Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori Hadits Ke 13 | Muslim yang Mencintai Saudaranya Bagian Dari Iman

Shohih Bukhori Hadits Ke 13 | Muslim yang Mencintai Saudaranya Bagian Dari Iman

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
Hadits ke 12
Pinterest


بسم الله الرّحمن الرّحيم

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan dari Husain Al Mu'alim berkata, telah menceritakan kepada kami Qotadah, dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri".

Hadits ke 13 ini disebutkan oleh Anas bin Malik yang menyebutkan bahwa seorang muslim yang mencintai saudaranya adalah bagian dari iman dan beliau merupakan sahabat yang paling dekat dengan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam, sehingga beliau hafal ribuan hadits dari Nabi sholallahu 'alaihi wasallam.

Apa yang membuat Anas bin Malik menjadi orang besar dan dikenang sepanjang masa oleh seluruh umat Islam?

Untuk menjawab pertanyaan di atas mari kita simak sekelumit kisah tentang kebersamaan Anas bin Malik dengan Rosulullah sholallahu 'alahi wasallam.


Kenangan Manis Anas bin Malik Dengan Rosulullah

Sedikit membahas kisah Anas bin Malik sebagai i'tibar yang ada hubungannya dengan tajuk pada posting kali ini karena pada hadits kali ini sanad perawi haditsnya bermuara pada sahabat Anas bin Malik.

Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj berasal dari Bani An Najjar termasuk sahabat Nabi karena hidup di jaman Nabi dan merupakan anak yang membanggakan bagi Ummu Sulaim.

Anas bin Malik merupakan anugerah terbesar yang Allah berikan kepada Ummu Sulaim, karena sahabat Annas bin Malik tumbuh menjadi pribadi yang sholih dan menjadi seorang 'alim dan merupakan Ulama besar yang hidup di jaman Nabi dan setelah Nabi wafat.

Annas bin Malik memiliki usia yang panjang dibandingkan orang-orang yang hidup di jamannya, seperti yang kita tahu bahwa Nabi sholallahu 'alaihi wasallam wafat pada usia ke 63 tahun begitupun para sahabat yang lain tak ada yang mencapai umur 100 tahun seperti Annas bin Malik.

Berumur panjang diimbangi dengan keberkahan hidup tentu merupakan suatu anugerah bagi Annas bin Malik yang kemudian mentashorufkan seluruh hidupnya di jalan Allah dan keberkahan yang didapat oleh Annas bin Malik karena Allah mengabulkan do'a Rosulullah setelah Ummu Sulaim meminta kepada Rosulullah untuk mendo'akan anaknya yakni Annas bin Malik.


Awal Pertemuan Anas bin Malik Dengan Rosulullah

Anas bin Malik adalah orang yang Allah pilih untuk mendampingi Nabi yang Nantinya meneruskan dakwah Nabi sholallahu A'alaihi wasallam, karena di usianya yang masih anak-anak Anas bin Malik adalah anak yang cerdas di dalam menerima ilmu dari Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Anas bin Malik merupakan bagian dari rencana Allah dan kuasa Allah karena sejak ibunya mentalkin beliau mengucapkan syahadat, tumbuh di dalam hatinya rasa rindu kepada baginda Rosul karena cerita-cerita yang beliau dengar tentang Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Pada awalnya Anas bin Malik hanyalah anak kecil biasa yang terlahir dari keluarga yang miskin lahir di Madinah pada tahun ke 10 sebelum Hijriyah/613 Masehi. Ikut Rosulullah sejak usianya masih 10 tahun dan ikut Rosulullah selama 10 tahun dan hidup selama 80 tahun lebih setelah wafatnya Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Ketika Rosulullah Pertamakalinya Hijrah Ke Madinah

Kemasyhuran kisah Anas bin Malik dimulai ketika Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam berhijrah dari Mekah ke Madinah, ketika itu usia Anas bin Malik masih 10 tahun dan kota Madinah adalah tempat yang aman bagi Rosulullah untuk melindungi umatnya dari kedzholiman orang-orang kafir Quraisy.

Umumnya seorang bocah, Anas bin Malik berlari kegirangan menuju gerbang kota Madinah waktu itu, ketika orang-orang Madinah (sahabat anshor) meneriakan kedatangan Rosulullah bersama Abu Bakar As Sidiq yang berhijrah ke Madinah.

Semua penduduk Madinah terlihat berseri-seri saking senangnya dengan kedatangan Rosulullah termasuk anak-anak kecil yang sebelumnya hanya tahu tentang Rosulullah dari cerita orangtuanya, namun diantara anak-anak yang lain Anas bin Maliklah yang wajahnya paling bersinar ketika melihat Rosulullah.

Ketika semua penduduk Madinah menghadiahi Rosulullah sebagai bentuk syukur dan kecintaan kepada Rosulullah, tinggallah Ummu Sulaim yang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada Rosulullah sebagai hadiah, maka Ummu Sulaim meminta kepada Rosulullah untuk mengambil putranya yakni Anas bin Malik untuk dijadikan pelayan untuk membantu Rosulullah.

Dari sinilah jenjang kehidupan keluarga Anas bin Malik mulai meniti pada derajat yang dimuliakan oleh Allah karena mereka begitu cintanya kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Pandangan Anas bin Malik Terhadap Rosulullah

Menurut Anas bin Malik, Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam adalah pribadi yang lembut. Tak pernah sekalipun dalam hidupnya beliau dibentak atau dimarahi oleh Rosulullah meskipun beliau pernah mengabaikan perintah Rosulullah.

Pernah suatu ketika Anas bin Malik yang waktu itu masih kecil disuruh oleh Rosulullah untuk membelikan keperluan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam, namun ketika sesampainya di pasar Anas bin Malik malah bermain dengan anak-anak yang lain.

Sedang asik-asiknya bermain, tanpa disadarinya Rosulullah berdiri di belakang Anas bin Malik, kemudian memegang bajunya dan Anas bin Malik tersadar setelah memalingkan wajahnya ternyata Rosulullah yang menarik bajunya.

Rosulullah kemudian berkata: "Wahai Unais apakah engkau sudah mengerjakan apa yang aku suruh?"

Anas bin Malik menjawab: "Ya akan aku kerjakan wahai Nabi!" Kemudian bergegas membeli apa yang dibutuhkan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Unais adalah panggilan Rosulullah kepada Anas bin Malik yang waktu itu masih kecil dengan perlakuan sayang Rosulullah kepada Anas bin Malik dengan tanpa pernah merendahkan meski ia adalah seorang pembantu.

Terkadang Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam memanggil Anas bin Malik dengan sebutan anak terlebih ketika Rosulullah menyampaikan hikmah kepada Anas bin Malik sebagai wasiat yang harus dipegang teguh.

Menurut Anas bin Malik, Rosulullah memiliki telapak tangan yang sangat lembut selembut sutera dan memiliki aroma tubuh yang wangi. Tak ada yang sewangi Rosulullah, sehingga orang bisa mengenali bekas lewatnya Rosulullah dari aroma tubuhnya yang masih tercium meski beliau sudah tidak ada di sana.

Kejadian Rosulullah hijrah ke Madinah adalah moment yang tidak bisa dilupakan oleh Anas bin Malik karena beliau selalu mengulang-ulang mengingat dan menceritakan tentang kejadian itu semasa hidupnya meski kejadiannya sudah berlalu, bahkan ketika usia beliau sudah mencapai lebih dari seratus tahun.

Anas bin Malik selalu tersenyum ketika mengingat masa-masa itu, tapi kemudian beliau menangis ketika mengingat kepergian Rosulullah sholallahu 'alaihi wa sallam karena beliau menjadi bagian dari saksi bagaimana perjuangan Rosulullah semasa hidupnya sampai akhir hayatnya yang kemudian beliau juga menjadi penyambung lidah kepada umat setelah masa sahabat dengan menyampaikan ribuan hadits Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.


Do'a Rosulullah Kepada Anas bin Malik

Suatu ketika Ummu Sulaim mendatangi Nabi untuk meminta supaya Nabi mendo'akan anaknya yakni Anas bin Malik, kemudian Nabi sholallahu 'alaihi wasallam mengabulkan permintaan Ummu Sulaim dengan berdo'a kepada Allah:

“Ya Allah, perbanyaklah hartanya, anaknya, dan berkatilah semua itu untuknya.”

Hadits yang menyebutkan bahwa Rosulullah mendo'akan Annas bin Malik ini tercatat dalam kitab Musnadnya Imam Ath Thoyalisi dan menjadi dalil bahwa seseorang boleh bertawasul yakni menggunakan perantara dalam berdo'a yang insya Allah sampai dan diqobul oleh Allah jika sesuai dengan irodah-Nya, karena segala sesuatunya sudah Allah atur sesuai kehendak-Nya.

Sedikit menyinggung soal tawasul, perlu difahami bahwa di dalam aqidah Ahlu Sunnah wal Jama'ah mewajibkan bagi tiap-tiap mukalaf untuk meyakini bahwa makhluq tidak bisa memberi bekas atau pengaruh dengan daya dan thobi'atnya.

Sebagaimana juga telah disebutkan dalam kaidah sifat 20 tentang sifat wahdaniyah Allah yang artinya Allah tunggal tak hanya dalam sifat tapi juga dalam dzat dan af'al, sehingga ketika kita bertawashul pun jangan sampai meyakini bahwa diqobulnya do'a adalah karena kehebatan manusia tapi karena Allah yang berkehendak.

Annas bin Malik menjadi Ulama besar dan berumur panjang hakikatnya adalah karena ada irodah dari Allah, Allah yang berkehendak yang kemudian disambung oleh do'a Rosullah yang merupakan bagian dari rencana Allah yang Maha Sempurna agar menjadi teladan untuk umat selanjutnya.


Lalu apa hubungan antara kisah Anas bin Malik dengan bab iman dalam shohih Bukhori?

Korelasi dari apa yang sudah kami sampaikan tentang kisah di atas dengan seorang muslim mencintai saudara bagian dari iman yaitu dengan ittiba' yakni mengikuti perilaku rosulullah yang lembut kepada sahabat Anshor dan dalam hal ini kami mengambil contoh dari kisahnya Anas bin Malik.

Pandangan Rosulullah kepada Anas bin Malik tak seperti seorang majikan terhadap pembantunya, tetapi lebih ke figur seorang ayah bagi Anas bin Malik yang lembut dan penyayang.

Dari kisah di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa mengajarkan ilmu agama itu tak hanya sebatas antara hubungan suami kepada isterinya atau hubungan ayah kepada anaknya, tapi kepada oranglain pun yang hidup berdampingan dengan kita juga harus bisa memberi pengetahuan tentang agama, sekurang-kurangnya bisa memberi manfaat untuk oranglain.

Kemudian juga bahwa memandang orang dengan pandangan cinta tak harus adanya hubungan darah karena hakikatnya semua insan adalah ciptaan Allah yang harus dijaga keharmonisannya bukan dengan kebencian.

Pembantu dalam istilah jaman sekarang lebih arif dengan sebutan asisten rumah tangga adalah orang yang dipekerjakan dan diberi upah bukan budak, maka pada hakikatnya seorang pembantu dengan majikan yang membedakan hanyalah akhlaq dan iman di sisi Allah bukan status sosial.

Baik pembantu maupun majikan pada keduanya mempunyai haq untuk mendapatkan ilmu-ilmu Allah yang disampaikan melalui Rosulullah hingga sampai kepada Ulama sesuai kapasitas orang tersebut.


Makna Dari Saudara

Adapun makna dari kata saudara seperti yang disebutkan hadits ke 12 di atas memiliki 4 pengertian :

  1. Persaudaraan dari segi kemanusiaan yaitu bahwa setiap insan di dunia ini bersaudara dan bagi tiap-tiap insan memiliki hak, dalam bahasa umum disebut hak azasi manusia, yang diatur dalam undang-undang Negara juga diatur oleh syari'at di dalam fiqih baik dalam ukuwah islamiyah mupun ukuwah insaniyah.
  2. Persaudaraan dari segi nasab yaitu persaudaraan yang terjalin karena garis keturunan.
  3. Persaudaraan yang khusus yaitu persaudaraan antara sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshor dikatakan khusus karena antara Muhajirin dan Anshor sudah seperti saudara sedarah, dan sebelum turun ayat tentang hukum waris, antara Muhajirin dan sahabat Anshor sudah seperti saudara yang mewariskan hartanya kepada saudaranya.
  4. Persaudaraan yang istimewa yaitu persaudaraan yang terjalin karena iman bukan keterikatan fisik. Seperti yang sedang kita bahas pada hadits ke 12 ini yakni persaudaraan sesama muslim baik dengan golongan manusia maupun jin.


Penutup

Jadi, orang yang acuh apalagi sampai merendahkan dan memusuhi terhadap saudaranya yang seiman tidak dikatakan sempurna imannya karena tidak sesuai dengan hadits Nabi yang menyebutkan bahwa muslim yang mencintai saudaranya adalah bagian dari iman, begitupun bagi muslim yang dhzolim kepada non muslim yang tidak mengganggu Islam tidak termasuk orang yang sempurna keimanannya.

Amal adalah bagian dari syarat syahnya ibadah sedangkan iman adalah syarat qobul dari ibadah, jadi keduanya harus terpenuhi agar sempurnanya iman dan sempurnanya ibadah, sehingga ibadah yang kita kerjakan mendapat ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Wallahu a'lam bishowab.

Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits Ke 13 | Muslim yang Mencintai Saudaranya Bagian Dari Iman"