Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Pengertian Zuhud Dunia

Pengertian Zuhud Dunia

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرحمن الرحيم


Telah berkata sayid Abu Hasan Asy-syadzili Rohimahullahu Ta’ala :

“Tidak akan meningkat seorang murid yang mengharapkan akhirat terkecuali jika syah mencintai Allah yang Maha Haq dan tidak akan dicintai oleh Allah yang Maha Haq seorang murid terkecuali ia membenci dunia dan ahli dunia dan zuhud terhadap kenikmatan dunia dan akhirat.”


Kemudian kembali berkata sayid Abu Hasan Asy-syadzili :

“Semua muridin yang mencintai dunia, maka Allah yang Maha Haq membenci kepadanya atas menghitung-hitungnya orang tersebut akan cinta dunia sedikit dan banyaknya, maka wajib bagi dia melemparkan dunia itu dari tangannya dan dari hatinya dari awal masuknya dia sebagai muridin thoriqoh dan dimana-dimana belajarnya (talqin) seorang murid kepada syekhnya atau telah mengikrarkan diri (bai’at) di hadapan syekhnya/gurunya, sementara dia lebih cenderung mencintai dunia, maka dia harus kembali pada tempat dimana dia datang yakni mengulang lagi dari pelajaran awal dan dibuangnya dari dia yaitu thoriqoh.


Maka sesungguhnya paling sedikitnya azas yang dimiliki oleh seorang murid dalam berthoriqoh adalah zuhud dunia, maka barangsiapa yang belum zuhud dalam urusan dunia maka tidak syah dalam membangun satu perkara dalam urusan akhirat.”



Zuhud
Pinterest


Telah berkata sayid syekh Abdul Qodir Jailani Rohimahullahu Ta’ala:

“Barangsiapa yang mengharapkan akhirat maka dia harus zuhud dalam urusan dunia dan barangsiapa yang mengharapkan Allah Ta’ala maka dia harus zuhud dalam urusan akhirat, selama masih ada di dalam hatinya syahwat dunia atau kenikmatan-kenikmatan dunia seperti makanan, pakaian, istri, kekuasaan, keagungan, pangkat/kedudukan. 


Atau asyik dalam menggali/memperdalam satu fan ilmu yang selebihnya dari fardhu seperti belajar riwayat hadits seperti yang terjadi di jaman sekarang, belajar membaca alqur’an dengan menggunakan qiro’at sab’ah, ilmu nahwu, ilmu fiqih (yang tidak sesuai dengan apa yang dia butuhkan dan pengamalannya), maka yang demikian tadi bukanlah cinta akhirat, sesungguhnya dia masih gemar terhadap perkara dunia dan masih mengikuti nafsu.”


Telah berkata Abu Abdillah Al-magribi Rohimahullahu Ta’ala :

“Orang faqir yang kosong dari urusan dunia meski amalnya sedikit daripada amal-amal yang unggul adalah lebih utama daripada seluruh ahli ibadah tapi disertai dunia. Bahkan seberat semut dari amalnya orang faqir yang kosong dari urusan dunia adalah lebih utama daripada amal-amalnya ahli dunia yang sebesar gunung.”


Telah berkata sayid Abu Mawahib Asyadzili Rohimahullahu Ta’ala :

“Ibadah yang disertai cinta kepada dunia adalah kesibukan/kepayahan hati dan kesulitan/kelelahan daripada anggota tubuh yakni hanya mendapat lelahnya saja dari apa yang dikerjakannya, maka ibadahnya itu walaupun banyak tetapi nilainya sedikit dan pastinya ibadah yang dihitung banyak tersebut adalah menurut sangkaan orang tersebut saja dan ibadahnya tersebut sama halnya dengan satu bentuk/tubuh yang tidak ada ruhnya dan hanya sekedar bayangan/hayalan kosong yang tidak ada tingkah (hayalan tanpa kenyataan). 


Dan terhadap yang demikian ini engkau melihat bahwa banyak sekali orang-orang yang mencintai dunia seperti memperbanyak puasa, memperbanyak sholat, memperbanyak ibadah haji, akan tetapi tidak ada pada mereka cahaya zuhud dan tidak ada manisnya ibadah.”


Hakikat daripada zuhud dunia adalah meninggalkan kecenderungan pada dunia bukan berarti tidak memiliki apa-apa dari dunia, karena tidak dicegah oleh syara’ akan jual beli (berdagang) atau menjual jasa keahlian (pekerja, tukang, buruh dsb.) dan tak ada yang berkata bahwa zuhud itu berarti tidak memiliki dunia.


Adapun diambilnya sikap oleh kebanyakan para sahabat dan para tabi’in atas kosongnya tangan mereka daripada dunia yaitu agar kita yakni orang-orang yang terhalang dari menyaksikan hakikat dari para pembesar-pembesar Islam ini untuk mengikutinya, maka oleh sebab itu para sahabat dan para tabi’in mendzhohirkan/menampakkan pada kita semua bahwa zuhud dunia itu dengan kosongnya tangan yakni mengajarkan kepada kita agar tidak kikir dan juga mencegah dari perilaku berlebihan pada dunia karena takut kalau-kalau kita termasuk orang-orang yang mencintai dunia sehingga tidak mendapat petunjuk setelah terjerumusnya kita pada perilaku cinta dunia yang menyebabkan susahnya kita keluar dari perbuatan cinta dunia dan berdesak-desakan/berlomba-lomba demi untuk mendapatkan dunia. 


Maka sesungguhnya orang-orang yang sempurna (kamil) akalnya, tidak akan menyibukan diri mereka dari Allah Ta’ala karena sesuatu yakni perkara dunia ataupun (dengan dalih) akhirat. 


Berbeda dengan orang-orang yang lalai : Maka selamatkanlah wahai saudaraku, setiap orang yang kau lihat dengan berbagus-bagus pakaiannya dari orang banyak, bila kamu takut atas mereka yakni para pengikut (murid) bahwa mengikutinya mereka (dengan berbagus-bagus pakaian) itu karena mengikuti yang disertai dengan kebodohan mereka dengan apa yang tampak, dengan tujuan mengikuti gurunya.


Maka hendaknya engkau untuk melarang dia (sang guru) dari berbagus-bagus pakaiannya karena takut menimpa murid-muridnya atau engkau meminta dia (sang guru) untuk berkata kepada murid-muridnya : “Janganlah kalian semua mengikuti aku dalam bagusnya pakaian, istri dan bagusnya kendaraan karena sesungguhnya yang demikian ini (bagusnya pakaian, istri dan kendaraan) belum berhak untuk kalian pada masa sekarang.” yang demikian ini (bagusnya pakaian, istri dan kendaraan) jika ditemukan dari harta yang halal, jika hartanya tidak halal maka ingkarilah atas guru yang demikian tadi dan wajib dan harus engkau fahami. 


Selanjutnya tidaklah samar (jelas/bisa dibedakan) sesungguhnya orang-orang yang (dianggap) zuhud pada hakikatnya bukanlah orang-orang yang zuhud kecuali pada barang (rizki) yang tidak bisa dibagikan. Adapun sesuatu (rizki) yang tidak bisa dibagikan kepada mereka (orang-orang zuhud), maka tidak syah bagi seseorang yang zuhud pada sesuatu (rizki) yang tidak bisa dibagikannya perkara (rizki)  dengan cara meninggalkan (menolak) sesuatu (rizki) yang dibagikan kepadanya itu. 


Dan pastinya juhud itu adalah meninggalkan kecenderungan pada harta/rizki yang dibagikan kepadanya, biasanya dengan cara tidak bakhil (kikir/pelit) dengan dunia terhadap orang yang berhak dan dia tidak disibukkan dengan dunia sehingga lalai kepada tuhannya, maka ketahuilah yang demikian ini wahai saudaraku.


Demikianlah peringatan dari Ulama akan pentingnya menjaga hati dari kecintaan pada dunia yang bisa menggelincirkan langkah seseorang menuju dan mengharap ridhonya Allah Ta'ala.


Demikian yang dapat kami sampaikan pada posting kali ini, mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bishowab.


Sumber :
  • Kitab Minahussaniyah.
Open Comments

Posting Komentar untuk "Pengertian Zuhud Dunia"