Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori Hadits ke 14 | Mencintai Rosulullah Bagian Dari Iman

Shohih Bukhori Hadits ke 14 | Mencintai Rosulullah Bagian Dari Iman

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
Hadits ke 13
Pinterest

بسم الله الرّحمن الرّحيم

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'roj dari Abu Hurairoh, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya".(Shohih Bukhori hadits ke 14)


Sekelumit Tentang Abu Huroiroh

Hadits ke 13 ini periwayat haditsnya merujuk kepada Abu Hurairoh, salah seorang sahabat Nabi yang berasal dari kota Yaman Ad Dausi yang memeluk Islam pada tahun ke 6 setelah hijrahnya Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam ke Madinah setelah perang Khaibar.

Abu Huroiroh adalah nama yang diberikan oleh Rosulullah kepada beliau karena beliau suka memegang anak kucing dengan diletakannya pada lengan bajunya sehingga Rosulullah memanggil beliau dengan sebutan Abu Huroiroh yang berarti ayahnya kucing yang maksudnya adalah penyayang kucing layaknya seorang ayah kepada anaknya.


Sekelumit Kisah Tentang Sejarah Perang Khaibar

Perang Khaibar adalah perang antara umat Islam dengan kaum Yahudi yang terjadi di kota Khaibar yang tercatat dalam sejarah Islam sebagai perang yang amat sengit karena tentara Islam bertandang ke Khaibar dan menembus satu-persatu benteng pertahanannya yang dipimpin oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Adalah Sayidina 'Ali bin Abu Tholib karomallahu wajhah yang waktu itu berhasil membunuh komandan dari pasukan Yahudi, sehingga mental tentara Yahudi menciut seakan kehilangan kepercayaan diri setelah komandannya gugur oleh Sayidina Ali karomallahu wajhah yang terkenal cerdik dan piawai dalam bertarung dan disegani oleh musuh-musuhnya di medan pertempuran.

Satu-persatu benteng kota Khaibar berhasil ditaklukan dengan persediaan bekal makanan tentara Islam yang semakin menipis sementara musuh tak juga menyerah, mereka malah lari dan berlindung menyelinap ke benteng pertama mereka yaitu As Sa'b.

Dari benteng As Sa'b tentara Islam berhasil menaklukan mereka tapi sebagian lari menyelinap ke benteng Az Zubair yang sama kokohnya dengan benteng yang pertama karena di dalam benteng ini dilapisi dengan berdirinya tiga benteng kokoh diantaranya yaitu benteng Qomus kemudian benteng Watih dan benteng Salalim.

Di benteng Az Zubair, tentara Islam mengalami kelelahan karena bertempur selama tiga hari berturut-turut dengan persediaan bekal makanan yang semakin menipis juga karena orang-orang Yahudi tetap tidak mau menyerah meski para pembesar mereka banyak yang tewas.

Melihat keadaan kaum Muslimin yang kelelahan, maka Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam berdo'a kepada Allah karena tidak tega kepada umatnya:

"Ya Allah! Sesungguhnya engkau Maha Mengetahui keadaan mereka, tidak ada kekuatan pada mereka dan tidak ada dayaku untuk aku berikan kepada mereka, maka tundukanlah benteng yang sangat kokoh ini, karena di dalamnya ada cukup makanan dan lemak minyak yang banyak."

Dari do'a Nabi di atas menunjukan bahwa Beliau tak punya daya untuk menolong umatnya kecuali atas izin Allah. Ini menunjukan bahwa bertauhid dengan sikap berserah diri hanya kepada Allah di dalam berikhtiar itu harus karena manusia tak mempunyai daya dan kekuatan kecuali atas izin Allah.

Allah mengqobul do'a Rosulullah, sehingga tentara Islam berhasil menaklukan benteng Az Zubair meski pihak musuh sulit ditaklukan karena mereka lari kocar-kacir menyelinap ke dalam benteng Salalim, namun pada akhirnya pasukan Yahudi menyerah.

Hasil akhir dari pertempuran tersebut dimenangkan oleh tentara Islam dengan disetujuinya oleh Rosulullah yakni perjanjian damai yang diajukan oleh orang-orang Yahudi kemudian orang-orang yahudi diberi kebebasan untuk beraktifitas sebagaimana biasanya seperti bercocok tanam dan orang-orang Islam berhak mengambil sebagian dari hasil bumi Khaibar sebagai kota taklukan.

Kembali pada bahasan tentang Abu Hurairoh yang disebutkan di dalam urutan silsilah perawi hadits di dalam kitab shohih Bukhori hadits ke 13.

Abu Hurairoh termasuk sahabat Nabi yang paling banyak menghafal hadits di antara sahabat yang lain, beliau hafal lima ribu hadits lebih. Seperti halnya Anas bin Malik, Abu Huroiroh termasuk orang yang dekat dengan Nabi, sehingga beliau tahu apa-apa yang dilakukan Rosulullah ketika bersamanya.


Sikap Tawadhu Rosulullah

Keakraban Rosulullah dengan sahabat terlihat dari ucapan beliau yang memanggil tiap-tiap sahabat dengan panggilan khusus seperti Anas bin Malik yang dipanggil Unais, Ali bin Abi tholib yang dipanggil Abu Turob yang artinya debu karena Nabi waktu itu melihat ada debu di kepala Sayidini Ali ketika beliau tidur.

Semua orang-orang yang hidup di jaman Nabi dan dekat dengan Nabi adalah mereka yang disebut sahabat, tapi tak ada satupun dari mereka yang Nabi anggap sebagai murid padahal hakikatnya mereka semua berguru kepada Rosulullah.

Inilah salah satu sikap tawadhu yang ditunjukan kepada Rosulullah kepada umatnya dengan pandangan cinta bukan dengan kesombongan karena Rosulullah bukanlah orang yang gila kehormatan, maka wajar jika para sahabat begitu cintanya kepada Rosulullah, namun umat yang paling Beliau kagumi adalah umat-umat setelah Beliau wafat dan itu Beliau utarakan kepada para sahabat.


Apa yang istimewa dari umat akhir zaman ini?

Rosulullah memuji umatnya yang hidup setelah Beliau wafat karena mereka yang hidup setelah Nabi tiada adalah umat-umat yang luar biasa karena meskipun mereka belum pernah bertemu dengan Nabi bahkan dalam mimpi sekalipun, akan tetapi di dalam hati mereka ada kerinduan, ada rasa cinta yang mendalam terhadap Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam.

Mereka adalah umat yang setiap harinya bersholawat, yang setiap harinya mengerjakan sunah dan selalu memperingati kelahiran Nabi dengan mentashorufkan hartanya demi mengagungkan Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam dengan berkumpul bersama 'alim ulama bersilaturahmi dalam satu majelis padahal mereka belum pernah sekalipun berjumpa dengan Rosulullah. Inilah yang membuat istimewa dari umat Rosulullah di akhir zaman ini.

Bukan mereka yang suka menyalah-nyalahkan, suka menyesat-nyesatkan bahkan berani mencap kafir seorang muslim yang masih memiliki iman meski sekecil biji sawi. Sesungguhnya mereka itu tidak sadar telah lancang menempati haqnya Allah dengan menilai keimanan oranglain.


Mencintai Rosulullah Bagian Dari Iman

Seperti yang telah disebutkan hadits ke 13 di atas, bahwa sesorang tidak dikatakan beriman sampai ia mencintai Rosulullah melebihi cintanya kepada orangtua dan anaknya bahkan melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.

Rasa cinta tidak bisa tumbuh begitu saja tapi harus disertai ikhtiar dengan mengenal Rosulullah, baik dari sejarahnya, kebiasaannya maupun hadits-haditsnya, sehingga di dalam Islam ada kewajiban bagi orangtua untuk mengenalkan anak-anaknya kepada Rosulullah.

Berdosa bagi orangtua yang tidak mengenalkan anak-anaknya kepada Rosulullah, sebagaimana telah disebutkan oleh Syekh Zainudin dalam kitab Fiqihnya yakni Fathul Mu'in dalam bab sholat yang telah kami sampaikan pada posting yang lain yang kami beri label Fiqih.

Diwajibkannya mengenalkan Rosulullah kepada anak-anak sejak dini, karena masalah iman tidak tumbuh dengan begitu saja tanpa proses pengenalan terkecuali bagi mereka yang mendapat hidayah langsung dari Allah seperti masuknya seorang kafir menjadi mu'alaf.


Bukti Cinta Kepada Rosulullah

Seseorang yang di dalam hatinya tumbuh rasa cinta kepada seseorang, maka lazimnya orang tersebut akan selalu mengucapkan nama orang yang ia cintai, baik dalam keadaan ia beraktifitas maupun dalam kesendirian, baik dengan dzhohir yakni jahar maupun sembunyi-sembunyi.

Begitupun bagi seseorang yang mencintai Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, maka orang tersebut akan menyebut-nyebut nama Rosulullah dengan bersholawat baik di dalam ibadah maupun di luar ibadah.

Kemudian orang yang mencintai Rosulullah akan selalu mencontoh apa yang diperbuat Nabi yang sesuai dengan kedudukan dia karena apa yang diperintahkan Nabi di dalam hadits belum tentu sesuai dengan keadaan bagi tiap-tiap umatnya.

Kemudian orang yang mencintai Nabi akan dekat dengan Ulama karena melalui para Ulama terbukalah pemahaman tentang maksud yang disampaikan oleh Rosulullah di dalam hadits-haditsnya, bukan asal mengutip asal pakai kemudian disebarkan tanpa didasari penjelasan dari Ulama.

Dan seperti yang disebutkan pada hadits ke 13 di atas, memiliki arti bahwa orang yang mencintai Rosulullah akan meletakan kedudukan Rosulullah di atas segala-galanya karena melalui Rosulullah lah seorang Muslim sampai kepada Allah.

Mencintai Rosulullah bukanlah sesuatu yang berlebihan yang dianggap kultus oleh sebagian golongan, mencintai Rosulullah adalah perintah Allah dan ini alasan yang paling utama kenapa seorang muslim harus mencinta Rosulullah.


Makna Cinta Kepada Rosulullah

Cinta merupakan amal (perbuatan) hati sebangsa sirri yang berarti cinta itu letaknya di hati bukan di mulut karena tak berarti ucapan seseorang yang mengatakan cinta kepada Rosulullah tetapi di dalam hatinya tak tertanam Rasa cinta kepada Rosulullah.

Sebagaimana iman, cintapun harus tumbuh dan bersemi di dalam hati dan hanya Allah yang bisa menilai kadar cinta seseorang kepada Rosulullah, jadi seseorang tak berhak menilai. Karena tak sedikit orang yang mengaku cinta kepada Rosulullah tapi di hatinya tidak ada cinta, tak sedikit yang melaksanakan sunah Rosulullah tapi di hatinya tak ada rasa cinta.

Sebaliknya orang yang dzhohirnya terlihat bermaksiat belum tentu di dalam hatinya tak ada rasa cinta sebagaimana Rosulullah yang telah menegur Sayidina Umar rodhiyallahu 'anhu yang memaki seorang sahabat yang gemar bermabuk-mabukan. Menurut Rosulullah orang tersebut sesungguhnya mencintai Allah dan Rosulnya hanya sayang ia tak bisa menghindari syahwatnya ketimbang mengikuti larangan Allah dan Rosul-Nya.

Jadi, antara Amal dan i'tikad ada keterkaitan tapi pada keduanya ada perbedaan, maka seseorang tidak berhak menilai kadar iman seseorang, karena hanya Allah yang tahu, namun i'tikad seyogyanya harus sesuai dengan ucapan dan perbuatan agar sempurnanya Iman.


Penutup

Dengan demikian mencintai Rosulullah merupakan perkara yang wajib sebab menjadi bagian daripada rukun iman yang ke 4 yakni iman kepada para Rosul, sehingga seorang muslim tidak syah keimanannya ketika ia tidak beriman kepada Rosulullah jika di hatinya tak ada rasa cinta yang dibuktikan dengan perbuatan yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rosulullah melalui penjelasan Ulama.

Wallahu a'lam bishowab

Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits ke 14 | Mencintai Rosulullah Bagian Dari Iman"