Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori Hadits Ke 19 Rosulullah Paling Mengenal Allah

Shohih Bukhori Hadits Ke 19 Rosulullah Paling Mengenal Allah

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Ini adalah bab sabda Nabi sholallahu 'alaihi wasallam yang menyebutkan, "Aku adalah orang yang paling tahu diantara kalian tentang Allah", dan "mengenal (ma'rifat) kepada Allah adalah perbuatan hati." Karena ada firman Allah yang menyebutkan "...akan tetapi Allah ta'ala akan menyiksa kamu disebabkan oleh apa-apa yang hatimu usahakan."

Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang diutus oleh Allah yang derajatnya paling tinggi diantara makhluq lainnya sehingga Beliau dijadikan contoh bagi umatnya agar bisa mengenal Allah dan sampai kepada Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya menjauhi larangan-Nya.

Diantara makhluq-makhluq Allah, Rosulullah adalah orang yang paling mengenal Allah dan Beliau tahu amal apa yang harus diperbuat oleh umatnya agar sampai kepada Allah sesuai kadar kemampuan tiap-tiap umatnya.

Sebagaimana disebutkan dalam shohih Bukhori hadits ke 1 bahwa setiap amal itu membutuhkan niat dan tempatnya niat adalah hati, maka tiap-tiap apa yang didapatkan oleh seorang muslim itu sesuai dengan apa yang diniatkan di dalam hatinya.

Ridho Allah tidak diukur oleh sedikit banyaknya amal seorang hamba karena Allah tak hanya memandang seseorang dari perbuatan tapi apa yang ada di dalam hati hamba-hamba-Nya.

Maka perlu difahami bahwa untuk sampai kepada ridhonya Allah, seseorang tak cukup hanya dengan beramal tapi abai di dalam menata hatinya, maka untuk bisa mengenal Allah seseorang harus melibatkan hati karena ma'rifatillah adalah perbuatan (amal) hati.

Shohih bukhori
Pinterest


Rosulullah Adalah Orang yang Paling Mengenal Allah

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَرَهُمْ أَمَرَهُمْ مِنْ الْأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ قَالُوا إِنَّا لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الْغَضَبُ فِي وَجْهِهِ ثُمَّ يَقُولُ إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdah dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila memerintahkan kepada para sahabat, Beliau memerintahkan untuk melakukan amalan yang mampu mereka kerjakan, kemudian para sahabat berkata; "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang". Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjadi marah yang dapat terlihat dari wajahnya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengerti tentang Allah diantara kalian adalah aku". (Shohih Bukhori hadits ke 19)

Hadits ke 19 ini diriwayatkan oleh Sayidatu 'Aisyah rodhiyallahu 'anha yang berkata bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam di dalam memerintahkan kepada para sahabat di dalam beribadah untuk melakukan amalan yang sesuai kemampuan tidak memaksa untuk melakukan amal yang di luar batas kemampuan mereka.

Ketika seseorang melaksanakan suatu amal yang dirasa mampu ia kerjakan, maka ia akan senantiasa melaksanakannya dengan istiqomah, bukan memaksa mengerjakan amal yang berat tapi hanya dilakulan sekali.


Sebaik-baik Amal

Sebaik-baik amal yaitu yang dilakulan secara terus menerus sekalipun sedikit dan amal yang dicintai oleh Allah yaitu amal yang dikerjakan secara terus menerus.

Sebagaimana telah disebutkan juga di dalam Al Qur-an surat At Taghobun ayat 16:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka bertakwal lah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Surat At-Taghobun : 16)


Dimulai Dari Amal yang Ringan

Seperti yang sudah kami sampaikan pada artikel sebelumnya, bahwa ni'mat iman dan ni'mat di dalam beribadah itu butuh proses dan latihan bukan datang begitu saja kecuali jika memang Allah telah berkehendak memberikan rasa ni'mat beribadah kepada hambanya.

Seperti palsafah yang pernah disebutkan oleh Ibnu Hajar, bahwa tetesan air yang terus menerus menimpa kerasnya batu itu lebih berdampak daripada menyiram batu dengan air yang banyak yang hanya sekali.

Begitupun dengan amal, harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan terus menerus bukan langsung pada amal yang berat yang malah menimbulkan rasa capek, sekalipun dia khusuk akan tetapi karena dorongan makhluq yang bisa mendatangkan sifat riya.

Seperti halnya bersedekah. Seseorang tidak akan langsung menjadi ahli shodaqoh tanpa dimulai dari perkara yang kecil yang dilakukan secara berkesinambungan, karena dari perkara yang dianggap kecil lah orang belajar ikhlas.


Jangan Memandang Kecilnya Amal

Setiap amal yang dikerjakan oleh tiap-tiap muslim mempunyai nilai dan derajat yang berbeda-beda di sisi Allah, namun yang membedakan bukan kuantitas, bukan besar atau kecil, tapi kualitas yakni rasa ikhlas yang mendatangkan ridhonya Allah.

Yang menyelamatkan seseorang dari murkanya Allah bukanlah amal, yang menyelamatkan seseorang dari siksa neraka bukanlah amal dan yang memasukan seseorang kedalam surganya Allah bukan karena amal tapi karena adanya ridho Allah.

Jadi, seberapa banyak pun amal yang kita kerjakan tak bisa membeli surganya Allah karena hanya dengan mengandalkan amal, seseorang takan pernah bisa membalas besarnya ni'mat yang Allah berikan kepada hamba-hambanya.

Lalu apa gunanya kita beribadah siang dan malam kepada Allah?

Ibadah adalah kewajiban kita sebagai hamba-Nya yang manfaatnya untuk kita bukan untuk Allah karena makna di dalam ibadah bukan semata menyembah Allah tapi untuk kebaikan umat manusia menyeimbangkan kehidupan agar terciptanya hubungan yang harmonis antar makhluq, kemudian di setiap amal yang kita kerjakan ada ridho Allah yang bernilai ibadah yang menjadi rahasia Allah.

Jadi, setiap amal yang dikerjakan oleh tiap-tiap hamba belum tentu ada ridho Allah di dalamnya, akan tetapi ridho Allah itu adanya pada amal yang dikerjakan oleh tiap-tiap hamba-Nya sehingga penting di dalam kita beramal selalu mengharap ridho Allah bukan melihat besar-kecilnya, bukan ingin dilihat atau mendapat pujian dan mengharapkan imbalan dari oranglain.


Selalu Melihat Amal Sholih Oranglain Sebagai Motifasi

Seperti yang disebutkan hadits ke 19 di atas para sahabat berkata, bahwa "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang".

Perkataan dari sahabat membuat Nabi marah, tapi marahnya Nabi adalah mendidik, seperti seorang ayah yang marah ketika mendidik anaknya bukan karena benci tapi karena rasa sayang agar anaknya itu faham dan selamat dari kebodohan yang bisa mencelakai anaknya.

Yang membuat Rosulullah marah bukan pada ucapan mereka yang dengan lancang menyinggung Rosulullah tapi sikap pesimis dari para sahabat yang justru akan menggiring mereka pada sifat malas di dalam beribadah.

Dengan melihat perbuatan Rosulullah di dalam beribadah, seseorang seharusnya merasa takjub, merasa hormat dan mengidolakan beliau sebagai figur yang paling layak dicontoh oleh seluruh umat manusia, bukan membuat seseorang menjadi pesimis.

Untuk meningkatkan ibadah dan kualitas iman, Ulama banyak menyampaikan perilaku para Salafush Sholih di dalam banyak hikayat sebagai motifasi bagi kita agar lebih baik lagi di dalam beribadah, bukan diam di posisi nyaman yang perlahan mengikis iman dan kualitas ibadah kita kepada Allah.

Tak hanya kisah dari para Salafush Sholih, Ulama juga banyak menyampaikan hikayat orang-orang yang mendapat ridho dari Allah meski mereka dipandang rendah dan hina oleh manusia lainnya. Semua itu sebagai i'tibar bahwa rahmat Allah itu lebih besar daripada murka-Nya sehingga membuat kita optimis terhadap ridho dan rahmatnya Allah di dalam bertobat.


Penutup

Di akhir bahasan hadits ke 19 ini Asy Syekh Al Imam Al Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrohim bin Mughiroh Al Bukhori rohimahullahu ta'ala memberikan beberapa kesimpulan diantaranya yaitu:

  1. Segala amal sholih dapat membuat naik pelakunya kepada martabat yang tinggi.
  2. Seorang hamba apabila sampai kepada puncaknya daripada ibadah dan hasilnya, maka itu akan membawa kepada ketekunan.
  3. Diamnya dia di satu posisi akan senantiasa dibatasi oleh syari'at tidak menyimpang atau keluar dari syari'at.
  4. Yang lebih utama di dalam ibadah yaitu niat (qosod) dan berkesinambungan (istiqomah).
  5. Sangat gemarnya para sahabat di dalam ibadah.
  6. Disyari'atkan untuk marah ketika ada suatu masalah yang menyalahi syari'at.
  7. Boleh membicarakan seseorang tentang keutamaan dirinya.
  8. Bahwa Rosulullah mempunyai martabat yang sempurna di dalam kemanusiaannya dibandingkan dengan yang lain.
Wallahu a'lam bishowab.

Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits Ke 19 Rosulullah Paling Mengenal Allah"