Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kisah Masuk Islamnya Sayidina Abu Bakar dan Berkah Hari Jum'at

Kisah Masuk Islamnya Sayidina Abu Bakar dan Berkah Hari Jum'at

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Hadits ke Enam

Hadits ke enam dari empat puluh hadits yang yang disebutkan oleh syekh Muhammad bin Abi Bakar rohimahullahu ta'ala di dalam kitab Al Mawaidhz Al Ushfuriyah yaitu hadis dari Abi Nashir Al Washithi berkata:

سمعت أبا رجاء العطاردي يحدث عن ابي بكر الصديق رضي الله عنه أن اعر ابيا أتي إلى النبي صلى الله تعالى عليه وسلم فقال بلغني عنك أنك تقول من الجمعة إلى الجمعة ومن الصلاة إلى الصلاة كفارة لما ينهن لمن اجتنب السكبائر

Aku mendengar Abu Roja Al 'Athoridi meriwayatkan hadits dari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu bahwasanya seorang A'robiy (orang Arab pedalaman) datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: Telah sampai kepadaku bahwasanya engkau bersabda: Dari jum'at ke jum'at dan dari sholat ke sholat adalah sebagai pelebur dosa yang berada di antara keduanya bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم نعم ثم زاد فقال الغسل يوم الجمعة كفارة والمشي إلى الجمعة كفارة وكل قدم منها كعمل عشرين سنة فاذا فرغ من الجمعة أجيز بعمل مائتي سنة روى هذ الحدث ابو بكر الصديق رضي الله عنه

Rasulllah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab; "Betul". Kemudian Beliau menambahkan sabdanya; "Mandi pada hari jum'at adalah sebagai kafarat (pelebur dosa), berjalan menuju sholat jum'at adalah sebagai kafarat dan tiap-tiap langkahnya seperti ber'amal dua puluh tahun, lalu setelah selesai dari sholat jum'at ia akan dibalas dengan pahala ber'amal dua ratus tahun". Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq radliyallahu 'anhu.


Amalan Pelebur Dosa di Hari Jum'at

Seperti yang disebutkan hadits di atas bahwa ada seorang pedalaman Arab yang memastikan keshohihan hadits yang ia terima dengan bertanya langsung kepada Rosulullah benarkah bahwa selama satu pekan dimulai dari hari jum'at hingga sampai ke hari jum'at lagi ada amalan yang dapat melebur dosa kemudian Rosulullah memastikan bahwa hadits tersebut betul.

Kemudian Rosulullah memperjelas, bahwa amalan pelebur dosa di hari jum'at yaitu mandi di hari jum'at, jadi fadilah dari mandi jum'at yang hukumnya sunah itu dapat melebur dosa, maka harus diperhatikan betul tata cara mandi kita sebagaimana telah dijelaskan dalam ilmu fiqih sehingga mandi kita bernilai pahala karena sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi.

Kemudian selain mandi jum'at amalan yang dapat melebur dosa adalah ketika seseorang melangkahkan kakinya berangkat menuju ke masjid untuk sholat jum'at dan setiap langkahnya bernilai pahala seperti orang yang beramal dua puluh tahun.

Tinggal kita hitung jarak dari rumah ke mesjid kira-kira berapa kali kita melangkahkan kaki kemudian dikalikan dua puluh?

Tentu sangat banyak keuntungan yang kita dapat dimulai dari mandi kemudian melangkahkan kaki menuju masjid belum lagi keuntungan yang kita dapat ketika kita selesai sholat sampai ketemu lagi dengan hari jum'at yang berikutnya, maka Allah akan memberikan pahala yang setara dengan ibadah selama dua ratus tahun, dengan catatan hari-hari kita tidak diisi dengan perbuatan dosa.

Dari hadits ini menunjukan adanya bukti cinta Allah kepada mukmin dengan diberikannya pahala yang melimpah. Tinggal kitanya mau atau tidak meraih cinta-Nya yang begitu besar terhadap umat Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam.

Beruntungnya kita yang terlahir dari keluarga muslim hidup dalam keadaan beriman juga beruntungnya orang-orang kafir yang Allah beri hidayah kemudian masuk agama Islam dan hidup dalam keadaan beriman, karena rugi bagi orang yang tidak masuk Islam apalagi keluar dari Islam.


Kisah Masuk Islamnya Abu Bakar Ash Sidiq

Berikut ini sebuah hikayat yang menceritakan tentang sayidina Abu Bakar Ash Sidiq ketika masih jahiliyah yang mana beliau ini adalah seorang saudagar dan di dalam hikayat yang diceritakan oleh mu'alif di dalam kitabnya, diceritakan bahwa beliau sedang melakukan perdagangan ke negri Syam.

Kisah ini menjadi alasan kenapa sayidina Abu Bakar rodhiyallahu 'anhu ketika Rosulullah dianggkat menjadi seorang Rosul oleh Allah, beliau tak meragukan risalah yang disampaikan oleh Rosulullah dan beliau bergelar As Sidiq yakni orang yang membenarkan risalah yang disampaikan oleh Rosulullah kemudian langsung mengamalkannya tanpa sedikitpun ada keraguan di hatinya.

Jadi ketika sayidina Abu Bakar berdagang di negri Syam, beliau bermimpi melihat matahari dan bulan turun dan jatuh dipangkuannya kemudian oleh beliau keduanya dipeluk dengan sangat erat.

Kemudian Beliau mengambil rida yakni kain yang biasa diselendangkan pada lehernya orang-orang arab, maka dimasukannya rembulan dan matahari itu oleh beliau ke dalam selendangnya kemudian dibawa sehingga terbangunlah beliau dari mimpinya.

Merasa kaget dengan mimpinya itu beliau menjadi penasaran dan bertanya-tanya, apa yang akan terjadi pada dirinya sehingga beliau bermimpi yang tidak biasa. Karena orang-orang quraisy pada jaman jahiliyah sangat percaya kepada mimpi dan ramalan.

Maka keesokan harinya sayidina Abu Bakar rodhiyallahu 'anhu mendatangi seorang rahib dan menceritakan mimpinya itu kemudian bertanya tentang dibalik tabir mimpinya itu.

Setelah sayidina Abu Bakar bercerita, kemudian rahib tersebut bertanya: "Dari mana engkau berasal wahai tuan?"

Sayidina Abu Bakar menjawab: "Aku dari Mekah."

Kemudian rahib tersebut melanjutkan pertanyaannya: "Dari kabilah mana?"

Sayidina Abu Bakar menjawab: "Dari kabilah Taim."

Kemudian rahib tersebut melanjutkan pertanyaannya: "Apa pekerjaanmu?"

Sayidina Abu Bakar menjawab: "Aku seorang pedagang."

Dari jawaban-jawaban sayidina Abu Bakar ternyata sama dengan apa yang diprediksikan oleh orang-orang Nasrani, bahwa ternyata seorang Nabi terakhir memang telah lahir.

Kemudian rahib tersebut berkata: "Akan muncul di zamanmu seorang laki-laki keturunan Hasyim yang bernama Muhammad Al Amin (yang terpercaya)"

"Beliau dari kabilah Hasyim dan beliau adalah Nabi akhir zaman, sekiranya beliau tidak ada, niscaya Allah tidak akan menciptakan langit dan bumi beserta isinya dan tidak akan menciptakan para Nabi dan Rasul."

Yang paling mencengangkan bagi sayidina Abu Bakar adalah ketika rahib tersebut berkata: "Beliau adalah junjungan para Nabi dan Rosul, dan menjadi penutup para Nabi. Kelak engkau akan masuk ke dalam Agamanya yaitu Islam dan akan menjadi patih dan khalifah setelahnya."

Abu Bakar tahu betul siapa Muhammad, sehingga beliau seakan tidak percaya ketika rahib berkata bahwa Muhammad adalah Rosulullah.

Kemudian rahib tersebut melanjutkan perkataannya: "Aku telah menemukan sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam kitab Taurat, Injil dan Zabur. Sesungguhnya aku telah masuk ke dalam Agamanya namun aku menyembunyikan ke Islamanku karena hawatir terhadap orang-orang Nashrani."

Singkat cerita sayidina Abu Bakar pulang dari berdagangnya kembali ke Mekah kemudian seperti biasanya beliau bertemu dengan Rosulullah karena Rosulullah adalah tetangga beliau, jadi beliau tahu betul seperti apa akhlaq Rosulullah sebelum diangkat menjadi Rosul.

Ketika Abu Bakar pulang dari Syam, maka tersiar kabar yang menggemparkan orang-orang Quraisy karena pengakuan Rosulullah yang menyatakan dirinya adalah utusan Allah.

Setelah Abu Bakar mendengar kabar tersebut beliau seakan tidak percaya bahwa orang yang setiap harinya beliau temui itu adalah seorang Rosul, maka timbul kegelisahan di hati Abu Bakar antara rasa cinta dan rindu untuk bisa bertatap muka dengan Rosulullah.

Namun di sisi lain ada perasaan kuatir akan sikap dan perlakuan kaum Quraisy terhadapnya bila beliau langsung membenarkan bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib adalah benar-benar seorang Rosul, dan ini yang menyebabkan beliau banyak diam tanpa menyapa Rosulullah seperti biasanya.

Maka untuk meyakinkan hati beliau, Allah menghendaki Rosulullah dalam satu kesempatan untuk mengajak beliau masuk Islam dalam sebuah obrolan. Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Abu Bakar... Setiap hari engkau datang kepadaku dan duduk bersamaku, mengapa engkau tidak masuk Islam saja?"

Sayyidina Abu Bakar radliyallahu 'anhu menjawab: "Jika benar engkau adalah seorang Nabi, pasti engkau memiliki mukjizat?"

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Apakah tidak cukup bagimu suatu mukjizat yang engkau lihat ketika berada di negri Syam yang telah di ta’birkan oleh seorang rahib dan rahib itu mengabarkan kepadamu tentang ke Islamannya?"

Mendengar perkataan Rosulullah tadi membuat Abu Bakar kaget dan takjub, maka beliau langsung berkata; "Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa annaka Rasulullah."

Akhirnya sayyidana Abu Bakar Ash Shiddiq radliyallahu 'anhu masuk Islam dan menjadi tetangga Rosulullah yang pertama memeluk Islam yang selalu membenarkan perkataan Nabi ketika orang-orang Quraisy menyangkal akan keRosulan Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam.

Keimanan sayidina Abu Bakar tak tergoyahkan, bahkan ketika Rosulullah mengaku bahwa Beliau telah melaksanakan isro' dan mi'roj hanya dalam waktu semalam, sayidina Abu Bakar tak terhasut oleh omongan orang-orang Quraisy yang menyebutkan Rosulullah itu orang gila.

Dengan tegas sayidina Abu Bakar berkata: "Jika seandainya ada batu hitam di hadapanku kemudian Rosulullah menyebutnya putih, maka aku akan membenarkan bahwa batu itu putih."


Kisah Masuk Islamnya Pasangan Suami Isteri dan Berkah Hari Jum'at

Dikisahkan pada zamannya Malik bin Dinar ada dua orang bersaudara yang keduanya menyembah api yakni agama Majusi.

Suatu ketika sang adik yang berusia 35 tahun itu berkata kepada kakaknya yang berusia 73 tahun: "wahai kakak kemarilah, kita adakan uji coba, apakah api yang kita sembah selama ini akan memuliakan kita ataukah akan membakar kita seperti halnya api lain yang tidak di sembahnya?"

"Apabila api yang kita sembah ini memuliakan kita, maka kita akan terus menyambahnya, namun apabila tidak, maka kita tidak akan menyembahnya lagi?"

Sang kakak menjawab: "Baiklah." Lantas keduanya menyalakan api sesembahannya.

Kemudian sang adik berkata; "Apakah engkau yang akan memasukkan tanganmu itu, atau aku saja?"

Sang kakak menjawab: "Biarlah engkau saja yang memasukkan tanganmu itu." Lantas sang adik memasukkan tangannya." Seketika api membakar jari-jemarinya hingga dia menjerit: "Aw!"

Kemudian dia segera menarik tangannya. Dan berkata; "Wahai api! Tiga puluh lima tahun lamanya aku menyembahmu, namun engkau masih saja menyakitiku."

Sang adik melanjutkan ucapannya: "Wahai saudaraku! Mari kita tinggalkan api ini hingga kita menyembah Tuhan yang Esa yang sekiranya kita berdosa dan mengabaikan perintahnya selama 500 tahun misalnya, Tuhan yang Esa itu tetap memberikan ampunan dan mema'afkan kita dengan ber'amal sesa'at dan sekali istighfar."

Lantas sang kakak menyetujui usulan adiknya dan berkata; "Mari kita pergi mencari orang yang dapat menunjukkan kita ke jalan yang benar dan mengajari kita tentang agama Islam."

Kemudian mereka berdua sepakat menemui Malik bin Dinar untuk mengajari mereka tentang agama Islam.

Pada zamannya, Malik bin Dinar adalah seorang ulama besar dan beliau termasuk Wali Allah. Kemudian mereka berangkat mendatangi Malik bin dinar yang sa’at itu dia berada di pasar kota Kufah sedang duduk menghadap perkumpulan orang banyak memberi mau'idzhoh kepada mereka.

Ketika mereka berdua menatap ke arah Malik bin Dinar, sang kakak yang merupakan tokoh agama majusi ini malah berbalik fikir kemudian ia berkata kepada adiknya: "Wahai saudaraku! telah bulat tekadku bahwa aku tidak akan masuk Islam, karena selama hidupku telah aku habiskan untuk menyembah api, dan apabila aku masuk Islam, memeluk agama Muhammad, keluargaku dan tetanggaku pasti menghinaku, maka bagiku api neraka lebih aku sukai daripada penghinaan mereka."

Sang adik berkata: "Jangan engkau lakukan itu wahai saudaraku, karena penghinaan mereka tidak lama pasti hilang, sedangkan api neraka adalah selama-lamnya dan tidak pernah hilang, namun kakaknya tidak menghiraukannya.

Kemudian sang adik berkata; "Wahai orang yang rugi dunia akhirat! Pergilah engkau dengan kehendak engkau, namun engkau akan menjadi orang yang celaka bin celaka." Akhirnya sang kakak pergi meninggalkan adiknya dan tidak jadi masuk Islam.

Kemudian sang adik beserta isteri dan anaknya yang masih kecil pergi bergabung dengan perkumpulan orang-orang yang bersama Malik bin Dinar tadi hingga beliau selesai menyampaikan mau’idzhohnya, lantas pemuda ini berdiri menemui Malik bin Dinar, menceritakan kisahnya dan memohon agar Malik bin Dinar mau mengajarkan agama Islam kepadanya dan kepada keluarganya.

Kemudian Malik bin Dinar mengajarkan Islam kepada mereka, lalu mereka masuk Islam semuanya, maka orang-orang dalam perkumpulan itu seluruhnya mengangis karena bahagia.

Setelah mereka lama mendalami agama, kemudian tibalah pemuda tersebut beserta isteri dan anaknya berpamitan untuk pergi, namun Malik bin Dinar berkata; "Duduklah sebentat tunggu hingga saudara-saudara kita mengumpulkan dan memberikan bekal untuk kalian berupa harta duniawi."

Pemuda itu menjawab; "Demi Allah, aku tidak aka menjual agamaku hanya karena dunia." Lalu ia pun berpamitan pergi bersama istri dan anaknya.

Singkat cerita mereka memasuki suatu daerah yang tidak berpenghuni dan menemukan rumah seperti gubug yang telah di bangun, maka dia tinggal di sana bersama keluarganya.

Hari berganti dan tibalah waktu pagi, isterinya berkata kepadanya: "Pergilah ke pasar wahai suamiku, carilah pekerjaan dan belikanlah upah pekerjaanmu sesuatu yang dapat di makan."

Pemuda itupun pergi ke pasar, namun dari pagi hingga menjelang tengah hari tidak ada seorangpun yang mau mempekerjakannya. Dia berkata dalam hatinya: "Jika memang orang-orang pasar tidak mau mempekerjakanku, maka aku akan bekerja kepada Allah, bahkan sampai petangpun tak masalah bagiku."

Kemudian pemuda tersebut pergi mencari masjid kemudian ditemukanlah sebuah masjid yang di tinggalkan oleh jama'ahnya kemudian ia bersihkan dan mengerjakan shalat di sana karena Allah Ta’ala sampai malam.

Kemudian ia pulang kerumahnya dan disambut isterinya namun ia pulang dengan tangan kosong. Kemudian isterinya berkata: "Apakah hari ini engkau tidak mendapatkan suatu apapun?"

Untuk menenangkan hati istrinya si pemuda ini tersenyum kemudian menjawab: "Wahai isteriku... Hari ini aku bekerja kepada Raja dan Dia belum memberiku upah, semoga besok Dia memberiku upah." Lalu semalaman mereka tidur dalam keadaan kelaparan.

Ke esokan harinya si pemuda itu pergi lagi ke pasar namun seperti hari kemarin ia tidak juga mendapatkan pekerjaan, kemudian dia putuskan pergi ke masjid yang kemarin ia bersihkan dan seperti biasa dia mengerjakan shalat di sana karena Allah Ta’ala sampai malam.

Kemudian kembali pulang dengan tangan kosong dan isterinya bertanya: "Apakah hari ini engkau tidak juga mendapatkan suatu apapun?" 

Si pemuda tersebut tersenyum lalu menjawab: "Wahai isteriku... Hari ini aku bekerja kepada Raja yang kemarin juga mempekerjakan aku, besok adalah hari Jum’at, aku berharap Dia memberiku upah."

Karena tidak ada uang dan tak ada sesuatu yang dapat mereka makan, maka semalaman mereka kembali tidur dalam keadaan kelaparan.

Ke esokan harinya yaitu hari jum’at pemuda tersebut kembali pergi ke pasar seperti hari kemarin dan tidak ada satu orangpun yang mau mempekerjakan pemuda tersebut, kemudian dia pergi ke masjid seperti hari sebelumnya untuk beribadah kepada Allah.

Al mawaidzh al ushfuriyah
Pinterest

Hari ini pemuda tersebut bermunajat setelah mengerjakan shalat dua raka’at kemudian menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdo’a sambil tak kuasa menitikan air matanya:

"Wahai Tuhanku, Wahai tuanku, Wahai majikanku, Sungguh Engkau benar-benar telah memuliakanku dengan menunjukanku pada Islam, menobatkanku dengan mahkota Islam dan menunjukkanku dengan petunjuk bagaikan mahkota."

"Demi kemuliaan agama yang Engkau berikan kepadaku, demi kemuliaan hari yang penuh dengan kebaikan, yang memiliki derajat yang agung di sisi Engkau yaitu hari Jum’at. Aku memohon kepada Engkau agar engkau menghilangkan dari hatiku kesulitan menafkahi keluargaku dan memberiku rizqi yang tidak aku duga sebelumnya, karena demi Allah, aku malu terhadap isteri dan anakku dan aku kuatir mereka akan berpaling dari Islam karena keadaan, sebab mereka masih baru dalam Islam."

Kemudian dia berdiri dan menyibukkan diri dengan mengerjakan shalat dua raka’at hingga tengah hari, kemudian dia keluar untuk melaksanakan shalat jum’at.

Sementara itu anak dan isterinya di rumah sedang bergumul dengan rasa lapar, kemudian datanglah seorang laki-laki dan mengetuk pintu rumah yang mereka tempati, kemudian isterinya membukakan pintu dan ternyata laki-laki itu adalah seorang pemuda yang tanpan rupawan membawa nampan yang di tutup dengan kain yang dihiasi dengan sulaman emas.

Orang yang membawa nampan tadi berkata kepada isteri sipemuda tersebut: "Terimalah ini dan katakan pada suamimu, ini adalah upah kerjamu selama dua hari, tingkatkanlah pekerjaanmu maka kami akan menambahkan upah untukmu khususnya pada hari ini yaitu hari Jum’at, karena pekerjaan yang sedikit di hari ini bagi sang Raja Maha Perkasa terhitung banyak."

Kemudian isteri si pemuda tersebut menerimanya dan ternyata nampan yang ditutupi kain itu berisi seribu Dinar, tak hanya itu nampannya pun terbuat dari emas. 

Kemudian ia mengambilnya satu Dinar dan pergi ke tempat penukaran uang, dan pemilik tempat itu adalah orang Nashrani, lalu dinar tersebut di timbangnya, ternyata beratnya lebih satu mitsqol sampai dua mitsqol.

Ternyata orang Nashrani itu memperhatikan ukiran dinar tersebut, dan ia mengerti bahwa ukiran pada uang dinar itu adalah sebagai simbol hadiah dari akhirat kemudian ia bertanya kepada isteri pemuda itu: "Dari mana engkau mendapatkan Dinar ini?"

Isteri si pemuda itu kemudian menceritakannya, kemudian orang Nashrani itu terkesima setelah mendengar cerita dari wanita tersebut kemudian berkata: "Tunjukkanlah kepadaku tentang Islam."

Setelah di tunjukkan, kemudian Nashrani itu masuk Islam dan memberi isteri pemuda itu uang seribu dirham lalu berkata: "Belanjakanlah dirham ini, apabila habis beritahu aku."

Kita tinggalkan cerita isterinya tadi kemudian kembali pada cerita suaminya yakni si pemuda yang bekerja untuk Allah.

Setelah si pemuda itu selesai mengerjakan sholat, kemudian dia pulang ke rumahnya dengan tangan kosong dan terus berfikir di sepanjang perjalanannya menuju rumahnya, bagaimana cara dia agar bisa membuat isterinya tersenyum pas ia sampai di rumah.

Kemudian muncul ide, ditengah perjalanan dia membeberkan kain bajunya dan memenuhi dengan debu dan dalam hatinya dia berkata: "Jika nanti isteriku bertanya apa yang ku bawa ini, maka Aku akan menjawab aku membawa tepung."

Ketika dia telah sampai di rumahnya yang terlihat seperti gubuk itu, ternyata isterinya telah menyiapkan hamparan permadani untuknya dan dia mencium aroma makanan, maka dia menyembunyikan kain yang berisi debu yang ia bawa itu di balik pintu agar tidak diketahui oleh isterinya.

Kemudian dia bertanya kepada isterinya tentang hal yang telah terjadi di rumahnya ini kemudian isterinya menceritakannya dan menyampaikan pesan dari laki-laki yang membawa dinar tadi siang untuk suaminya ini.

Setelah mendengar penjelasan dari isterinya, kemudian si pemuda ini bersujud karena bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla. 

Dan ternyata ketika suaminya ini pulang, sang isteri melihat bahwa suaminya tadi menyembunyikan sesuatu di balik pintu kemudia isterinya bertanya: "Apa yang engkau bawa tadi dan kau sembunyikan di balik pintu wahai suamiku?"

Dengan perasaan malu suaminya menjawab: "Tak usah kau tanyakan hal itu, kau lihat saja sana nanti kau akan tahu." Kemudian isterinya mengambil dan membukanya.

Ternyata debu yang dibawa oleh suaminya tadi yang dibungkus kain itu berubah menjadi tepung dengan idzin Allah Ta’ala pas dibuka oleh isterinya. Kemudian dia kembali bersujud sambil berlinang airmata karena rasa syukur kepada Allah.

Hingga wafatnya si pemuda ini mengabdikan diri sepenuhnya hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Syaikh Al Faqih rahmatullahi 'alaihi berkata: Tengadahkanlah tangan-tangan kalian ke langit dan katakanlah:

بِحُرْمَةِ الْجُمْعَةِ اِغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاكْشِفْ عَنَّا كُرْبَتَنَا

"Demi kemuliaan hari Jum’at ampunilah kami dan hilangkanlan kesusahan kami."

Sesungguhnya pemuda itu ketika berdo'a kepada Allah Ta'ala, dia berperantara (bertawashul) dengan kemuliaan hari jum'at hingga Allah Ta'ala mengabulkan hajatnya dan memberinya rizqi dari arah yang tiada di duga-duga.

Demikian pula dengan kita apabila kita berdo'a di hari Jum'at. Semoga Allah Ta'ala mengabulkan hajat-hajat kita. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Tuhan Yang Maha Pemurah.


Kesimpulan

Dari apa yang diceritakan dari dua hikayat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ni'mat yang paling besar adalah ni'mat iman dan ni'mat Islam yang Allah berikan kepada kita yang harus kita syukuri.

Karena dengan kita memeluk agama Islam banyak keuntungan yang bisa kita dapat baik dari ibadah yang sifatnya langsung seperti sholat (mahdhoh) maupun ibadah yang tidak langsung (ghoir mahdhoh) yang banyak sekali Allah berikan ladang pahala jika kita mengikuti apa yang disampaikan, dicontohkan dan disukai oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Kemudian yang namanya hidayah itu harus kita sambut bukan kita tunggu seperti yang dicontohkan oleh sayidina Abu Bakar rodhiyallahu 'anhu yang mendapat hidayah dari Allah melalui mimpinya kemudian melalui taufik yang Allah berikan maka terbukalah jalan melalui sebuah dialog antara Rosulullah dan sayidina Abu Bakar yang menjadi jalan masuk Islamnya sayidina Abu Bakar.

Jadi, jangan menyia-nyiakan ketika hidayah itu datang melalui proses perjalanan spiritual karena seperti halnya Abu Bakar dan Rosulullah ketika mendapatkan hidayah dari Allah yang sama-sama bermula dari mimpi yang baik dari Allah, tidak mereka sia-siakan.

Ketika Rosulullah melakukan kholwat dan uzlah di goa Hiro' merupakan tindak lanjut dari apa yang beliau alami yakni mencari jawaban atas mimpi-mimpinya dalam rangka memantapkan keimanan terhadap Dzat yang Maha Pencipta dengan jalan proses tafakur.

Begitupun yang dilakukan Abu Bakar Ash Shidiq ketika menanyakan tentang mukjizat Rosulullah merupakan usaha beliau untuk memantapkan keyakinan bahwa Muhammad adalah benar-benar utusan Allah. Menandakan bahwa makhluq di dalam meraih sesuatu apapun membutuhkan proses karena hanya Allah lah yang qidam, yang keberadaannya tidak butuh kepada proses dan tidak butuh kepada apapun (qiyamuhu binafsih).

Juga dicontohkan didalam hikayat yang kedua yaitu kisah masuk Islamnya orang Majusi yang dikarenakan hidayah dari Allah dan tak menyia-nyiakan ketika Allah memberikan dia taufik, karena orang yang merugi adalah orang yang menyianyiakan hidayah dan taufik dari Allah seperti yang dicontohkan oleh seorang kakak yang tidak jadi masuk Islam karena gengsi terhadap pandangan manusia.

Kemudian di dalam proses meraih ni'matnya ibadah kepada Allah tentu tidak lepas daripada ujian, sehingga Allah berikan ujian kepada suami isteri yang baru masuk Islam itu dengan kesulitan ekonomi, namun mereka tak meninggalkan Allah gara-gara kemiskinan.

Dan balasan bagi orang yang mau bersabar dan bertawakal kepada Allah adalah ni'mat iman dan keni'matan dunia, karena barang siapa yang hanya mengejar-ngejar dunia maka yang ia dapatkan adalah dunia saja sedangkan di akhirat mendapat azab yang pedih, sedangkan ketika seseorang mengharapkan ridhonya Allah maka bukan hanya akhirat yang ia dapatkan tapi juga keni'matan dunia yang datang dari arah yang tidak diduga-duga.

Yang terakhir bagi kita yang memang masih jauh dan masih terhalang dari diijabahnya do'a karena dosa-dosa, maka agama memerintahkan kita bertawashul, seperti halnya nabi Adam 'alaihis salam yang dikabulkan do'a-do'anya setelah 200 tahun dan setelah bertawashul menyebut nama Rosulullah Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya.

Maka tidak disalahkan ketika seseorang bertawashul terhadap kemuliaan hari jum'at di dalam berdo'a agar dikabulkannya do'a-do'a, karena Allah lah yang memuliakan hari jum'at.

Penutup

Semoga dua hikayat di atas bisa memotivasi dan menambah keimanan kami khususnya, umumnya untuk para pembaca artikel ini dengan semakin meningkatnya ibadah kita kepada Allah.

Mohon ma'af jika ada kesalahan dan kekukarangan dalam penyampaian maupun tulisan, semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishowab


Sumber: Kitab Al Mawaidzh Al Ushfuriyah.

Open Comments

Posting Komentar untuk "Kisah Masuk Islamnya Sayidina Abu Bakar dan Berkah Hari Jum'at"