Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Penjelasan Lengkap Sifat-sifat Ma'nawi dan Sifat yangJaiz Pada Dzat Allah S.W.T.

Penjelasan Lengkap Sifat-sifat Ma'nawi dan Sifat yangJaiz Pada Dzat Allah S.W.T.

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
 بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah sebelumnya kita membahas sifat-sifat yang termasuk kedalam sifat ma'ani, maka selanjutnya kita masuk ke pembahasan sifat-sifat yang termasuk ke dalam sifat ma'nawi.

Pada posting yang telah lalu dalam pembahasan sifat 20 telah dijelaskan bahwa sifat Ma’nawi adalah perkara-perkara sebangsa i’tibar dan menjadi sifat yang lazim bagi sifat ma'ani. Penjelasan lengkapnya silahkan kunjungi pembahasan awal sifat 20 dengan mengklik tulisan berwarna biru di atas.


Perbedaan Sifat Ma'nawi dengan Sifat Ma'ani

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa sifat ma'nawi adalah sifat sebangsa i'tibar, lalu apa itu i'tibar?

I'tibar secara istilah adalah mengambil makna atau pelajaran dari sesuatu, seperti misalnya; "dengan menela'ah ciptaan Allah maka kita akan memahami sifat-sifat-Nya sebagai i'tibar, ternyata begitu besar kasih sayang Allah kepada makhluq-Nya karena tak satupun makhluq luput dari pengaturan-Nya seperti diberikannya rizki."

Sifat ma'nawi tidak seperti sifat ma'ani yang bisa dikatakan ada karena yang ada pada dzat Allah yaitu sifat ma'ani, sedangkan sifat ma'nawi menyertai atau menetapi sifat ma'ani yang ada pada dzat Allah.

Kemudian sifat ma'nawi ini tidak bisa dikatakan tidak ada, karena setiap sifat ma'ani yang ada pada dzat Allah sudah tentu disertai sifat ma'nawi yang menjadi sifat yang lazim bagi sifat ma'ani.

Jadi, sifat qudroh yang ada pada dzat Allah sudah pasti disertai oleh sifat kaunuhu qodiron, sifat irodah disertai sifat kaunuhu muridan, sifat 'ilmu disertai dengan sifat kaunuhu 'aliman, sifat hayat disertai sifat kaunuhu hayan, sifat sama' disertai dengan sifat kaunuhu sami'an, sifat bashor disertai dengan sifat bashiron dan sifat kalam disertai dengan sifat kaunuhu mutakaliman.

Disertainya sifat ma'ani oleh sifat ma'nawi bukan berarti bahwa sifat ma'nawi ini adalah sifat tambahan bagi sifat ma'ani pada dzat Allah, akan tetapi menjadi kelaziman bagi sifat ma'ani.

Tijan Ad Darori


Kaunuhu Qodiron

Wajib menurut akal bahwa Allah memiliki sifat kaunuhu qodiron artinya keadaan Allah yang terbukti kuasa. Dan sifat kaunuhu qodiron ini sifat yang haq bagi Allah bukan karena ditentukan oleh akal yang berdasarkan dalil naqli, akan tetapi akal hanya menemukan karena sifat kaunuhu qodiron ini sudah ada dengan tidak didahului oleh ketidak beradaannya dan tidak ada akhirnya.

Pengertian kaunuhu qodiron itu berbeda dengan sifat qudroh pada dzat Allah tapi bukan berarti sifat yang terpisah yang artinya sifat kaunuhu qodiron ini bukan tambahan dari sifat qudroh tapi talazum bilazim bahwa sifat qudroh yang ada pada dzat Allah adalah bukti dari keadaan Allah yang kuasa (kaunuhu qodiron).

Berbeda dengan sifat kuasanya makhluq yang bermakna talazum bil'ilat yang artinya setiap kuasa yang ada di makhluq disertai dengan sebab akibat atau alasan yang nantinya menjadi penghalang sifat kuasanya.

Seseorang bisa saja dikatakan kuasa selagi tak ada sesuatu yang menghalangi terhadap sifat kuasanya itu, namun jika ada sesuatu yang menjadi penghalang bagi sifat kuasanya, maka dia tak lagi disebut kuasa. Seperti lengsernya seorang presiden yang menyebabkan ia tak lagi berkuasa.

Kuasanya Allah itu haq Allah yang tanpa sebab atau alasan tapi sudah ada tanpa didahului oleh ketiadaan-Nya. Sifat kuasanya Allah bukan disebabkan karena ditemukannya oleh akal manusia, karena akal hanya sebatas menemukan dengan bertafakur dan dengan dalil naqli sebagai sumber petunjuk.


Sifat Mustahil Dari Sifat Kaunuhu Qodiron

Lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu qodiron adalah kaunuhu ‘ajizan artinya keadaan Allah yang terbukti lemah. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu qodiron sama dengan sifat qudroh.


Kaunuhu Muridan

Sifat kedua dari sifat ma’nawi adalah kaunuhu muridan yang artinya keadaan Allah yang berkehendak. Sifat ke limabelas dari sifat duapuluh, sifat yang ada pada dzat Allah dan sifat menetapi sifat irodah. 

Lawan (sifat mustahil dari sifat kaunuhu muridan adalah kaunuhu karihan yang artinya keadaan Allah yang terpaksa. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu muridan sama dengan sifat irodah.


Kaunuhu ‘Aliman

Sifat kaunuhu ‘aliman artinya keadaan Allah yang mengetahui. Sifat ini menetap pada sifat ‘ilmu dan lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu ‘aliman adalah kaunuhu jahilan yang artinya keadaan Allah yang bodoh. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu ‘aliman sama dengan sifat ‘ilmu.

Kaunuhu Hayan

Sifat kaunuhu hayan artinya keadaan Allah yang hidup. Sifat ini menetap pada sifat hayat dan lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu hayan adalah kaunuhu mayitan yang artinya keadaan Allah yang mati. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu hayan sama dengan sifat hayat.

Kaunuhu Sami’an

Sifat kaunuhu sami’an artinya keadaan Allah yang mendengar. Sifat ini menetap pada sifat sama’ dan lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu sami’an adalah kaunuhu ashomma yang artinya keadaan Allah yang tuli. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu sami’an sama dengan sifat sama’.


Kaunuhu Bashiron

Sifat kaunuhu bashiron artinya keadaan Allah yang melihat. Sifat ini menetap pada sifat bashor dan lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu bashiron adalah kaunuhu a’ma yang artinya keadaan Allah yang buta. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu bashiron sama dengan sifat bashor.

Orang yang mema’rifatkan sifat Kaunuhu sami’an dan kaunuhu bashiron serta benar dalam mema’rifatkannya, sehingga tembus kepada rasa haqiqi, rasa dilihat dan didengar oleh Allah, orang tersebut disebut ‘arif, imannya ‘ilmul yaqin dan haqul yaqin. Sesaat adanya rasa tersebut itu lebih baik daripada sholat sunat selama enampuluh tahun. 

Hasil adanya rasa bisa ditempuh dengan dua jalan :

Pertama bertafakur, yang disebut jalan taroqi yakni naiknya makhluq menuju Allah (wushul) orangnya disebut washilin, dengan jalan :

  1. Matikan hasil penglihatan dan pendengaran pribadi, jangan didengarkan oleh hati sebab akan menghalangi hati yang sedang muroqobah kepada Allah.
  2. Matikan rasa bergaul dengan makhluq, tajarudkan rasa menyendiri seolah berada dalam keheningan. Dengan adanya rasa tajarud maka timbul-lah rasa berdua dengan Allah, hanya ada diri dan Allah.
  3. Tajarud bidayah, yaitu rasa menyendiri dengan keadaan memang benar-benar sendirian, menjauh dari keramaian. Jalan tajarud bidayah ditempuh setelah menghias tubuh dengan amal sholih, dzikir, tasbih, membaca Al-qur’an, mengurangi makan, namun jangan terlalu kosong agar bisa tajali kepada Allah. 
  4. Tajarud nihayah, yaitu rasa menyendiri dalam keramaian. Untuk pemula tempuh tajarud bidayah terlebih dahulu agar bisa tajarud nihayah.
  5. Tembuskan iman kepercayaan, sehingga yakin menjadi hisi yang bersemayam pada rasa bahwa Allah mendengar dan melihat, yang melihat dan mendengarkan terhadap perilaku dan bersitan-bersitan yang terbersit dalam hati kita.
  6. Jangan pernah mentafakuri dzat Allah sebab ditemukannya sifat sama’ dan bashor dalam bertafakur sudah cukup bagi kita mengenal Allah. Cukup dengan mentafakuri sifat-sifat dan af’al-Nya termasuk asma-Nya.

Yang ke dua langsung tajali dari Allah rasa terang didengar dan dilihat Allah, disebut jalan tanazul yaitu turun dari Allah kepada makhluq, orang tersebut disebut ‘arif mutlaq, orang tersebut ada pada maqom auliya


Kaunuhu Mutakaliman

Sifat kaunuhu mutakaliman artinya keadaan Allah yang terbukti berfirman. Sifat ini menetap pada sifat kalam dan lawan (sifat mustahil) dari sifat kaunuhu mutakaliman adalah kaunuhu abkam yang artinya keadaan Allah yang terbukti Bisu. Dalil aqli dan dalil naqli sifat kaunuhu mutakaliman sama dengan sifat kalam.


Pembagian Ta'aluk Terhadap Sifat Ma'ani

Berikut pembagian ta’aluk sifat ma’ani terdiri dari empat bagian diantaranya adalah:

  1. Ta’aluknya sifat qudroh dan sifat irodah terhadap segala sesuatu yang mumkin, baik yang mumkin ma’dum maupun yang mumkin (perkara yang bisa saja terjadi/ada) maujud.
  2. Ta’aluknya sifat sama’ dan sifat bashor terhadap segala yang maujud, baik yang maujud hadits maupun yang maujud qodim.
  3. Ta’aluknya sifat ‘ilmu dan sifat kalam terhadap segala yang wajib, mustahil dan jaiz.
  4. Yang tak mempunyai ta’aluk yaitu sifat hayat. Hidupnya Allah yaitu dzat-Nya. Adapun sifat-sifat yang lain seperti qudroh, irodah dan ‘ilmu bisa dijadikan dalil bahwa Allah itu hidup, namun sifat qudroh, irodah dan ‘ilmu bukanlah hayatnya Allah.

Pegertian ta’aluk adalah permintaan sifat terhadap perbuatan termasuk keharusan sifat tersebut menetap pada dzat Allah S.W.T. sederhananya pengertian ta’aluk adalah hubungan/kontak sifat-sifat Allah terhadap penciptaan dan pengaturan makhluq.


Sifat Jaiz

Adapun sifat jaiz atau sifat wenang yang haq pada dzatnya Allah S.W.T. yaitu mengerjakan sesuatu yang mumkin atau tidak mengerjakannya.


Pengertian Jaiz Menurut Aqidah

Adapun pengertian jaiz menurut aqidah yaitu perkara yang tergambar oleh akal ghorizi keberadaannya dan ketidak beradaannya. Dengan demikian, maka masuk akal jika Allah mengerjakan/menciptakan perkara yang bisa saja terjadi atau tidak mengerjakannya karena Allah itu kuasa dan memiliki kehendak mutlak yang tak bergantung kepada sesuatu apapun.


Dalil Naqli Sifat Jaiz

Di dalam Al Qur-an surat Ibrohim ayat 19 Allah berfirman:

اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ بِالۡحَـقِّ‌ؕ اِنۡ يَّشَاۡ يُذۡهِبۡكُمۡ وَيَاۡتِ بِخَلۡقٍ جَدِيۡدٍۙ

"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar)? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu)."


Dalil Aqli Sifat Jaiz

Jawaznya Allah terhadap menciptakan atau tidaknya perkara yang mumkinul wujud (perkara yang bisa saja terjadi) menunjukan terhadap mustahilnya Allah wajib menciptakan perkara yang wajibul wujud (perkara yang seharusnya terjadi) dan perkara yang muhalul wujud (perkara yang mustahil).

Allah tidak harus menciptakan sesuatu yang harus terjadi atau harus ada keberadaannya, karena adanya perkara yang harus ada seperti adanya dzat Allah bukan dari hasil penciptaan karena hanya dzat Allah yang keberadaannya harus ada (wajibul wujud) karena Allah menjadi sebab adanya makhluq.

Selain dzat Allah maka semuanya adalah mumkinul wujud yakni perkara yang keberadaannya bisa saja terjadi karena hasil dari penciptaan dan Allah lah yang menciptakan segalanya termasuk menciptakan sesuatu yang mustahil menurut akal.

Allah sangat bisa dan mampu menciptakan perkara-perkara yang mustahil menurut akal, karena tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Allah berkehendak, namun tentu saja Allah tidak diharuskan menciptakan perkara yang mustahil menurut akal karena kehendak Allah tidak disandarkan kepada sesuatu apa pun.


Perkara Mumkinul Wujud yang Harus Diimani Keberadaannya

Perkara mumkinul wujud yang wajib diyakini keberadaannya sehingga kufur orang yang tidak meyakininya yaitu ada dua puluh satu perkara:

  1. Alam barjah.
  2. Siksa di alam barjah.
  3. Ni'mat kubur.
  4. Bangkit dari kubur setelah kiamat (ba'ats).
  5. Mahsyar.
  6. Maukif.
  7. Mizan.
  8. Hisaban.
  9. Shirothol mustaqim.
  10. Telaga kautsar.
  11. Surga.
  12. Ni'mat di Surga.
  13. Kekal di Surga.
  14. Melihat Allah di Surga.
  15. Neraka.
  16. Siksa Neraka.
  17. Kekalnya Kafirin di Neraka.
  18. Syafa'at Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.
  19. Mu'jizat para anbiya dan karomah Auliya.
  20. Hari kiamat sebelum ba'ats.
  21. Pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.

Semua yang disebutkan diatas wajib diimani oleh setiap Mukalaf karena disebutkan dan diperintahkan oleh syara' yakni hukum dari Allah disampaikan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam sebagai bagian dari rukun iman yakni iman kepada hari akhir dan kepada perkara yang ghoib.


Sembilan Aqo'id yang Wajib Diketahui

Wajib diyakini oleh setiap mukalaf terhadap sembilan aqo’id, diantaranya adalah :

  1. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa mustahil bagi Allah harus (wajib) menciptakan sesuatu yang mumkin atau tidak menciptakannya (lawan dari sifat jaiz).
  2. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa apa yang dicptakan Allah tidak sepi dari hikmah atau manfaat, termasuk hukum-hukum Allah.
  3. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa Allah tidak mengambil manfaat dari apa yang diciptakan-Nya. Justru Allah menciptakan sesuatu untuk kemaslahatan makhluq atas dasar Arrohman dan Arrohim dan Allah tidak butuh apapun karena Allah Maha Kaya.
  4. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa pada hal yang mumkinat tidak memberi pengaruh terhadap sesuatu apapun dengan kekuatannya.
  5. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa mustahil pada hal yang mumkinat memberi pengaruh terhadap sesuatu dengan kekuatannya.
  6. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan terhadap barunya semua alam.
  7. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa mustahil qodimnya alam, mustahil jika alam ini dahulu tanpa didahului oleh ketidak beradaannya.
  8. Wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkan bahwa pada hal yang mumkinat (perkara yang bisa saja terjadi/mungkin) tidak memberi pengaruh terhadap sesuatu apapun dengan tabiatnya.
  9. Wajib bagi setiap mukalaf menekadkan bahwa mustahil pada hal yang mumkinat memberi pengaruh terhadap sesuatu dengan tabiatnya.

Dengan demikian sifat yang haq pada dzat Allah S.W.T. serta wajib bagi setiap mukalaf untuk menekadkannya ada 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan satu sifat jaiz beserta 9 aqoid semuanya berjumlah 50 aqo’id yang menjadi bagian dalam mema’nai lafadz لا اله الّا الله   karena setiap kali kita mengucap lafadz tauhid tersebut sifat-sifat yang sudah dibahas dari awal sampai akhir harus bisa terangkum semuanya dalam lafad “Allah” saat kita berdzikir.


Pengertian Lafad La Ilaha Illallah

Adapun pengertian dari lafadz  لا اله إلّا الله   adalah لا معبود بحقّ في الوجود إلّا الله artinya tidak ada tuhan yang haq disembah kecuali Allah dan lazimnya “ma’būda bihaqqi” yaitu lazim dari perkataan yang menyebutkan bahwa tuhan yang haq disembah adalah Maha Kaya dan sangat dibutuhkan oleh semua makhluq. 


Allah Maha Kaya dan Sangat Dibutuhkan Oleh yang Lainnya

Adapun kenyataan lazimnya kaya dan sangat dibutuhkan oleh yang lain pada dzat Allah ada dalam limapuluh aqo’id (dalam pembahasan sebelumnya). Dari limapuluh aqo’id dibagi menjadi dua bagian diantaranya duapuluh delapan aqo’id masuk kedalam :

 مُسْتَغْنِيُ عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ  “Allah kaya dari setiap yang lainnya.” Dan duapuluh dua aqo’id masuk kedalam :

 إفْتِقَارُ كُلِّ مَا عَدَاهُ “Allah dibutuhkan oleh yang lainnya.”


Allah kaya dari pada yang lainnya

Dibawah ini ada 14 aqo’id yang wajib dan 14 aqo’id yang mustahil yang menyatakan bahwa Allah itu kaya daripada yang lainnya :

  1. Wujud mustahil ‘Adam
  2. Qidam mustahil Huduts
  3. Baqo mustahil Fana.
  4. Mukholafatu Lilhawaditsi mustahil Mumatsalatu Lilhawaditsi.
  5. Qiyamuhu Binafsihi mustahil Ihtiyaju Bigoirihi.
  6. Sama’ mustahil Ashom.
  7. Bashor mustahil A’ma.
  8. Kalam mustahil Abkam.
  9. Kaunuhu Sami’an mustahil Kaunuhu Ashomma.
  10. Kaunuhu Bashiron mustahil Kaunuhu A’ma.
  11. Kaunuhu Mutakaliman mustahil Kaunuhu abkam.
  12. Allah tidak berkewajiban mengerjakan sesuatu yang mumkin atau tidak mengerjakannya dan mustahil Allah wajib mengerjakan sesuatu yang mumkin atau tidak mengerjakannya.
  13. Allah tidak mengambil faedah dari apa yang diciptakan-Nya dan mustahil Allah mengambil faedah dari apa yang diciptakan-Nya.
  14. Pada perkara yang mumkinat tidak memberi terhadap sesuatu apapun dengan kekuatannya dan mustahil pada perkara yang mumkinat bisa memberi pengaruh dengan kekuatannya.


Allah sangat dibutuhkan oleh yang lainnya

Di bawah ini ada 11 aqoi’d yang wajib dan 11 aqo’id yang mustahil yang menyatakan Allah sangat dibutuhkan oleh yang lainnya, jadi jumlah keseluruhannya ada 22 aqo’id :

  1. Wahdaniyah  mustahil Ta’adud.
  2. Qudroh mustahil ‘Ajazah.
  3. Irodah mustahil Karohah.
  4. ‘Ilmu mustahil Jahil.
  5. Hayat mustahil Maut.
  6. Kaunuhu Qodiron mustahil Kaunuhu ‘Ajizan.
  7. Kaunuhu Muridan mustahil Kaunuhu Karihan.
  8. Kaunuhu ‘Aliman mustahil Kaunuhu Jahilan.
  9. Kaunuhu Hayan mustahil Kaunuhu Mayitan.
  10. Alam semesta itu baru mustahil alam semesta itu qodim.
  11. Pada perkara yang mumkinat tidak memberi pengaruh terhadap sesuatu dengan tabiatnya dan mustahil pada hal yang mumkinat memberi pengaruh terhadap sesuatu dengan tabiatnya.

Semua yang sudah dibahas dari mulai sifat nafsiyah beserta satu sifatnya, sifat salbiyah beserta lima sifat yang lainnya, sifat ma’ani beserta tujuh sifat lainnya, sifat ma’nawi beserta tujuh sifat lainnya ditambah satu sifat jaiz dan sembilan aqo’id semuanya wajib diketahui oleh tiap-tiap mukalaf dengan tekad bahwa semua aqo’id yang berjumlah limapuluh adalah haq Allah yang keberadaannya wajib menurut akal dan wajib diketahui oleh setiap mukalaf menurut hukum syara' karena sesuai dengan dalil naqli yaitu dalil yang diambil dari keterangan Al-qur’an atau hadits.


Penutup

Dengan demikian selesai sudah pembahasan tentah sifat 20. Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bishowab.


Sumber :

  • Kitab Tijan Addarori.
  • Sifat Duapuluh arab pegon bahasa Sunda.
  • Sifat Duapuluh dan Asma’ul Husna majelis dzikir Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah Miftahul Janah Cikangkung-Rengasdengklok-Karawang.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Sifat-sifat Ma'nawi dan Sifat yangJaiz Pada Dzat Allah S.W.T."