Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Hikayat Seorang Yahudi yang Menolong Seorang Muslim yang Faqir di Hari Asyura

Hikayat Seorang Yahudi yang Menolong Seorang Muslim yang Faqir di Hari Asyura

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:

  مَنْ وَسَّعَ عَلى عِيَالِهِ وَ أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ  

"Siapa orang yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, maka Allah akan meluaskan rizki orang tersebut dalam seluruh tahunnya. (Imam Baihaqi)


Hari Asyura

Asyura adalah hari ke 10 di bulan Muharam dalam tahun Hijriyah. Disebut asyura karena diambil dari bahasa Arab  yang artinya sepuluh dan Ulama memaknai Asyura dengan berbeda-beda pendapat, namun dari semua pendapat Ulama tentang makna Asyura menunjukan pada angka sepuluh.

Sedangkan bulan Muharam adalah bulan yang diharamkan bagi umat Rosulullah untuk melakukan peperangan dan bulan yang dimuliakan oleh Allah dan pada bulan Muharam banyak keutamaan-keutamaan di dalamnya, yang terjadi dan di alami oleh para utusan Allah.

Sebelum Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam mensyari'atkan puasa sunah di hari Asyura bulan Muharam, jauh sebelumnya nabi Musa 'alahi sholatu wasallam juga memerintahkan kepada bani Isra'il untuk berpuasa di hari Asyura, namun bagi mereka hukumnya adalah wajib.

Hikayat
Pinterest


Diantara keutamaan-keutamaan yang terjadi di bulan Muharam ulama telah menjelaskan, bahwa ada beberapa peristiwa yang terjadi dan yang dialami oleh para Nabi pada hari ke 10 bulan Muharam diantaranya yaitu:

  1. Diciptakannya nabi Adam 'alaihis salam dan diterima taubatnya.
  2. Berlabuhnya bahtera nabi Nuh 'alaihis salam.
  3. Dibelahnya laut merah ketika nabi Musa 'alaihis salam beserta umatnya dikejar-kejar oleh tentara Fir'aun dan tewasnya Fir'aun tenggelam di laut merah.
  4. Dikeluarkannya nabi Yunus 'alaihis Salam dari perut ikan.
  5. Dikeluarkannya nabi Yusuf 'alaihis salam dari sumur.
  6. Diterima taubatnya umat nabi Yunus 'alaihis salam.
  7. Dilahirkannya nabi Ibrohim dan diselamatkannya dari api.
  8. Diselamatkan dan diangkatnya nabi Isa 'alaihis salam ke langit.
  9. Dikembalikannya penglihatan nabi Ya'kub 'alaihis salam, dan masih banyak lagi.

Berbeda dengan umat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, tanggal yang dimuliakan pada bulan Muharam bukan cuma tanggal 10 yakni hari Asyura saja, tapi ada hari pertama, ke sembilan, sepuluh dan sebelas di bulan Muharam.


Puasa di Hari Pertama Bulan Muharam Beserta Dalilnya

Disunahkannya puasa di tanggal satu Muharam ini sesungguhnya menuai perbedaan pendapat ulama karena dianggap tak ada hadits yang shohih yang diperintahkan oleh Rosulullah kepada umatnya untuk berpuasa di tanggal satu Muharam.

Adapun hadits yang dijadikan dalil dibolehkannya puasa sunah pada tanggal satu di bulan Muharam yaitu hadits yang disebutkan di dalam kitab Al Majmu' Imam Ath Thabrani:

مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا.

“Orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram, maka dengan puasa per harinya ia mendapatkan (pahala puasa) 30 hari."

Hadits yang disebutkan di atas menurut Az Zahabi adalah hadits yang dho'if karena perawi haditsnya yakni Al Haitsam bin Habib adalah perawi yang dho'if. Namun menurut Ibnu Hibban, Al Haitsam adalah perawi yang terpercaya (tsiqoh), maka menurut beliau hadits di atas bisa dijadikan dalil.

Pendapat Ibnu Hibban ini di dukung oleh Ulama lain seperti Al Mundziri dan Nuruddin Al Haitsami. Jadi sebagaimana disebutkan hadits di atas, bahwa jika setiap harinya kita melakukan puasa mendapat nilai pahala 30 hari per hari, maka berarti boleh puasa dari tanggal 1 Muharam.


Puasa Di Hari ke Sembilan Bulan Muharam

Tanggal sembilan bulan Muharam atau juga disebut hari tasu'a adalah termasuk hari yang dimuliakan bagi umat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam karena sesungguhnya nilai pahala di hari ke sembilan di bulan Muharam itu lebih besar dibandingkan dengan pahala puasa di hari ke sepuluh di bulan Muharam.

Kenapa demikian?

Karena berpuasa dan melakukan amal sholih lainnya di hari ke sembilan ini adalah syari'atnya Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bukan mengikuti syari'atnya Nabi Musa dan hari ke sembilan ini menjadi pembeda antara amal umat Rosulullah dengan kaum Yahudi di hari Asyura.

Adapun dalil diperintahkannya puasa sunah di hari kesembilan yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas rodhiyallahu 'anhu yang tertulis di dalam shahih Muslim yang menyebutkan:

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallan berpuasa Asyura (10 Muharram). Para sahabat memberi tahu, "Ya Rasul, itu adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani." Rasulullah SAW menjawab, "Kalau ada kesempatan pada tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa Tasua (9 Muharram)." Ibnu Abbas berkata, "Belum datang tahun depan, tetapi Rasulullah sudah terlebih dulu wafat."


Puasa Di Hari ke Sepuluh Bulan Muharam

Seperti hadits yang disebutkan oleh Ibnu Abbas di atas, bahwa pada hari ke sepuluh bulan Muharam Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam berpuasa dan Beliau berkeinginan untuk bisa melaksanakan puasa di hari ke sembilan di tahun berikutnya, namun sayang Beliau lebih dulu meninggal dunia.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Abu Qotadah, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

Sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim)


Puasa di Hari ke Sebelas di Bulan Muharam

Selain di hari ke sembilan dan ke sepuluh, umat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam juga disunahkan untuk berpuasa sebagai pembeda amalan dengan kaum Yahudi.

Jadi ada baiknya berpuasa di hari asyura itu diawali dengan puasa tasu'a yakni puasa di hari ke sembilan bulan Muharam, jika memang pada pada hari ke sembilan tidak bisa melaksanakan puasa maka ketika kita melaksanakan puasa Asyura sebaiknya ditambah satu hari yaitu pada hari ke sebelas.

Lalu bagaimana jika kita hanya puasa di tanggal 10 saja yakni hari Asyura, apakah boleh?

Tidak ada larangan yang menyebutkan bahwa seseorang tidak boleh berpuasa cuma satu hari di bulan Muharam, namun untuk membedakan kita dengan kaum Yahudi, maka Rosulullah menyuruh kita berpuasa di hari ke sembilan bulan Muharam.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Ibnu Abbas rodhiyallahu 'anhu, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)


Hikayat Seorang Yahudi Yang Menolong Seorang Muslim yang Faqir di Hari Asyura

Seperti yang telah disampaikan hadits di atas bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kita untuk melebihkan pemberian yang berarti sebaiknya kita bisa menyenangkan keluarga dengan pemberian yang lebih dari biasanya.

Kepada istri kita sebaiknya bisa memberi nafkah yang lebih dari biasanya atau kepada orangtua kita atau kepada anak-anak kita tak terkecuali pada orang-orang faqir, miskin dan anak-anak yatim.

Berbicara tentang orang faqir ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwa ada keluarga muslim yang hidup serba kekurangan yang mana kepala keluarganya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan hidupnya serba kekurangan.

Orang faqir itu berbeda kedudukannya dengan orang miskin menurut kaca mata Islam karena orang miskin meski kekurangan tapi mereka mempunyai pekerjaan dan penghasilan setiap harinya meski sedikit dan tak mencukupi kebutuhan.

Pada hari asyura seluruh anggota keluarga yang faqir tersebut melaksanakan puasa karena bagi mereka sepertinya setiap bulannya tidak pernah kosong dari puasa, mengingat keadaan ekonomi mereka yang tidak bisa menjamin bisa makan pagi dan sore.

Dalam hati orang faqir tersebut terbersit keinginan untuk bisa membahagiakan anak isterinya dengan memberikan makanan yang lebih saat berbuka puasa nanti, namun ia bingung dengan apa ia harus membeli makanan sedangkan ia adalah seorang pengangguran, maka ia memutuskan untuk pergi ke pasar.

Dari sekian banyaknya pedagang di pasar, jangankan ngasih pinjaman uang, yang memberi pekerjaan pun tak ada satupun orang-orang pasar yang mau mempekerjakan dia.

Namun akhirnya ia melihat sebuah toko emas dan perak yang mana pemilik toko tersebut adalah seorang muslim, maka ia putuskan mendatangi orang tersebut di tokonya dengan harapan bisa mendapat pinjaman uang.

Orang Faqir: "Wahai tuan bisakah anda memberiku pinjaman uang, karena hari ini aku dan keluargaku sedang berpuasa. Aku berharap dengan pinjaman uang itu aku bisa memberi makan keluargaku saat berbuka puasa nanti."

"Aku berjanji akan mendo'akan anda dengan kebaikan jika seandainya anda mau meminjami saya uang." Tambah orang faqir tersebut.

Namun yang terjadi si pedagang emas dan perak tersebut malah membuang muka dengan tidak menganggap orang faqir tadi. Merasa diacuhkan, orang faqir tadi sangat sedih hatinya dan menitikan airmatanya.

Ia meninggalkan toko perhiasan tersebut dengan perasaan sedih karena hari ini tak ada sesuatu yang bisa dimakan oleh keluarganya untuk berbuka puasa nanti dan ia pulang dengan perasaan bingung.

Namun tanpa ia sadari ternyata ada seorang pedagang lain di sebelah toko perhiasan tadi yang memperhatikan orang faqir tersebut. Dia adalah orang Yahudi.

Orang Yahudi tersebut mendatangi orang faqir yang sedang berjalan dengan perasaan sedih tersebut, kemudian orang yahudi tersebut bertanya.

"Apa yang terjadi wahai tuan, aku lihat dari kejauhan engkau tampak bersedih setelah meninggalkan toko itu?"

Orang faqir menjawab: "Tadi aku mendatangi toko itu bermaksud untuk meminjam uang karena hari ini aku dan keluargaku sedang berpuasa, tapi aku bingung tak ada sesuatu yang bisa aku makan untuk berbuka puasa nanti, makanya aku meminta pinjaman uang kepada orang itu, tapi dia malah mengabaikanku padahal aku berjanji akan mendo'akan dia jika dia meminjamiku uang."

Orang Yahudi tersebut kembali bertanya: "Memangnya hari ini hari apa sehingga engkau dan keluargamu berpuasa?"

Orang faqir menjawab, bahwa hari ini adalah hari Asyura, dimana Allah memuliakan hari ini dengan memberikan balasan kepada hambanya yang berpuasa di hari ini. Kemudian orang faqir ini menceritakan panjang-lebar tentang keutama'an-keutama'an hari Asyura dan kebaikan-kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beramal sholih di hari Asyura.

Mendengar penjelasan orang faqir tadi, orang Yahudi ini merasa tertarik dan memberikan sepuluh dirham kepada dia dengan tidak menganggapnya hutang dan dido'akannya orang Yahudi tersebut.

Setelah peristiwa itu berlalu kemudian diceritakan, bahwa pada suatu malam saat pemilik toko emas dan perak yang siang tadi melukai perasaan orang faqir ini bermimpi yang aneh. Dia bermimpi bahwa kiamat sudah terjadi dan dia dibangunkan dari alam kubur.

Di dalam mimpinya ia merasa dahaga yang luar biasa, lalu ia melihat ada bangunan istana yang megah yang terbuat dari intan yaqut, kemudian ia memberanikan diri mengetuk pintu gerbang berharap semoga sang pemilik rumah tersebut memberikan ia air minum.

Pedagang emas dan perak tersebut berkata: "Wahai tuan pemilik rumah, berilah aku seteguk air untuk menghilangkan rasa dahagaku ini!."

Namun yang terjadi adalah bukan si pemilik rumah yang menjawab tapi rumah yang megah ini lah yang menjawab dengan berkata:

"Sesungguhnya istana ini tadinya dipersiapkan untukmu, namun kini namamu telah dihapus dari kepemilikan istana ini karena engkau telah berlaku kikir terhadap orang faqir yang meminta pinjaman uang kepadamu untuk berbuka keluarganya yang sedang berpuasa di hari Asyura dan orang faqir itu telah kau buat sedih hatinya."

"Namun tetanggamu yang bersebelahan dengan tokomu telah menggantinya dengan sepuluh dirham. Kini istana ini adalah milik tetanggamu orang Yahudi yang telah menolong saudaramu itu."

Keesokan harinya si penjual perhiasan tadi langsung menemui orang Yahudi bermaksud untuk membeli pahala sedekah 10 dirham yang diberikan oleh orang Yahudi kepada orang faqir itu.

Singkat cerita si pedagang perhiasan berkata: "Wahai tuan maukah engkau menukar sedekahmu kemarin yang engkau berikan kepada orang faqir dengan 100 dirham milikku?"

Orang Yahudi menjawab: "Demi Allah, meski kau bayar aku dengan uang seratus ribu dinar pun aku tidak akan terima."

"Andai engkau menginginkan istana yang aku miliki yang engkau lihat di mimpimu itu, aku tidak akan mengizinkanmu masuk." Orang yahudi dengan tegas melanjutkan perkataannya.

Si penjual emas dan perak yang orang muslim tadi merasa heran, lalu bertanya: "Darimana engkau tahu perihal mimpiku, sedangkan aku tidak menceritakan kepada siapapun??"

Orang Yahudi menjawab: "Dia lah yang memberi tahuku, Dzat yang apabila berkata 'jadilah!' Maka terjadilah sesuatu itu, dan ketahuilah bahwa aku bersaksi tiada tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya."

Di hadapan pedagang emas dan perak tadi orang Yahudi menyatakan keIslamannya, subhanallah.


Penutup

Hikmah dari hikayat tadi adalah bahwa sedekah dan berbagi dengan sesama bisa jadi penyebab diberikannya hidayah oleh Allah, maka jangan pernah kita berburuk sangka terhadap non muslim yang membantu saudara kita yang muslim, baik berupa infak maupun jariyah untuk pembangunan sarana ibadah seperti masjid atau mushola dan majelis-majelis ilmu.

Adapun amal sholih yang bisa kita kerjakan di hari asyura diantaranya yaitu:

  1. Berpuasa.
  2. Sholat malam.
  3. Silaturahim.
  4. Mendatangi orang 'alim.
  5. Menjenguk orang sakit.
  6. Bercelak.
  7. Mengusap rambut anak yatim.
  8. Bersedekah.
  9. Mandi sunah.
  10. Memberikan belanja lebih kepada keluarga.
  11. Memotong kuku.
  12. Membaca surat Al Ikhlas 1000X.

Dari sekian banyaknya keutamaan yang bisa dilakukan di hari asyura, membelanjakan lebih kepada keluarga dan berpuasa adalah yang paling utama dan sangat dianjurkan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Demikian yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaat bagi kami khususnya, umumnya kepada siapa saja yang membaca artikel kami.

Wallahu a'lam bishowab.



Open Comments

Posting Komentar untuk "Hikayat Seorang Yahudi yang Menolong Seorang Muslim yang Faqir di Hari Asyura"