Shohih Bukhori Hadits ke 16 Mencintai Sahabat Anshor Bagian Dari Iman
بسم الله الرّحمن الرّحيم
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Abdullah bin Jabar, berkata; aku mendengar Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda nifaq adalah membenci (kaum) Anshar". (Shohih Bukhori Hadits ke 16)
Di dalam hadits di atas disebutkan, bahwa tanda iman adalah mencintai kaum Anshor dan tanda nifaq adalah membenci kaum Anshor yang berarti bahwa tidaklah beriman orang yang membenci sahabat Anshor, lalu sahabat Anshor ini siapa?
![]() |
Kaum Anshor
Kata Anshor diambil dari bahasa Arab yang berarti penolong. Kaum atau golongan Anshor pada awalnya adalah dua kabilah yang bernama bani Khazraj dan bani Aus di Yatsrib (nama awal kota Madinah sebelum dikuasai Al Saud).
Nama Anshor sendiri diberikan oleh Rosulullah kepada dua kabilah bani Khazraj dan bani Aus. Kedua keturunan ini sebelumnya diberi gelar bani Qailah karena keduanya berasal dari keturunan Qailah, istri dari Haritsah bin Tsa'labah.
Yang Melatar Belakangi Tingginya Kepedulian Kaum Anshor Terhadap Rosulullah
Sikap bersahabat yang ditunjukan oleh kaum Anshor terhadap Rosulullah dan para Muhajirin (penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah) tak lain karena mereka adalah saudara seiman disamping memang ada hubungan persaudaraan karena keluarga dari ibunda Rosulullah berasal diari Madinah dan di Madinah pula ayahanda Nabi sholallahu 'alaihi wasallam dirawat ketika sakit sampai meninggalnya.
Berimannya orang-orang Madinah terhadap Allah dan Rosulullah diawali dengan peristiwa bai'at aqobah yang dilakukan oleh 10 orang dari bani Khazraj dan 2 orang dari bani Aus di kampung Aqobah, sebuah desa dekat Mina guna menghindari gangguan dari kaum kafir Quraisy.
Setelah kedua belas orang ini berbai'at, kemudian mereka menyebarkan Islam dengan sembunyi-sembunyi sehingga bertambahlah pengikut Rosulullah dengan ditandai bai'at Aqobah yang ke dua yang dilakukan oleh lebih dari tujuh puluh orang penduduk Madinah.
Meneladani Sikap Kaum Anshor Terhadap Perjuangan Rosulullah
Sejarah Islam mencatat bahwa kaum Anshor adalah kaum yang berjasa dalam dakwah Rosulullah menegakan syari'at Islam dimana mereka ikut andil dalam pergerakan awal kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan yang diawali hijrahnya Rosulullah dan kaum Muslimin dari Mekah ke Madinah dengan diam-diam.
Kaum Anshor menjamin keselamatan Rosulullah dan pengikutnya dari gangguan kaum Quraisy jika seandainya datang ke Madinah. Ucapan mereka ternyata bukan main-main, terbukti dengan sambutan yang amat dan bersahabat ketika Rosulullah datang bersama sahabat Sayidina Abu Bakar As Sidiq rodhiyallahu 'anha ke kota Madinah.
Mereka menyumbangkan harta, tenaga dan fikiran mereka untuk dakwah Rosulullah, sampai-sampai mereka yang miskin pun sangat antusias ingin membantu Rosulullah sebagaimana telah diceritakan pada posting yang telah lalu hadits ke 13, Ummu Sulaim dari keluarga miskin bahkan rela menyerahkan putranya yang masih kecil yaitu Anas bin Malik untuk dijadikan pembantu karena mereka tak punya apa-apa untuk diberikan kepada Rosulullah.
Berkah dari mencintai Rosulullah yang menjadi sebab mereka dicintai Allah dan Rosul-Nya dan ini yang disebut dengan manisnya iman dengan mencintai Rosulullah melebih cintanya seseorang kepada makhluq termasuk dirinya.
Lalu bagaimana dengan umat di zaman ini, apa yang sudah kita berikan kepada Rosulullah?
Apakah masih bersikeras beranggapan bahwa mencintai Rosulullah itu berlebihan, dianggap kultus dan bid'ah karena perkara maulid dan membaca Al Barzanji?
Apakah masih ramai saling menyalahkan dan mengkafir-kafirkan saudaranya karena perkara bid'ah?
Ingat Apa kata Rosulullah, Islam yang paling baik adalah yang muslimnya menjaga lidahnya. Yang artinya tidak gibah dan menilai amal seseorang yang justru bisa jadi boomerang, karena bisa jadi mereka yang dianggap tidak baik adalah orang yang mendapat ridhonya Allah dan orang yang menganggap dirinya baik justru mendapat murkanya Allah gara-gara lidah.
Pujian Allah Kepada Kaum Anshor
Mereka kaum Anshor adalah orang-orang yang memiliki sifat terpuji baik, ramah dan suka menolong kepada yang membutuhkan sebelum mereka beriman maupun setelahnya, sehingga Allah memuji kepada mereka yang tertulis di dalam nash Al Qur-an:
وَالَّذِيۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَالۡاِيۡمَانَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّوۡنَ مَنۡ هَاجَرَ اِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُوۡنَ فِىۡ صُدُوۡرِهِمۡ حَاجَةً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَيُـؤۡثِرُوۡنَ عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٌ ؕ وَمَنۡ يُّوۡقَ شُحَّ نَـفۡسِهٖ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَۚ
"Dan orang-orang (Anshor) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al Hasyr ayat 9)
Rosulullah Memuji Kaum Anshor
Kaum Anshor merupakan orang-orang yang Allah berikan ni'mat iman dengan bisa membantu perjuangan Rosulullah di dalam menegakan syari'at Islam, sehingga Rosulullah pun memuji kepada mereka.
Hadits ke 16 shohih Bukhori yang disebutkan diatas mengisyaratkan bahwa siapapun mereka yang beriman kepada Allah dan Rosulnya harus mencintai sahabat Anshor bukan dengan pandangan dengki terhadap mereka.
Hadits ini menjadi barometer iman para sahabat terhadap Allah dan Rosulnya di zaman itu dengan melihat perlakuan mereka terhadap sahabat Anshor, sehingga mereka yang membenci sahabat Anshor adalah termasuk nifak pelakunya disebut munafik.
Mulianya kedudukan seseorang di sisi Allah sesuai dengan perbuatan orang tersebut dalam memperlakukan Rosulullah, seperti yang dilakukan kaum Anshor terhadap Rosulullah mendapat pujian dari Allah karena kebaikan mereka dan rasa cinta mereka yang amat tinggi kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.
Berimannya Kaum Anshor Adalah Awal Bangkitnya Kekuatan Islam
Sebagaimana telah disampaikan pada posting sebelumnya penjelasan shohih Bukhori hadits ke 13, bahwa hijrahnya Nabi sholallahu 'alaihi wasallam ke Madinah yang disambut suka cita oleh kaum Anshor adalah peluang terbesar bagi kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan melawan kedhzoliman orang-orang kafir Quraisy.
Allah memilih Madinah sebagai kota tempat berhijrahnya kaum muslimin Mekah dan memilih kaum Anshor untuk melindungi dan membela perjuangan Rosulullah dalam menegakan syari'at Islam dan Allah pula yang mengatur segala sesuatunya dengan sempurna seperti contohnya sifat terpuji yang dimiliki oleh kaum Anshor dan mengIslamkan mereka.
Bersikap baik dan mencintai kaum Anshor sebenarnya bukan karena sifat kaum Anshor dan perlakuan mereka, akan tetapi karena melaksanakan perintah Allah dan Rosul-Nya. Sehingga terciptalah suatu hubungan yang harmonis antara dua kaum yakni kaum Muhajirin dan kaum Anshor dengan saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa yang tujuannya adalah Allah.
Keiman Kaum Anshor Diuji
Iblis dan sekutunya tidak akan tinggal diam ketika manusia mulai beriman kepada Allah dan Rosulnya, maka mereka akan terus menggoda dan mencari celah sekecil apapun untuk menggoda umat Rosulullah.
Setelah peristiwa jatuhnya Mekah yang berhasil diduduki oleh Rosulullah beserta kaum Muslimin, maka tak lama setelahnya terjadi peristiwa perang Hunain yang dimenangkan oleh pihak Muslim.
Hasil dari perang tersebut pihak Muslim mendapatkan ghonimah yang melimpah ruah seperti ribuan kuda dan onta serta hewan ternak dan perak.
Perang Hunain adalah perang antara pengikut Rosulullah dengan suku Badui dari bani Hawazin dan bani Tsaqif yang kemudian dimenangkan oleh Rosulullah dan kaum Muslimin yang diantaranya ada kaum Anshor dan 2000 orang mualaf Mekah setelah penaklulan Mekah yang ikut membantu Rosulullah.
Ghonimah yang melimpah ruah itu dikumpulkan dan diserahkan kepada Rosulullah, kemudian Beliau bagikan ghonimah tersebut kepada tiap-tiap mu'alaf dari pasukan Hawazin dan pasukan Tsaqif sebagai hadiah masuk Islamnya kedua kaum ini dan yang paling banyak adalah pemimpin pasukan Hawazin yakni Malik bin Auf yang dihadiahi 100 ekor unta.
Selain bani Hawazin dan bani Tsafiq yang diberi hadiah atas masuk Islamnya mereka, juga Mualaf Mekah yang oleh Rosulullah beri hadiah setelah dua kaum tadi, meski mereka lari tunggang langgang lebih dahulu ketika umat Muslim terdesak. Sedangkan untuk sahabat Muhajirin dan Anshor tidak mendapat sepeserpun.
Di sini Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam menguji pengikutnya dengan tidak diberikan kemewahan dunia kepada mereka, lalu bagaimana sikap kaum Anshor melihat ketimpangan ini menurut syahwat dunia?
Hampir-hampir kaum Anshor terpedaya oleh kemewahan dunia dan perasaan dengki, namun mereka dengan cepat menyadarinya setelah Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam menegur mereka.
Salah-seorang sahabat Anshor merasa tidak puas dengan mekanisme yang diterapkan oleh Rosulullah dalam pembagian ghonimah, sehingga syetan membisikan mereka dengan hasutan sehingga keluarlah kata-kata tidak pantas.
Mereka menganggap Rosulullah pilih kasih dan melupakan jasa mereka dan mengatakan. "Tuh kan, Rosulullah kembali pada kaumnya (Quraisy)?"
Desas desus diantara mereka sampai kepada Rosulullah kemudian mereka diajak berdialog oleh Beliau yang kesimpulannya adalah:
Rosulullah memberikan ghonimah kepada mereka yang mualaf bukan karena Beliau tak memperhatikan para pengikutnya yang setia, malah sebaliknya bukti cinta dan sayang Beliau kepada umatnya yang sudah merasakan ni'matnya iman.
Rosulullah memberikan ghonimah kepada para mu'alaf juga karena rasa sayang, namun dengan perlakuan yang berbeda agar mereka tidak mengingkari keimanan mereka karena tipisnya iman mereka.
Sedangkan bagi para Muhajirin dan kaum Anshor jika dimanjakan dengan harta duniawi akan sangat disayangkan karena keimanan yang begitu kokoh akan lemah gara-gara harta sehingga melupakan Allah.
Dalam sebuah riwayat, dialog tersebut diwarnai isak tangis Rosulullah dan kaum Anshor dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi sehingga yang terdengar hanyalah gemuruh tangis karena perasaan menyesal dan karena iman.
Do'a Rosulullah Kepada Sahabat Anshor
Di dalam dialog tersebut Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam menaruh hormat kepada kaum Anshor dengan berkata:
"Demi Allah yang jiwa Muhamad ada dalam genggaman-Nya. Wahai orang-orang Anshor jika bukan karena aku berhijrah, maka aku pasti masuk Anshor, jika Anshor menempuh satu jalan dan oranglain menempuh jalan yang berbeda, maka aku pasti mengikuti jalan yang ditempuh Anshor."
Kebaikan hati orang-orang Anshor mendapat tempat di hati Rosulullah dan ridhonya Allah Ta'ala karena kebaikan dan keihlasan hati merekalah sehingga Rosulullah berdo'a kepada Allah:
"Ya Allah, rahmati dan ampuni kaum Anshor dan anak-nya dan anak cucu keturunannya."
Penutup
Dengan demikian bahwa mencintai kaum Anshor adalah bagian dari iman dengan dasar perintah Allah dan Rosul-Nya juga meneladani sifat dan kisah-kisah mereka yang amat terpuji di dalam mencintai sesama dan mencintai Rosulullah dengan tujuan ridhonya Allah bukan untuk maksiat dan haliyah dunia lainnya.
Kemudian dalam perjalanan iman tentu tak semulus apa yang kita harapkan karena selalu ada syetan yang akan menggoda perjalanan seseorang menuju Allah, maka seperti yang telah dicontohkan oleh Rosulullah jangan pernah meninggalkan beristigfar dengan menyadari bahwa manusia adalah tempatnya salah dan dosa.
Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits ke 16 Mencintai Sahabat Anshor Bagian Dari Iman"