Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Wajib Bagi Setiap Muslim Mengenal Putera-puteri Rosulullah

Wajib Bagi Setiap Muslim Mengenal Putera-puteri Rosulullah



 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Telah berkata Syekh Ibrohim Al Bajuri, bahwa seyoyanya bagi tiap-tiap manusia (individu) bahwa wajib mengetahui putera-puterinya Nabi sholallahu 'alaihi wasallam.

Wajib diketahui bahwa putera-puteri Nabi sholallahu 'alaihi wasallam yaitu ada tujuh diantaranya tiga orang putera dan empat orang puteri menurut kaul yang shohih yakni melalui hasil penelitian dari para ulama ahli siroh.


Putera-puteri Rosulullah

Ada pun para putera Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam yang berjumlah tiga orang diantaranya yaitu:

  1. Sayid Qosim.
  2. Sayid Abdullah yang bergelar Ath Thoyib dan Ath Thohir.
  3. Sayid Ibrohim.

Sedangkan empat orang puteri Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam diantaranya yaitu:

  1. Sayidatu Zainab
  2. Sayidatu Ruqoyah.
  3. Sayidatu Fatimah Az Zahro.
  4. Sayidatu Umu Kulsum.

Dari semua yang disebutkan diatas adalah putera-puteri Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah Al Kubro, kecuali Sayid Ibrohim. Sayid Ibrohim adalah putera Rosulullah dengan Mariyah Al Qibthiyah


Putera-puteri Rosulullah Dengan Sayidatu Khodijah

1. Sayid Qosim.

Sayid Qosim merupakan putera sulung dari Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah Al Kubro rodhiyallahu 'anha. Karena Sayid Qosim ini putera sulung, maka Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam disebut sebagai Abi Qosim oleh penduduk Mekah dan Sayid Qosim wafat pada usia 7 bulan.


2. Sayidatu Zainab.

Beliau diajak hijrah ke Madinah, puteri pertama Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah yang dianggap saudara paling tua oleh ketiga saudari-saudarinya yang masih hidup.


3. Sayidatu Ruqoyah.

Beliau adalah puteri kedua dari Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah, yang merupakan puteri yang tercantik diantara ketiga saudarinya, sayang beliau wafat setelah perang Badar.


4. Sayidatu Fathimah.

Puteri ketiga dari Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah ini adalah puteri Rosulullah yang paling dekat dengan Beliau dan melalui jalur Sayidatu Fathimahlah nasab Rosulullah bersambung dan terus terjaga sampai hari kiamat.


5. Sayidatu Umu Kulsum.

Puteri Rosulullah yang ketiga ini tak ditemukan nama aslinya oleh para ulama ahli siroh dan Beliau wafat pada tahun ke 9 Hijriyah.


6. Sayid Abdullah.

Putera bungsu Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah yang wafat di usia tujuh puluh hari. Beliau bergelar Ath Thoyib dan Ath Thohir. Kemudian Sayidatu Khodijah wafat setelah 25 tahun diperistri oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam ketika usia Sayidatu Khodijah enam puluh tahun lebih.


Putera Rosulullah Dengan Sayidatu Mariyah Al Qibthiyah

1. Sayid Ibrohim

Sayid Ibrohim wafat di usia masih bayi, lahir dari Sayidatu Mariyah Al Qibthi yang merupakan puteri dari raja Al Qibthi.


Keutamaan Sayidatu Khodijah Rodhiyallahu 'Anha Diantara Istri-istri Nabi

Seperti yang sudah kita tahu usia antara Khodijah dan Rosulullah selisih 20 tahun yang mana usia Rosulullah jauh lebih muda dari Sayidatu Khodijah, namun usia bukan penghalang bagi Rosulullah dan Sayidatu Khodijah.

Diantara istri-istri Beliau, Sayidatu Khodijah adalah istri yang sangat Beliau banggakan. Ini terbukti ketika Khodijah sudah lama meninggalpun Rosulullah sering menyebut-nyebut namanya dan membuat cemburu Sayidatu 'Aisyah rodiyallahu 'anha meski Khodijah sudah lama meninggal.

Selama hidup dengan Sayidatu Khodijah, Rosulullah adalah suami yang setia terhadap isteri. Padahal kalau kita perhatikan di banyak siroh, menceritakan kelakuan kaum laki-laki Quraisy yang tidak menghargai perempuan. Rosulullah berbeda dengan laki-laki kaum Quraisy kebanyakan.

Bagi Rosulullah, Sayidatu Khodijah adalah isteri yang penyabar dan selalu mendukung suami dalam segala hal. Terbukti dengan pengorbanan Sayidatu Khodijah di dalam mendukung dakwah Rosulullah untuk menyampaikan kalam Allah yang ditentang oleh kaum Quraisy.

Di awal masa kenabian, Sayidatu Khodijah yang menyiapkan bekal untuk Rosulullah ketika berkholwat di goa Hiro'. Isteri mana coba yang sabar ditinggal suami yang berkholwat bukan mencari uang?

Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Sayidatu Khodijah juga mengantarkan makanan untuk Rosulullah di goa Hiro dengan kondisi tubuhnya yang sudah tidak muda lagi naik-turun gunung.

Dengan begitu banyaknya jasa Sayidatu Khodijah kepada Rosulullah, maka pantaslah jika Rosulullah memperlakukan beliau dengan istimewa, diantaranya yaitu dengan tidak melukai hati isterinya dengan tidak menikahi wanita lain.

Dan kepercayaan Sayidatu Khodijah kepada Rosulullah karena beliau tahu betul sifat suaminya yang bisa dipercaya, terlebih ketika saudaranya yaitu Waroqoh bin Naufal menjelaskan bahwa kelak suaminya itu adalah seorang Rosul dan seluruh Mekah akan memusuhi Beliau dan mengusirnya.

Menikahnya Rosulullah dengan Sayidatu Khodijah adalah Allah yang mengatur bukan atas kehendak Rosulullah dan Rosulullah tidak malu memiliki isteri yang usianya lebih tua dari Beliau.

Adapun menikahnya Nabi sholallahu 'alaihi wasallam dengan wanita lain sepeninggalnya Sayidatu Khodijah adalah atas perintah Allah bukan atas dasar desakan syahwat.

Rosulullah tidak menikahi wanita lain bukan karena Beliau tidak bisa, tapi Beliau memang tidak mau dan juga sangat sayangnya beliau kepada isterinya. Ini menjadi teladan bagi para suami untuk tidak melupakan jasa seorang istri di segala pencapaiannya.


Hikmah Meninggalnya Para Putera Rosulullah

Dalam satu riwayat menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy memperolok Rosulullah sebagai orangtua yang terputus nasabnya (silsilah) karena semua puteranya Rosulullah meninggal saat masih bayi.

Bagi orang Quraisy nasab dari jalur laki-laki adalah yang paling dimuliakan, kemudian turunlah ayat dalam satu surat yaitu surat Al Kautsar yang dimaknai oleh ulama ahli tafsir bahwa ayat tersebut menjawab hina'an orang-orang Quraisy terhadap Rosulullah. Mereka yang menghina Rosulullah lah yang terputus nasabnya.

Jika Allah menghendaki para putera Rosulullah hidup dan ikut merasakan perjuangan Rosulullah hingga beliau wafat dan hidup diantara para sahabat, maka ulama berpendapat:

1. Allah mengingkari Janjinya.

Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur-an surat Al Ahzab ayat 40 bahwa Allah berfirman:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِكُمۡ وَلٰـكِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمًا

Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

2. Rosulullah bukan Nabi Terakhir.

Seperti halnya nabi Adam memiliki putera bernama Tsis a'lahis salam yang juga menjadi seorang Nabi, kemudian juga ada nabi Ibrohim yang memiliki dua putera yaitu Isma'il 'alaihis salam dan Ishaq 'alaihis salam yang mana keduanya adalah seorang Nabi, bahkan dari keturunan nabi Ishaq melahirkan banyak Nabi sehingga Beliau nabi Ibrohim 'alaihis salam dijuluki sebagai Abul Anbiya yang artinya bapaknya para Nabi.

Jadi, jika para putera Rosulullah diberikan umur panjang oleh Allah, maka bukanlah hal yang tidak mungkin jika mereka juga akan dianggap Nabi oleh umat Rosulullah sedangkan Allah sudah menegaskan, bahwa Muhamad adalah Nabi terakhir penutup para Nabi.

Apa yang disampaikan ulama melalui pendapatnya bukanlah spekulasi yang mengada-ada tapi menurut akal ghorizi yakni akal yang mengantarkan hati pada keimanan, bahwa Allah tak pernah menyalahi janji dan Maha Sempurna dengan qudroh dan irodahnya karena Allah Maha Tahu atas segalanya.

Dengan disampaikannya rangkaian daftar nama-nama para putera-puteri Rosulullah, maka berarti pembahasan aqoid nabawiyah pada pembahasan kitab Tijan Ad Darori ini sudah selesai.

Penjelasan tentang aqo'id uluhiyah yang sudah kami sampaikan di dalam artikel yang kami beri lebel sifat 20 dan aqo'id nabawiyah yang juga telah kami sampaikan bukanlah opini atau argumentasi dari kami pribadi, tapi kami hanya menyambung lidah dari penjelasan para guru yang kami tuang berupa aksara dan kami publish dalam artikel blog yang mudah-mudahan bisa memberikan manfaat untuk orang banyak.


Penutup

Mu'alif yakni Syekh Ibrohim Al Bajuri menyampaikan rasa syukur beliau kepada Allah yang telah memberi kemudahan kepada beliau di dalam menulis dan menyampaikan di dalam kitabnya. Menurut beliau semua itu merupakan karunia yang diberikan oleh Allah bukan dikarenakan kehebatan beliau.

Ini menandakan beliau adalah ulama yang tawadhu dengan tidak menganggap dirinya hebat. Karena ujub termasuk dosa hati yang dapat menggugurkan terhadap pahala amal.

Kemudian lahirnya kitab tijan Ad Darori merupakan bagian dari karunia dan anugerah yang Allah berikan. Sebab tak ada karunia dan anugerah yang paling besar daripada karunia bertauhid.

Sedangkan seseorang itu tidak bisa bertauhid kecuali orang tersebut mengerti dan faham tentang ilmu tauhid yang merupakan azas dan manfaatnya dari semua karunia Allah.

Kemudian, kemudahan beliau di dalam menulis bukan karena banyaknya ilmu dan pengetahuan atau rajinnya ibadah, sebab jika kemudahan itu berdasarkan ilmu, pengetahuan dan rajinnya ibadah maka akan menggugurkan pangkat 'Arifin.

Kemudian ditulis kalimat "Alhamdulillahi robbil 'alamin." Di akhir kitab beliau. Merupakan adab dan mengikuti para ahli surga yang selalu mengakhiri do'a dengan mengucap kalimat hamdalah.

Kemudian mu'alif juga menulis di akhir kitabnya dengan ucapan sholawat dan salam teruntuk Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam beserta sahabatnya dan keluarganya.

Dengan demikian selesai sudah pembahasan kitab Tijan Ad Darori karya Syekh Ibrohim Al Bajuri dari awal sampai akhir yang mudah-mudahan bermanfaat bagi diri kami pribadi, umumnya untuk semua yang membaca artikel kami.

Mohon ma'af jika ada kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyampaian maupun tulisan karena sesungguhnya kami pun masih belajar dan yang benar hanya datang dari Allah.

Wallahu a'lam bishowab.

Sumber: kitab syarah Tijan Ad Darori

Open Comments

Posting Komentar untuk "Wajib Bagi Setiap Muslim Mengenal Putera-puteri Rosulullah"