Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Sedekah Adalah Amal yang Sangat Dicintai Allah dan Rosul-Nya

Sedekah Adalah Amal yang Sangat Dicintai Allah dan Rosul-Nya

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 

Amal yang dicintai Allah dan Rosulnya
Pinterest

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Allah Maha Pemurah

Allah subhanahu wata'ala menciptakan makhluq atas dasar sifat Rohman dan Rohim-Nya juga dengan qudroh dan irodahnya yang tidak sepi daripada hikmah.

Artinya semua manfaat dari apa yang Allah ciptakan adalah untuk kebaikan makhluqnya sedangkan Allah tidak butuh secuilpun manfaat dari makhluq karena Allah lah yang memiliki semuanya, karena Allah memiliki segalanya maka Allah tidak butuh apapun, dan karena Allah itu tidak butuh apapun maka berarti Allah itu Maha Kaya dan karena Allah itu kaya, maka haq bagi Allah memiliki sifat Pemurah.

Sebaliknya makhluq adalah faqir (butuh) karena tak ada satupun makhluq yang tak membutuhkan sesuatu apapun di dalam hidupnya.


Luasnya Sifat Pemurah Pada Dzat Allah

Sifat Pemurah Allah kepada makhluq-Nya tak terukur dan tak ada sesuatupun yang sepadan dengan sifat Pemurah-Nya, bahkan dengan ibadah kita pun tak mampu membalas kebaikan Allah yang telah memberi kita banyak keni'matan.

Mengutip penjelasan dari guru kami di dalam majelis ilmu bahwa jika kita tela'ah bermuroqobah terhadap setiap kejadian di dalam kehidupan kita, maka sesungguhnya dari tiap-tiap makhluq itu memiliki peran dan keterkaitan terhadap keberlangsungan alam yang menjadi hujah bahwa Allah itu Maha Pemurah.

Seperti menguapnya air karena panasnya sinar matahari, kemudian uap itu berkumpul membentuk gumpalan awan, kemudian angin meniupkan awan tersebut kemudian turunlah hujan.

Dari laut naik ke udara, dari udara turun ke bumi. Tak terhitung berapa banyak makhluq Allah di bumi yang kebagian Rahmat yakni sifat Pemurahnya Allah yang berupa air hujan.

Sebelum air kembali ke laut ada banyak hikmah yang diambil manfaat dari air hujan oleh tiap-tiap makhluq untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

Seperti yang disebutkan di dalam Al Qur-an surat Ar Rohman yang menyebutkan, "Ni'mat tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?"


Allah Mencintai Hambanya yang Pemurah

Allah Maha Pemurah "Ar Rohman" dan Allah mencintai hamba-hambanya yang memiliki sifat pemurah terhadap sesama seperti mensedekahkan sebagian hartanya kepada saudaranya yang membutuhkan.

Islam itu rahmat bagi seluruh alam (makhluq) sehingga tidak ada batasan bagi tiap-tiap makhluq untuk mendapatkan Maha Pemurahnya Allah.


Makna Dari Bersedekah

Tidak ada batasan untuk berbagi sesuatu yang bermanfaat kepada oranglain. Sebagaimana sering disebutkan oleh guru kami bahwa makna daripada bersedekah adalah memelihara makhluq.

Jadi, dengan bersedekah kita ikut andil dalam memelihara makhluq dengan  peduli dan berbagi dengan sesama, memperkecil kesenjangan hidup yang terjadi di dalam masyarakat yang berdampak serius jika kita acuh dengan saudara kita.

Yang jadi pertanyaannya adalah apakah bersedekah itu harus berupa harta?


Jenis Sedekah yang Dicintai Allah dan Rosul-Nya

Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam di dalam haditsnya yang dimuat di dalam shohih Muslim telah bersabda:

تصدقوا عن أنفسكم وعن موتاكم ولو بشربة من الماء فإن لم تقدروا على ذالك فبأية من كتاب الله فإن لم تعلموا شيئاً من القران فادعوا بالرحمة والمغفرة فقد وعدكم بالإجابة

"Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan ahli-ahli kubur kalian semua walaupun dengan seteguk air jikalau kalian tidak mampu maka bacakan satu ayat dari kitab Allah dan jikalau kalian tidak mampu membaca Qur’an maka do’akan semoga mendapat rahmat dan ampunan Allah maka Allah benar-benar telah berjanji akan mengabulkan doa kalian semua." (HR Muslim )


Bersedekah Dengan memberikan Seteguk Air

Jangan meremehkan kecilnya amal karena bisa jadi Allah meletakan ridho-Nya pada amal tersebut sehingga orang yang tadinya musuh Allah menjadi orang yang sangat dicintai Allah.

Seperti sebuah hikayat yang masyhur yang diceritakan di dalam kitab Riyadhush Sholihin tentang seorang wanita tuna susila yang masuk surga hanya gara-gara memberi air kepada seekor anjing. Sebagai i'tibar bagi kita umat muslim agar jangan pesimis terhadap Rahmat Allah. Karena Rahmat Allah itu lebih besar daripada murka-Nya.


Bersedekah Dengan Membacakan Ayat-ayat Al Qur-an

Rosulullah mengajarkan umatnya untuk peduli dengan sesama dengan bersedekah dengan tanpa dibatasi kepada siapa kita bersedekah, bahkan dalam haditsnya disebutkan bahwa kepada ahli kuburpun mendapatkan bagian dari kebaikan dari orang-orang yang masih hidup yakni dengan mendo'akannya.

Hadits di atas menjadi hujah bahwa mendo'akan adalah termasuk sedekah yang sangat dicintai Allah dan Rosulnya, bahwa bersedekah boleh kepada orang yang sudah meninggal. Adapun so'al teknis bukanlah perkara yang harus diperdebatkan selama tak keluar dari koridor syari'at.

Kufurnya seseorang ada dua penyebab yaitu mengingkari ni'mat dan salahnya i'tikad. Jadi, menurut Ulama ahlu sunah pantang bagi seseorang mengatakan sesat dan kafir saudaranya yang masih memiliki iman, sebagaimana telah kami sampaikan pada pembahasan kitab Shohih Bukhori hadits ke 19 bahwa iman adalah perbuatan (amal) hati.

Maka berhati-hatilah terhadap hati yang asal memvonis amaliah orang lain padahal tujuannya adalah Allah.

Andai orang tersebut sesat menurut Allah, bukanlah haq kita untuk menilai, tapi jika amal orang tersebut mendapatkan ridho dari Allah dan dicintai oleh Allah, maka yang menuduh sesatlah yang sebetulnya sesat.

Orang yang dicintai oleh Allah sangat tipis dikabulkannya do'a artinya jika seseorang ingin do'a-do'anya terkabul, maka raihlah cintanya Allah bukan mengharap cintanya makhluq.


Bersedekah Dengan Membagikan Ilmu

Pada hadits yang lain juga disebutkan bahwa dengan ta'lim yakni menyampaikan dan mengajarkan ilmu termasuk sedekah, maka jangan pernah berprasangka buruk kepada para 'alim ulama dengan menganggap mereka cuma ngomong doang soal sedekah tanpa praktek.

Sesungguhnya yang mereka lakukan justru mengamalkan apa yang Allah dan Rosul-Nya perintahkan, bahkan pada mereka ada yang mampu melakukan semuanya, yaitu menyumbangkan ilmu, harta, waktu dan tenaga.

Pada artikel kali ini akan kami sampaikan tentang ridhonya Allah terhadap amal seorang kafir Majusi yang dicintai Allah hanya karena sedekah.

Apa yang kami sampaikan di artikel kali ini adalah oleh-oleh dari hasil tholabul 'ilmi yang oleh guru kami dijadikan sebagai muqodimah pengantar kajian rutin kitab tafsir hadits Al Qurtubi.


Allah Mencintai Amal Hambanya yang Ikhlas

Dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda:

قال لما خلق الله الأرض جعلت تميد فخلق الجبال فعاد بها عليها فاستقرت فعجبت الملائكة من شدة الجبال قالوا يا رب هل من خلقك شيء أشد من الجبال قال نعم الحديد قالوا يا رب فهل من خلقك شيء أشد من الحديد قال نعم النار فقالوا يا رب فهل من خلقك شيء أشد من النار قال نعم الماء قالوا يا رب فهل من خلقك شيء أشد من الماء قال نعم الريح قالوا يا رب فهل من خلقك شيء أشد من الريح قال نعم ابن آدم تصدق بصدقة بيمينه يخفيها من شماله

"Tatkala Allah menciptakan bumi, maka bumi bergoncang-goncang, kemudian Allah menciptakan gunung-gunung lalu meletakkannya di atas bumi tersebut sehingga bumi menjadi tenang. Dan para malaikat merasa kagum terhadap kuatnya gunung-gunung tersebut."

Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Tuhanku, apakah di antara makhluk-Mu terdapat sesuatu yang lebih kuat daripada gunung?" Allah berfirman, "Ya, api."

Kemudian mereka berkata, "Wahai Tuhanku, apakah di antara makhluk-Mu terdapat sesuatu yang lebih kuat daripada api?" Allah berfirman, "Ya, air."

Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, apakah di antara makhluk-Mu terdapat sesuatu yang lebih kuat daripada air?" Allah berfirman, "ya, angin."

Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, apakah di antara makhluk-Mu terdapat sesuatu yang lebih kuat daripada angin?"

Allah berfirman, "Ya, anak Adam. Ia bersedekah dengan sebuah sedekah dengan tangan kanannya dan menyembunyikannya dari tangan kirinya."

Dari keterangan hadits di atas tersirat, bahwa Allah memuji hambanya yang bersedekah dengan ikhlas dengan tanpa menghitung-hitung dan menimbang-nimbang, tapi semata-mata karena Allah.

Lalu bagaimana jika ada orang kafir yang bersedekah dengan ikhlas tapi bukan karena Allah?


Kisah Seorang Majusi yang Menjadi Waliyullah Karena Sedekah

Dalam sebuah hikayat diceritakan bahwa saat musim haji tiba, seorang Waliyullah yakni Abdullah bin Mubarok yang tengah melaksanakan ibadah haji.

Selesai melaksanakan thowaf dalam ibadah hajinya, Abdullah bin Mubarok beristirahat di dekat hijir Ismai'l. Karena saking lelahnya beliau, sehingga beliau tertidur kemudian bermimpi.

Suasana haji pada zaman itu tentu berbeda dengan zaman sekarang karena di zamannya Abdullah bin Mubarok tidak banyak orang bisa melaksanakan ibadah haji karena pada masa itu belum banyaknya umat muslim dan juga terkendala jarak tempuh, belum tersedianya alat transportasi yang canggih dan biaya.

Di dalam mimpinya beliau didatangi Rosulullah, kemudian Rosulullah berpesan kepada beliau: "Wahai Ibnu Mubarok jika nanti engkau pulang dari ibadah hajimu kemudian kembali ke Bagdad, maka datangilah sebuah perkampungan dan temuilah seseorang bernama Bahrom seorang penyembah api (Majusi). Sampaikan salamku kepadanya dan katakan bahwa Allah ridho terhadap apa yang telah ia perbuat."

Setelah Abdullah bin Mubarok terbangun dari tidurnya, beliau beristigfar karena tak percaya dengan mimpinya itu.

Beliau berkata, " Tidak mungkin Rosulullah berkata seperti itu kepada seorang kafir Majusi, aku yakin mimpi itu datangnya dari setan."

Setelah bangun dari tidurnya, kemudian beliau kembali thowaf untuk meminta ampunan dari Allah dan dihindarkan dari godaan setan, sehingga tak terhitung berapa kali beliau mengelilingi Ka'bah.

Selesai thowaf akhirnya beliau kelelahan dan kembali tertidur, kemudian bermimpi yang sama. Beliau kembali didatangi Rosulullah dengan meminta kepada Abdullah bin Mubarok untuk menyampaikan salamnya dan pesan dari Allah.

Karena berulang-ulangnya mimpi tersebut, sehingga Abdullah bin Mubarok tersadar akan hadits Rosulullah yang menyebutkan, bahwa "Siapapun orang yang berjumpa denganku di dalam mimpinya, sesungguhnya ia akan bertemu denganku secara nyata karena setan takan mampu menyerupaiku di dalam mimpi."

Selesai melaksanakan rangkaian ibadah haji, maka beliau Abdullah bin Mubarok kembali ke kampung halamannya di Bagdad.

Setelah selang beberapa hari barulah beliau mendatangi sebuah kampung dan mencari tahu keberadaan orang yang bernama Bahrom yang disebutkan oleh Rosulullah di dalam mimpinya.

Singkat cerita, maka bertemulah Abdullah bin Mubarok dengan Bahrom seorang Majusi, kemudian Abdullah bin Mubarok bertanya kepada Bahrom.

"Wahai syekh! ( sebutan syekh bagi orang Arab bisa berarti orang yang dianggap tua karena usia Bahrom memang sudah tua renta). Jika boleh aku bertanya, amal baik apa yang sudah engkau perbuat dalam hidupmu?"

Bahrom menjawab: "tentu sangat banyak wahai tuan, karena aku termasuk orang yang terpandang di kampung ini. Aku adalah orang yang paling kaya di kampug ini, aku suka memberikan hutang kepada orang yang membutuhkan dengan menambahkan bunga ketika orang tersebut membayarnya."

Ibnu Mubarok menjawab: "itu haram! Dan riba adalah perbuatan tercela. Apakah ada yang lain selain itu?"

Bahrom menjawab: "Ada, aku memiliki 4 orang puteri dan 4 orang putera yang mana ke 4 orang puteriku aku nikahkan dengan ke 4 orang puteraku agar hartaku tidak jatuh ke tangan orang yang salah dan habis."

Ibnu Mubarok menjawab: "Itu juga haram! Apakah ada yang lain selain itu."

Bahrom menjawab: "Aku menikah dengan wanita lain dan aku dikarunia seorang puteri yang memiliki paras yang sangat cantik, namun sayang karena kecantikannya aku tak bisa menemukan seorang pria yang wajahnya tampan agar setara dengan kecantikan puteriku untuk dijadikan suaminya, maka terpaksa aku nikahi puteriku itu."

Ibnu Mubarok berkata: " Astagfirullahal Adhzim! Itu juga haram wahai syekh. Apakah ada yang lain selain itu?"

Bahrom menjawab: "Ada, dan aku rasa yang ini baik menurut pandangan agamamu wahai tuan. Jadi, setelah aku nikahi puteriku tersebut, kemudian aku mengadakan pesta, namun setelah pesta selesai dan hendak menemui isteri baruku di kamar, datang seorang tamu mengetuk pintu."

"Aku buka pintu rumahku, ternyata seorang perempuan muslim datang meminta api karena lampu di rumahnya padam. Aku nyalakan lampu yang ia bawa di tangannya kemudian ia pun pergi."

"Tak lama, sebelum aku hendak masuk kamar, perempuan yang tadi kembali lagi mengetuk pintu dan meminta api berulang kali."

"Aku curiga jangan-jangan orang ini hendak mencuri di rumahku. Kemudian saat dia kembali ke rumahku untuk meminta api dan aku berikan dia api, kemudian aku buntuti dia sampai rumahnya, kemudian ku lihat di dalam rumahnya yang seperti gubuk itu ada tiga anak kecil kemudian salah-satu dari mereka datang kepada wanita tersebut dengan menyebut dia ibu."

Anak kecil itu bertanya dengan wajah yang gembira karena kedatangan ibunya: "Ibu apakah kau kembali membawa makanan? Kami lapar ibu." Anak itu memelas.

Kemudian wanita yang dipanggil ibu tersebut menjawab sambil bercucuran airmata: "Sungguh aku malu kepada Allah dengan perbuatanku meminta-minta kepada oranglain, apalagi orang yang ku mintai itu adalah musuh Allah. Ma'afkan ibu anakku, ibu tak membawa makanan."

"Melihat pemandangan yang sangat memilukan itu aku sungguh tak tega meski mereka tak seagama denganku, maka aku putuskan kembali ke rumah untuk mengambil nampan besar yang diatasnya ku taruh beraneka macam makanan kemudian aku berikan kepada mereka" kata Bahrom.

"Masya Allah! Sungguh baik hatimu." Ucap Ibnu Mubarok dengan nada kagum.

Kemudian Ibnu Mubarok menceritakan perkara yang sesungguhnya kenapa beliau mendatangi Bahrom.

Ibnu Mubarok berkata: "Sesungguhnya maksud kedatanganku ke sini adalah karena suatu mimpi, aku bermimpi ditemui oleh Rosulullah setelah aku selesai melaksanakan thowaf di Ka'bah. Rosulullah menyuruhku menemui engkau dan menyampaikan salam dari Beliau dan menyampaikan bahwa Allah meridhoi perbuatan engkau."

"Tadinya aku berfikir bahwa mimpi tersebut datangnya dari setan karena tidak mungkin seorang penyembah api sepertimu mendapat salam dari Rosulullah apalagi mendapat ridho dari Allah."

"Kini aku mengerti kenapa Allah meridhoi perbuatanmu, itu karena hatimu sungguh mulia meski keadaanmu yang kafir. Allah tidak melihat kafirnya engkau wahai syekh, tapi Allah memandang qolbumu yang ikhlas."

Mendengar penuturan dari ibnu Mubarok, Bahrom terharu dengan mata yang berkaca-kaca kemudian ia berucap: "Dengarkan aku wahai tuan! Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhamad itu hamba Allah dan utusan-Nya."

Setelah bersahadat, tiba-tiba Bahrom tersungkur kemudian meninggal dunia saat itu juga.

Mendapati Bahrom yang sudah meninggal dunia, Ibnu Mubarok terharu bercampur sedih karena Allah telah menunjukan sifat pemurahnya dengan memberi ridho terhadap amal hambanya yang tadinya kafir menjadi orang yang sangat dicintai Allah dengan memberinya hidayah dan diberikan ni'mat iman dengan meninggalnya Bahrom sang Mualaf dengan husnul khotimah.

Ibnu Mubarok yang mengurus jenazah Bahrom seperti memandikan beliau, mengkafani, mensholati sampai mengubur secara Islami karena Bahrom yang tadinya kafir kini menjadi seorang muslim yang mukmin dan Allah menempatkan beliau sebagai wali-Nya.

Allah jika sudah meridhoi amal hamba-Nya tak memandang banyak atau sedikitnya amal seorang hamba tapi yang Allah pandang adalah qolbu.


Penutup

Jadi, ridhonya Allah tak bergantung terhadap seberapa banyak dan seberapa besar amal baik seseorang tapi dilihat dari ketulusan hatinya, karena ridho Allah itu haq Allah tidak mutlak diberikan kepada setiap muslim, karena setiap muslim belum tentu beriman dan berimannya seorang muslim haruslah ihsan.

Jadi, Islam saja tidak cukup jika tidak disertai iman sedangkan iman itu amaliyah hati bukan sekedar ucapan, kemudian imannya seseorang juga harus disertai dengan ihsan sehingga setiap perbuatan seorang muslim akan senantiasa ditujukan kepada Allah, semata-mata demi mencari ridho dan cintanya Allah dan hanya berharap kepada Allah.

Hikayat tentang sedekah yang dilakukan Bahrom penyembah api bukanlah hujah bahwa ridho Allah itu ada pada amalnya orang kafir, tapi sebagai i'tibar ternyata ridho Allah itu bukan ditentukan oleh amal.

Beramal atau tidaknya Bahrom dengan sedekah, sebenarnya bukan sebab adanya ridho Allah, tapi Allah akan memberikan ridhonya sesuai dengan kehendak-Nya bukan dikarenakan oleh sesuatu.

Adapun amal adalah bagian dari pengaturan Allah yang disebut taufik. Jadi amal bukanlah karena kehendak manusia tapi bagian dari taufik yang Allah berikan, maka bersyukurlah bila tubuh kita senantiasa digerakan untuk melakukan kebaikan.

Maka hendaknya kita berdo'a agar Allah senantiasa memberikan kita hidayah yakni petunjuk dan taufik yakni daya gerak menggapai ridho dan cintanya Allah, bukan maksiat.

Wallahu a'lam bishowab.
Open Comments

Posting Komentar untuk "Sedekah Adalah Amal yang Sangat Dicintai Allah dan Rosul-Nya"