Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kisah Sayidina Ali yang Ditanya Oleh Kaum Khowarij

Kisah Sayidina Ali yang Ditanya Oleh Kaum Khowarij

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرّحمن الرّحيم


Hadits ke Empat

Hadits ke empat dari empat puluh hadits yang yang disebutkan oleh syekh Muhammad bin Abi Bakar rohimahullahu ta'ala di dalam kitab Al Mawaidhz Al Ushfuriyah yaitu hadis dari Ibrohim dari 'Alqomah dari Abdullah bin Mas'ud rodhiyallahu 'anhu yang menyebutkan:

قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: من تعلم بابامن العلم ينتفع به في آخرته ودنياه أعطه الله خير إله من عمر الدّنيا سبعة آلا في سنّة صيام نهار ها وقيام ليا ليها مقبولا غير مردود

Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa belajar satu bab ilmu yang bermanfaat bagi akhirat dan dunianya, maka diberikan kepadanya oleh Allah kebaikan dari usia dunia tujuh ribu tahun yaitu pahala puasa dan qiyamu lail selama tujuh ribu tahun yang diterima tanpa ditolak."


Keutamaan Menuntut Ilmu

Di dalam Islam menuntut ilmu (tholabul ilmi) itu wajib hukumnya baik bagi muslim laki-laki maupun perempuan, karena dengan ilmu kita tahu tentang hukum dan tata cara ibadah yang baik dan benar menurut syari'ah.

Disamping wajib juga banyak keutamaan-keutamaan dan manfaat yang didapat dari mencari ilmu salah satunya seperti yang disebutkan di dalam hadits yang ke empat di atas yaitu pahala yang setara dengan puasa dan qiyamu lail selama tujuh ribu tahun yang pasti diterima oleh Allah meski hanya belajar satu bab ilmu saja.

Kemudian mu'alif juga menambahkan hadits yang masih hadits dari Abdullah bin Mas'ud yang menyebutkan, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Membaca Al Qur’an adalah amal orang-orang yang berkecukupan, shalat adalah amal orang-orang yang lemah, puasa adalah amal orang-orang faqir, tasbih adalah amal kaum wanita, shadaqah adalah amal orang-orang yang dermawan dan tafakkur adalah amal orang-orang dhu'afa."

"Maukah kalian aku tunjukkan amal para pahlawan?"

Beliau ditanya; "Wahai Rasulallah! Apakah amal para pahlawan?"

Beliau menjawab; "Menuntut ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah cahaya orang mukmin di dunia dan di akhirat".

Dari hadits di atas Rosulullah meletakan para penuntut ilmu di atas ahli tilawah, ahli sholat, ahli puasa, ahli dzikir dan ahli tafakur karena ilmu adalah syarat diterimanya ibadah karena semua amal ibadah jika tanpa ilmu akan ditolak.

Seperti bertilawah, jangankan hukum tajwid dan makhorijul hurufnya, huruf hijaiyah saja kita tidak akan pernah tahu jika tanpa menuntut ilmu, maka melalui guru-guru kitalah kita bisa membaca kalam Allah.

Maka jangan pernah memandang sebelah mata terhadap guru-guru kita yang sudah mengajarkan kita cara baca Al Qur-an karena melalui merekalah kita bisa faham agama meski tidak sepenuhnya karena melalui merekalah gerbang ilmu agama terbuka.

Kitab al mawaidzh al usfuriyah
Dnews.id


Para Pahlawan Islam

Seperti yang disebutkan di dalam hadits di atas, Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam mensetarakan orang yang menuntut ilmu dengan seorang pahlawan dan dalam islam orang yang meninggal ketika menuntut ilmu adalah termasuk syahid.

Maka tak salah jika di kita ada istilah guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, karena balasan bagi mereka yang mengajarkan kemudian mengamalkan ilmunya adalah surga tempat yang pantas bagi mereka.

Jadi, mereka para pengajar maupun yang belajar atau disebut santri adalah para pahlawan Islam yang menyebarkan cahaya yang berkesinambungan yang bermula dari Rosulullah yang didapat dari wahyu Allah melalui Jibril 'alaihis salam, kemudian kepada para sahabat kemudian bersambung kepada para ulama tabi'in terus sampai pada akhir jaman ini.

Maka sudah pantaslah di negara kita para santri mendapat tempat dengan dicanangkannya hari santri nasional yang diperingati setiap tanggal 22 oktober karena memang di Indonesia para santri dan para kiyai menjadi penyulut rasa nasionalisme kaum muda maupun tua dan seluruh lapisan masyarakat dalam perjuangannya melawan para penjajah pada masa perang kemerdekaan.

Melalui ijma' ulama nusantara yang dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy'ari maka keluarlah resolusi jihad pada waktu itu, yang kemudian keluarlah seruan bahwa cinta tanah air bagian dari iman, sehingga gema takbir selalu dikumandangkan oleh para pejuang di dalam melawan para penjajah.

Sepintas bagi orang yang jahil fatwa dari syekh Hasyim Asy'ari ini mengada-ada akan tetapi di dalam tashowuf memelihara cipta'an Allah adalah bagian dari ibadah yang disebut ibadah ghoir mahdhoh, sehingga seruan cinta tanah air bagian dari iman bukanlah fatwa yang mengada-ada.

Beruntunglah negri ini memiliki para pewaris Nabi yang menghantarkan bangsa ini ke gerbang kemerdekaan sehingga ditulis di dalam teks pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Atas berkah rahmat Allah yang Maha Kuasa." Yang menurut kami merupakan bagian dari tauhid karena segala sesuatunya memang atas kehendak Allah.


Kisah Sayidina 'Ali yang Ditanya Oleh Kaum Khowarij

Kemudian juga disebutkan oleh mu'alif di dalam kitabnya bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

"Aku adalah kotanya ilmu dan 'Ali adalah gerbangnya".

Hadits ini sangat masyhur terlebih karena ulama telah mengkitabkan wasiat Rosulullah kepada sayidina Ali. Rosulullah sendiri menyebutkan bahwa jika saja ada Nabi setelah Rosulullah, maka sayidina Ali adalah Nabi yang selanjutnya.

Karena menurut Rosulullah, antara beliau dengan sayidina 'Ali sama halnya antara nabi Harun 'alaihis salam dengan nabi Musa 'alaihis salam yang mana kedua-duanya merupakan saudara sepupu jika saja ada Nabi lain setelah Rosulullah Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam, disebutkan dalam muqodimah kitab wasitatul musthofa.

Jadi melalui sayidina Ali lah sanad ilmu dari Rosulullah dimulai kemudian dilanjutkan oleh ulama tabi'in ke ulama tabi'it tabi'in terus sampai kepada ulama muta-akhirin hingga sampai kepada guru-guru kita lalu sampai kepada kita.

Sahabat Abdullah bin Umar pun berguru kepada sayidina 'Ali namun pada masa Rosulullah dan masa sahabat yang namanya guru atau murid tidak disebut-sebut, menandakan bahwa mereka tawadhu di dalam berilmu, tidak mau disebut guru atau menyebut muridnya itu sebagai murid tetapi mereka lebih senang memanggil sahabat.

Maka ketika orang-orang khowarij mendengar hadits Rosulullah diatas merasa iri dan dengki kepada sayidina Ali yang dianggap menyimpang dari ajaran Rosulullah padahal yang sesungguhnya menyimpang adalah kaum khowarij yang merasa dirinya paling benar.

Maka keluarlah pertanyaan kepada sayidina 'ali yang dilontarkan oleh kaum khowarij untuk menguji keilmuan sayidina 'Ali karomallahu wajhah, mereka mengirim 10 orang untuk bertanya dengan pertanyaan yang sama namun dengan datang secara bergantian kepada sayidina 'Ali:

"Lebih utama mana antara ilmu dengan harta?"

Kemudian dijawab oleh sayidina 'Ali orang yang pertama datang tersebut: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Merasa tidak puas kemudian sayidina 'Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu warisannya Rosulullah, sedangkan harta warisannya Qorun."

Setelah orang yang pertama ini pergi kemudian datang orang yang ke dua dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu akan menjagamu, sedangkan harta justru kamu yang menjaganya."

Setelah orang yang ke dua tadi pergi kemudian datang orang yang ke tiga dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Orang yang suka mengumpul-ngumpulkan harta itu musuhnya banyak, sedangkan orang yang banyak ilmunya justru banyak temannya."

Setelah orang yang ke tiga tadi pergi kemudian datang orang yang ke empat dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Jika kamu mantashorufkan hartamu (disalurkan) maka hartamu akan berkurang, sedangkan ilmu jika disalurkan akan bertambah."

Setelah orang yang ke empat tadi pergi kemudian datang orang yang ke lima dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Orang yang suka mengumpul-ngumpulkan harta itu akan dicap sebagai orang pelit dan tercela, sedangkan orang yang banyak ilmunya justru akan dipanggil dengan panggilan yang agung dan dihormati."

Setelah orang yang ke lima tadi pergi kemudian datang orang yang ke enam dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Harta itu dijaga agar tidak dicuri, sedangkan tidak ada orang yang menjaga ilmunya dari pencuri."

Setelah orang yang ke enam tadi pergi kemudian datang orang yang ke tujuh dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Orang yang memiki banyak harta itu akan dihisab setelah hari kiamat, sedangkan orang yang memiki ilmu itu akan mendapat syafa'at."

Setelah orang yang ke tujuh tadi pergi kemudian datang orang yang ke delapan dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Harta itu akan menurun nilainya dengan berjalannya waktu, sedangkan ilmu itu tidak akan lekang ditelan zaman, tidak membusuk dan tidak akan lapuk."

Setelah orang yang ke delapan tadi pergi kemudian datang orang yang ke sembilan dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Harta itu akan mengeraskan hati, sedangkan ilmu akan menerangi hati."

Setelah orang yang ke sembilan tadi pergi kemudian datang orang yang ke sepuluh dengan pertanyaan yang sama: "Lebih utama yang mana antara ilmu dan harta."

Kemudian sayidina 'Ali menjawab: "Ilmu itu lebih utama daripada harta."

Kemudian sayidina Ali kembali ditanya: "Apa alasannya?"

Sayidina 'Ali menjawab: "Orang yang suka mengumpulkan harta akan menganggap dirinya pada derajat ketuhanan, sedangkan orang suka menuntut ilmu akan memiliki sifat menghamba kepada tuhannya."

Kemudian dengan tegas sayidina 'Ali berkata: "Sekiranya kalian semua datang kepadaku dengan pertanyaan yang berbeda, tentu akan ku jawab selama aku masih hidup."

Orang-orang khowarij pada akhirnya menyerah, namun seperti yang kita tahu di dalam hati mereka tetap menyangkal akan keilmuan sayidina 'Ali dan menganggap beliau sesat hingga akhir hayatnya sayidina 'Ali wafat diujug pedang karena kesombongan orang-orang khowarij yang menganggap dirinya paling benar.

Meskipun perjalanan hidup sayidina 'Ali tragis di akhir hayatnya, namun Islam ahlu sunnah wal jama'ah tidak mengajarkan dendam, tapi bertauhid yakni memurnikan bahwa apa yang terjadi adalah atas kehendak Allah yang menjadikan sayidina 'Ali sebagai syuhada di akhir hayatnya.


Kesimpulan

Dari apa yang dipaparkan oleh mu'alif di dalam kitabnya dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu itu lebih utama daripada harta karena:

  1. Dengan ilmu kita memiliki keterkaitan (sanad ilmu) yang diwariskan oleh Rosulullah melalui sayidina 'Ali karomallahu wajhah sebagai gerbang bersambungnya sanad ilmu hingga sampai kepada guru-guru kita.
  2. Ilmu akan menyelamatkan kita dari ketersesatan dan menjaga dari hal-hal buruk karena pengetahuan yang kita miliki dan atas irodah Allah.
  3. Dengan ilmu kita menjadi orang yang disukai banyak orang karena sikap dan pribadi kita yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rosulullah melalui guru-guru kita.
  4. Ilmu akan memberi manfaat kepada kita juga kepada oranglain ketika disalurkan dan menjadi ladang pahala yang tak pernah putus, bahkan ketika kita mati.
  5. Dengan ilmu seseorang akan dihormati karena keilmuannya dan pengamalan ilmunya.
  6. Dengan ilmu kita tidak merasa direpotkan menjaganya karena ilmu itu untuk diamalkan dan disalurkan agar bermanfaat.
  7. Ilmu tak menjadi beban ketika kita di mahsyar karena ilmu tidak dihisab malah sebaliknya ilmu yang menolong kita melalui sahabat seperguruan kita atau guru kita, karena guru-guru kita yang memegang bendera estafet sanad keilmuan sehingga bukan hal yang tidak mungkin ketika kita berguru kepada seorang 'alim maka merekalah yang memberi syafa'at, setelah syafa'atul uzma diberikan oleh Rosulullah kepada seluruh umat manusia.
  8. Ilmu tak akan lekang ditelan zaman karena selama disalurkan kemudian diamalkan maka takan berkurang manfaat daripada ilmu bahkan ketika kita sudah mati akan terus betambah.
  9. Dengan ilmu kita akan faham dan bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil sehingga hati akan lembut dan mau menerima kebenaran.
  10. Dengan ilmu kita bisa mengenal Allah satu-satunya tuhan yang haq disembah dan inilah tujuan utama dari kita menuntut ilmu.

Penutup

Mengutip dari guru kami yang selalu beliau sampaikan berulang-ulang di dalam majelis ilmu dan majelis dzikir bahwa niatkan selalu untuk bertholabul ilmi karena dengan ilmu semuanya jadi jelas dan dengan ilmu semua permasalahan tuntas.

Karena beramal (melakukan perbuatan apapun) tanpa didasari ilmu membuat kita salah kaprah terlebih ibadah jika tanpa ilmu maka menyesatkan dan tidak diterima oleh Allah. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab


Sumber: Kitab Al Mawaidzh Al Ushfuriyah.

Open Comments

2 komentar untuk "Kisah Sayidina Ali yang Ditanya Oleh Kaum Khowarij"

  1. Sangat bermanfaat, menuntut ilmu juga hukumnya wajib bagi muslim dan muslimah

    BalasHapus
  2. Betul! Terimakasih atas kunjungannya

    BalasHapus