Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori | Manisnya Iman

Shohih Bukhori | Manisnya Iman

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

Hadits ke 15


بسم الله الرّحمن الرّحيم

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"


Manisnya iman
Pinterest

Manisnya iman

Hadits kali ini kembali diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang mendengar langsung dari Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, bahwa manisnya iman bisa dirasakan oleh orang yang mencintai Rosulullah lebih dari segalanya bahkan melebihi diri sendiri.


Mencintai Allah dan Rosul-Nya.

Sebagaimana disebutkan pada hadits sebelumnya bahwa mencintai Rosulullah adalah bagian dari iman, maka tidak akan ada rasa di hati seseorang akan manisnya iman jika di hatinya tidak mencintai Rosulullah.

Melalui Rosulullah manusia tahu bahwa tuhan yang menciptakan langit, bumi beserta isinya termasuk kita di dalamnya adalah Allah yang menciptakan, Allah yang mengatur dan berkuasa atas segalanya.

Sehingga manusia faham kemudian mengenal Allah sebagai satu-satunya dzat yang haq disembah, sehingga manusia mengerti apa yang harus dilakukan agar selamat di dunia dan di akhirat.

Iman adalah rasa bukan sekedar ungkapan yang bisa saja bertolak belakang dengan isi hati dan perbuatan, dan iman seseorang bisa tumbuh subur jika ia mengenal apa yang ia imani, apa yang ia yakini sehingga muncul lah rasa, karena omong kosong jika seseorang mengaku iman tapi tanpa adanya rasa.

Pada bahasan tauhid telah kami sampaikan, bahwa manusia dibekali oleh Allah daya ikhtiar untuk menemukan perkara hissi dengan menggunakan fungsi inderawi seperti indera penglihatan yang dimiliki oleh mata untuk menemukan eloknya pemandangan atau indera penciuman yang dimiliki oleh hidung untuk menemukan aroma atau indera pendengaran yang dimilki oleh telinga untuk mendengar atau indera peraba yang dimiliki kulit untuk merasakan lembut, kasar, panas dan dingin atau indera pengecap yang dimiliki lidah untuk merasakan manis, pahit, asin dan asam.

Dari sesuatu yang bersifat materi yang ditemukan oleh panca indera, ada hati yang menilai, berpendapat yang kemudian disampaikan kepada akal kemudian timbul lah perilaku.

Ketika kita tak mengenal Allah maka hati akan bersikap masa bodoh terhadap apa yang ditemukan oleh fungsi indera, tapi sebaliknya ketika kita sudah mengenal Allah, maka hati akan mengkaitkan segala sesuatunya kepada Allah yang ditunjukan dengan rasa syukur, takjub yang menjadi modal tumbuh suburnya rasa cinta.

Lalu melalui siapa kita bisa mengenal Allah?

Kenalnya seseorang kepada Allah tentu tak lepas dari peran penting Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam yang kemudian disampaikan kepada sahabat kemudian melalui Ulama hingga sampai kepada kita.

Dengan mengenal Rosulullah, timbul rasa hormat dengan meletakan derajat beliau diatas makhluq yang disertai rasa cinta dengan mengikuti apa yang diperbuat oleh Beliau yang disampaikan oleh Ulama kepada kita.

Jadi jelas urutannya untuk sampai kepada Allah kita harus dekat dengan Ulama yang menuntun kita untuk mengenal Rosulullah yang telah berjasa besar mengenalkan Allah kepada manusia agar selamat dunia akhirat.

Jadi, makna cinta kepada Rosulullah bukan mengkultuskan Beliau kepada derajat ketuhanan, tapi bentuk penghormatan dari kita kepada Beliau karena tak ada sesuatu yang lebih berharga daripada ni'mat iman. Bukan seperti yang dituduhkan oleh sebagian golongan yang memandang sesat umat Rosulullah yang mencintai Beliau karena dianggap berlebihan.

Dengan demikian manisnya iman hanya akan dirasakan oleh mereka yang mencintai Allah dan Rosulnya dengan ikhtiar mengenali keduanya seperti mengenal sifat, asma' dan af'alnya Allah kemudian mengenal sifat-sifat dan akhlaq Rosulullah dengan meneladaninya sebagaimana dijelaskan oleh Ulama ahli hadits maupun ahli siroh.



Mencintai Sesama Karena Allah

Seperti yang disebutkan hadits di atas, bahwa manisnya iman bisa dirasakan oleh seseorang yang mencintai oranglain hanya karena Allah yakni perasaan peduli kepada sesama dengan tujuan mengabdi kepada Allah. Bukan mencintai Allah  karena dinisbatkan kepada sesuatu yang jika bukan karena sesuatu itu, maka malas baginya mengenal apalagi mencintai Allah.

Saling menyayangi, peduli kepada sesama merupakan bagian dari perintah Allah bagi manusia supaya bertaqwa bukan untuk melakukan maksiat tapi dalam rangka saling tolong-menolong dengan saudaranya untuk tujuan meningkatkan taqwa, sebagaimana telah disebutkan di dalam nash Al Qur-an surat Al Maidah ayat 2:

وَ تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡبِرِّ وَ التَّقۡوٰی ۪ وَ لَا تَعَاوَنُوۡا عَلَی الۡاِثۡمِ وَ الۡعُدۡوَانِ ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ

"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."

Rasa peduli timbul karena adanya rasa cinta dan sikap saling tolong-menolong diantara sesama juga dipicu karena adanya rasa cinta, namun rasa cinta yang menjadi alasan pada keduanya tidak akan berdampak pada meningkatnya ketaqwaan jika tidak ditujukan untuk beribadah kepada Allah.

Jadi, rasa cinta seseorang kepada oranglain karena tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah adalah bagian dari manisnya iman karena tak ada yang lebih bermakna dari perilaku manusia kepada saudaranya selain saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa yakni untuk tujuan Allah.

Saling tolong-menolong bisa diaplikasikan dengan berbuat baik kepada sesama seperti memberi bantuan kepada orang yang butuh pertolongan atau bersedekah atau memberi makan saudaranya atau mengajak oranglain untuk ta'at kepada Allah dengan mencontoh akhlaq Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Benci Kepada Kekufuran

Hijrahnya seseorang untuk kembali ke jalan Allah akan membawa perubahan terhadap orang tersebut kepada perilaku yang terpuji dan diridhoi Allah, ini yang disebut tobat.

Baginya hanya Allah satu-satunya tujuan, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga timbul rasa takut akan murkanya Allah, timbul rasa benci terhadap perbuatan yang menjerumuskan dia kepada kekufuran.

Timbulnya rasa takut terhadap murkanya Allah dan rasa benci terhadap perbuatan yang menjerumuskan ia kepada kekufuran bisa terjadi karena adanya rasa cinta, karena gholibnya orang yang mencinta akan melakukan apapun yang diridhoi oleh yang dicintainya dan menjauhi apa yang dibenci oleh apa yang dicintainya.

Jadi, rasa cintanya seseorang kepada Allah akan membuat orang tersebut melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah yang tembus ke dalam hati sanubarinya.

Inilah yang disebut manisnya iman, mencintai Allah dan Rosul-Nya melebihi segalanya, selalu memandang Allah dengan rasa cinta dalam berperilaku terhadap sesama dan benci kembali kepada kekufuran setelah mengenal Allah karena takut terhadap murkanya Allah karena tak ada hal yang paling rugi bagi seorang mukmin daripada jauh dari Allah sehingga ketaatan dia terhadap perintah Allah melalui Rosul-Nya merupakan keni'matan baginya bukan sebuah beban.

Dan rasa ni'mat beribadah tidak datang dengan begitu saja tapi dibutuhkan ikhtiar dengan jalan bermujahadah dan riyadhoh yakni melatih dan memaksa kerasnya qolbu untuk menyingkirkan kebusukan di dalamnya sehingga dengan perlahan akan terasa manisnya iman.


Penutup

Rasa manisnya iman adalah ni'mat yang paling besar yang Allah berikan hanya kepada hamba-Nya yang beriman dan inilah yang disebut Rohimnya Allah, namun tentu Syetan takan diam saja ia akan terus menggoda dengan jalan bisikan syahwat yang teramat halus seakan-akan dialah orang yang paling beriman dengan menganggap rendah ibadah oranglain. 

Maka Ulama ahli tashowuf mengkategorikan mereka yang konsisten pada maqom tobat artinya mereka yang selalu memohon ampun dengan menyadari kesalahannya dengan merendahkan dirinya di hadapan Allah adalah paling tingginya maqom karena tobat adalah azas yang harus ada karena tanpa adanya tobat, maka tak akan ada maqom apapun pada seseorang di dalam beribadah.

Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rosulullah yang dimaksum dari perbuatan dosa oleh Allah, akan tetapi masih tetap beristigfar dengan tanpa meninggalkannya.

Wallahu a'lam bishowab

Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori | Manisnya Iman"