Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori Hadits ke 7 | Dialog Heraclius Dengan Abu Sufyan Tentang Rasulullah

Shohih Bukhori Hadits ke 7 | Dialog Heraclius Dengan Abu Sufyan Tentang Rasulullah

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bertambahnya pengikut Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam pada penduduk Quraisy membuat geram orang-orang kafir Quraisy kemudian berdampak pada hijrahnya Rosulullah yang diikuti oleh kaum Mu'minin dari Mekah ke Madinah, dan dari sinilah Islam menghimpun kekuatan untuk melawan kedzholiman orang-orang Quraisy.


Seperti yang kita ketahui dalam perang antara umat Islam dengan orang-orang kafir Quraisy pernah bersepakat untuk melakukan gencatan senjata yang melahirkan sebuah perjanjian yang disebut dengan perjanjian hudaibiyah yang kala itu Abu Sufyan yang masih kerabat Rosulullah belum memeluk Islam.


Pada masa gencatan senjata antara umat Islam dan orang-orang kafir Quraisy, sejarah mencatat Abu Sufyan yang kala itu masih kafir, secara tidak sadar beliau ikut mempromosikan kenabian Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam kepada penguasa kerajaan Romawi yakni Raja Heraclius ketika rombongan Abu Sufyan melakukan ekspedisi dagang ke kota Syam yang masih termasuk wilayah kekuasaan Raja Heraclius dalam sebuah dialog yang diabadikan di dalam hadits yang shohih.


Shohih bukhori
Pinterest


Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin Abbas telah mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya : bahwa Heraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy.


Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar Negri Romawi 


Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata : "Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku nabi itu?".


Abu Sufyan berkata ; maka aku menjawab : “Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia”.


Heraclius berkata ; "Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya." Maka mereka meletakan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan.


Kemudian Heraclius berkata kepada penerjemahnya : "Katakanlah kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku, maka kalian harus mendustakannya."


"Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku, niscaya aku berdusta kepadanya," kata Abu Sufyan. 


Abu Sufyan berkata ; maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi sholallahu 'alaihi wasallam) adalah : "Bagaimana kedudukan nasabnya di tengah- tengah kalian?" Aku jawab : "Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan)”.


Tanyanya lagi ; "Apakah ada oranglain yang pernah mengatakannya sebelum dia?" Aku jawab : "Tidak ada".


Tanyanya lagi ; "Apakah ayahnya seorang raja?" Jawabku : "Bukan".


"Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Jawabku : "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah”.


Dia bertanya lagi : "Apakah bertambah pengikutnya atau  berkurang?" Aku jawab : "bertambah”.


Dia bertanya lagi : "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?" Aku jawab : "Tidak ada”.


Dia bertanya lagi : "Apakah kalian pernah mendapatkannya berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?" Aku jawab : "Tidak pernah”.


Dia bertanya lagi : "Apakah dia pernah berlaku curang?" Aku jawab : "tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu”.


Berkata Abu Sufyan : "Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini".


Dia (Heraclius) bertanya lagi : "Apakah kalian memeranginya?". Aku jawab : "Iya".


Dia bertanya lagi : "Bagaimana kesudahan perang tersebut?" Aku jawab : "Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami, terkadang kami yang mengalahkan dia".


Dia bertanya lagi : "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?" Aku jawab : "Dia menyuruh kami, 'sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian'. Dia juga memerintahkan kami untuk menegakan sholat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung tali silaturahim".


Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya : "Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan."


"Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya, dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakan, tentu ku anggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa."


"Aku tanyakan juga kepadamu apakah ayahnya ada yang dari keturunan raja, kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya ayahnya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan ayahnya."


"Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta, apalagi berdusta kepada Allah."


"Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang terpandang atau orang-orang yang rendah? Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi pengikut Rosul."


"Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu jawab bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna."


"Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya, kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati."


"Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan begitulah para Rosul tidak mungkin curang."


"Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakan sholat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silatu rahim."


"Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawahku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada di antara kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya."


Kemudian Heraclius meminta surat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para penguasa Negri Bashroh, maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi :


"Bismillahir rohmanir rohim. Dari Muhamad, hamba Allah dan Rosul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam ; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat."


"Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu dan ; wahai ahli kitab marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadi sebagian yang lain sebagai Robb selain Allah."


"Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah."


Abu Sufyan menuturkan : Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami di usir :


"Sungguh dia telah diajak kepada urusan anak Abu Kabsyah. Heraclius menghawatirkan kerajaan Romawi."


Pada saat itupun aku juga kuatir bahwa Muhamad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukan aku ke dalam Islam. 


Dan adalah Ibnu An Nazur, seorang pembesar Iliya' dan Heraclius adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya : "Sungguh kami mengingkari keadaanmu."


Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya : pada suatu malam ketika mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja khitan telah lahir, siapakah diantara umat ini yang dikhitan?"


Jawab para pendeta : "yang berkhitan adalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja ke seluruh negri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negri tersebut dibunuh."


Ketika itu dihadapkan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan atau tidak?


Seusai diperiksa, ternyata memang dia berkhitan. Lalu diberitahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab lainnya, dikhitankah mereka atau kah tidak?


Dia menjawab : "Orang Arab itu dikhitan semuanya." Heraclius berkata : "Inilah raja umat, sesungguhnya dia telah lahir."


Kemudian Heraclius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi sholallahu 'alaihi wasallam). 


Sementara itu  ia meneruskan perjalanannya ke negri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi.


Heraclius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha, setelah semuanya hadir dalam majelisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu.


Kemudian dia berkata : "Wahai bangsa Rum, maukah kalian semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi." 


Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya pada kenabian Muhammad).


Lalu diperintahkan semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata : "Sesungguhnya aku mengucapkan perkataanku tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati kalian semua. Kini aku melihat keteguhan itu."Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya.


Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah diriwayatkan oleh Sholih bin Kaisan bin Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri. (Shohih Bukhori : hadits ke 7)


Heraclius adalah nama seorang kaisar bangsa Romawi yang pusat pemerintahannya berada di kota Himsha. Cerita tentang kenabian Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam, rupanya telah sampai ke telinganya kaisar Heraclius, sehingga pada saat dia di Syam, dia tak melewatkan kesempatan itu, karena saat itulah para pedagang dari mekah datang ke Syam.


Selain seorang kaisar, beliau juga seorang ahli kitab dan ahli nujum yang beragama Nashrani asli. Selain disegani karena keberanian dan cara kepemimpinannya yang bijaksana, beliau juga dihormati sebagai uskup yang faham tentang agama yang menjadi tempat untuk bertanya bagi para pendeta. 


Diundangnya rombongan Abu Sufyan ke dalam majelisnya kaisar Heraclius untuk diajak berdialog adalah hal yang tidak biasa bagi para pedagang Arab ketika mereka singgah di Ilya (dalam bahasa Ibrani) yakni Baitul Maqdis yang sekarang dikenal dengan nama Jerusalem.


Abu Sufyan bin Harbi bin Umayah bin Abdu syams bin Abdu Manaf masih kerabatnya Rosulullah yang nasabnya bertemu pada Abdu Manaf yakni ayah dari Hasyim ayah dari Abdul Mutholib ayah dari Abdullah ayah dari Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Dimintanya seseorang yang kekerabatannya dekat dengan Rosulullah oleh Heraclius karena hanya mereka yang ada hubungan keluarga yang tahu persis bagaimana sebenarnya karakteristik saudaranya itu yang mengaku sebagai Nabi, maka Abu Sufyanlah orangnya.


Sebelum bertanya, Heraclius terlebih dahulu memperingatkan agar Abu Sufyan berkata jujur, karena jika berbohong maka selamanya dia dicap tukang bohong oleh teman-temannya yang duduk di belakangnya. Ternyata berbohong bagi kaum Quraisy adalah aib.


Dari penuturan Abu Sufyan, Heraclius yakin bahwa Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam  adalah orang yang diutus oleh Allah yang tanda-tandanya dan kelahirannya tertulis di dalam Injil dan Taurot, namun sayang Heraclius lebih mengikuti perasaan kuatirnya daripada keyakinannya.


Abu Kabsyah artinya adalah nama yang dinisbatkan kepada kambing (nisbat kepada suami dari Halimatu Sya’diyah ibu susu Rosulullah) sebagai ejekan kepada Rosulullah oleh Abu sufyan yang saat itu masih kafir. “Si anak kambing itu membawa masalah bagi kerajaan Heraclius.” Kurang lebih seperti itu maksudnya


Dari sekian panjangnya dialog dan cerita tentang Heraclius yang disampaikan oleh Abu Sufyan, maka ada beberapa hal yang bisa kami garis bawahi hikmah yang bisa diambil pelajaran dari hadits di atas adalah :
  1. Allah Maha Sempurna atas segala rencananya yang telah menciptakan takdir dengan qudroh dan irodah-Nya.
  2. Islam bukanlah agama yang merampas kedaulatan suatu Negara.
  3. Rosulullah sholallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling menghargai kedudukan seseorang meskipun orang tersebut non muslim. Perhatikan isi surat Rosulullah kepada Heraclius yang tidak memanggilnya kafir.
  4. Hidayah itu mutlak dari Allah bukan berdasarkan kuatnya keinginan atau usaha seseorang.
  5. Hidayah itu adalah hal yang harus disambut bukan ditunggu.
  6. Hidayah dan taufik adalah ni’mat atau rizki yang paling besar yang Allah berikan kepada manusia, sebagaimana yang telah dikatakan oleh syekh Nawai Al Bantani di dalam kitabnya yang sudah kami sampaikan pada posting sebelumnya, dan masih banyak lagi sebenarnya hikmah yang bisa kita ambil pelajaran dari hadits di atas.

Kiranya hanya itu yang bisa kami sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penyampaian maupun tulisan. Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishowab.


Sumber :
  • Shohih Bukhori
Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits ke 7 | Dialog Heraclius Dengan Abu Sufyan Tentang Rasulullah"