar: "Apa yang Allah perbuat terhadapmu wahai Sayidina Umar?"

Sayidina Umar menjawab: "Allah telah membalas kebaikanku."

Ulama: "Apa karena sifat arifmu, atau karena menjauhi maksiat atau karena sifat zuhudmu?"

Sayidina Umar menjawab: "Ketika aku wafat, kemudian kalian menguburku dengan tanah lalu meninggalkan aku sendirian di liang kubur, kemudian datang dua malaikat (Munkar dan Nakir) kepadaku, namun sebelum kedua malaikat itu bertanya kepadaku tiba-tiba datang suara tanpa rupa dan berkata; Tinggalkanlah hambaku janganlah kalian menakut nakutinya. Sesungguhnya Aku memberi belas kasihan kepadanya dan membalas kebaikannya, karena dia telah mengasihi burung pipit di dunia, maka Aku mengasihinya dari siksa kubur."

Dari hikayat sayidina Umar dan burung pipit, lagi-lagi Ulama memberi pesan kepada kita bahwa amal bukanlah jaminan seseorang lolos dari adzab kubur dan neraka tapi karena ridho Allah yang berperan dan ridho Allah ada di antara amal-amal kita yang baik menurut Allah bukan baik menurut kita.

Terhindarnya Sayidina Umar dari siksa kubur sesungguhnya bukan karena amal kebaikan Sayidina Umar terhadap burung pipit tapi memang kehendak Allah.

Allah yang menghendaki dengan diberikannya hati yang lembut kepada Sayidina Umar terhadap sesama dibalik watak beliau yang sangat keras terlebih ketika beliau belum masuk Islam adalah orang yang paling kejam dan ditakuti oleh orang-orang kafir Quraisy dan muslim Quraisy.

Allah yang menghendaki ketika Rosulullah berdo'a kepada Allah agar salah satu diantara dua nama Umar pada kaum Quraisy menjadi muslim dan memberi kekuatan bagi umat Islam, kemudian Allah mengabulkan do'a Rosulullah dengan masuk Islamnya Sayidina Umar bin Khothob.

Setiap kejadian yang Allah tunjukan kepada manusia adalah mendidik karena banyak hikmah yang bisa diambil pelajaran bagi mereka yang berfikir dan mau bersyukur kepada Allah.

Hikayat tentang Sayidini Umar dan burung pipit ini memberi pelajaran kepada kita akan pentingnya berbelas kasih kepada sesama. Karena kelak rasa cinta kasih yang dimiliki manusia menjadi tiket masuk surga ketika timbangan amal kita berimbang dengan dosa.

Manusia akan saling tolong menolong. Saudara dengan saudara, teman dengan teman, anak dengan ayah dan guru dengan muridnya. Seperti yang di jelaskan oleh Imam Al Qurtubi di dalam kitabnya dan tempat itu dinamakan A'rof.

Di bukit A'rof vonis terhadap manusia untuk masuk ke surga ditangguhkan sampai timbangan amalnya lebih berat daripada timbangan dosa dengan saling mema'afkan, saling membantu atas dasar cinta kasih.


Kisah Seorang Abid dan Gundukan Pasir

Kemudian, hikayat yang kedua yaitu menceritakan tentang seorang abid yakni seorang budak laki-laki, dia dari golongan bani Isro'il.

Suatu ketika seorang abid ini berjalan dan melihat gundukan pasir kemudian terbersit di dalam hatinya sebuah keinginan yang kuat.

Ia berkata: "Seandainya pasir tersebut adalah tumpukan gandum, maka akan ku buat roti kemudian roti itu aku bagi-bagikan kepada orang-orang, karena aku ingin sekali bisa berbagi dengan orang-orang."

Ia berkata seperti itu karena sadar dengan keadaannya sebagai hamba sahaya sangat sulit untuk bisa bersedekah. Kemudian Allah mengutus seorang Nabi untuk menyampaikan kabar kepada seorang abid tersebut.

Tidak disebutkan oleh mu'alif nama Nabi yang Allah utus tadi, karena memang banyak Nabi yang Allah utus kepada bani Isro'il dan kebanyakan dari mereka bani Isro'il berlaku dhzolim terhadap para Nabi, bahkan mereka berani membunuh para utusan Allah.

Nabi yang Allah utus tadi menyampaikan pesan, bahwa Allah memberi pahala kepada abid tersebut karena kuatnya keinginan dan juga karena didasari oleh rasa cinta kasih berbagi apa yang ia miliki kepada sesama.


Penutup

Jadi, sangat penting bagi tiap-tiap muslim untuk memiliki hati yang peduli dan berbelas kasih terhadap sesama, tidak mengganggu, tidak merusak, tidak menganiaya, tidak usil dan tidak saling membenci satu sama lain.

Wallahu a'lam bishowab


Sumber: kitab Al Mawa'idhz Al Ushfuriyah


Open Comments

Posting Komentar untuk "Kisah Sayidina Umar dan Burung Pipit"