Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Tafsir Jalalain Al Fatihah Ayat 1-7 Allah Satu-satunya Tuhan yang Wajib Disembah dan Tempat Memohon Pertolongan

Tafsir Jalalain Al Fatihah Ayat 1-7 Allah Satu-satunya Tuhan yang Wajib Disembah dan Tempat Memohon Pertolongan

Daftar Isi Artikel: Tampilkan
بسم الله الرّحمن الرّحيم

Muqodimah

Dengan menyebut nama Allah dalam memulainya kami menulis artikel ini, yang kami nukil dari kitab Jalalain karya imam Jalaludin Al Mahali yang mentafsir Al Qur-an dari mulai surat Al Isra sampai surat Al Fatihah dan imam Jalaludin As Suyuti yang mentafsir Al Qur-an dari mulai surat Al Baqoroh Sampai surat sebelum surat Al Isra.

Maha Sempurna Allah dengan segala rencananya dengan menciptakan dua orang besar ulama ahli tafsir yang merupakan ulama ahli kasyaf karena bila kita perhatikan kitab Jalalain ini untuk pertamakalinya ditulis oleh imam Jalaludin Al Mahali dari mulai surat Al Isro sampai surat Al Baqoroh.

Loh ko, kenapa tidak dari awal surat Al Fatihah, kenapa dimulai dari surat Al Isro?

Hanya Allah yang Maha Mengetahui, namun bila kita berhusnudzhon apa yang dilakukan oleh imam Jalaludin Al Mahali sebagai seorang guru, beliau mukasyafah seolah menghenendaki bahwa yang melanjutkan tulisan beliau kelak yaitu muridnya yakni imam Jalaludin As Suyuti.

Sehingga ketika imam Jalaludin Al Mahali wafat, maka karyanya dilanjutkan oleh sang murid yakni imam Jalaludin As Suyuti dengan tidak melebihi gurunya didalam menulis dengan gaya tulisannya yang sama dengan mendiang gurunya. Menandakan beliau adalah seorang murid yang tawadhu kepada gurunya.

Adapun kitab Jalalain yang dicetak ulang yang sering kita dengar dan dibacakan oleh guru kita di dalam majelis ilmu yaitu mengikuti mushaf Al Qur-an yang disusun oleh sahabat Utsman bin Afan rodhiyallahu 'anhu (mushaf utsmani) yang dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri surat An Nas, tidak mengikuti apa yang ditulis oleh kedua imam yang dimulai dari surat Al Isra.

Kitab Jalalain


Surat Al Fatihah Ayat 1-7

بسم الله الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ

Artinya:

  1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah Maha Penyayang.
  2. Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam.
  3. Yang Maha Pemurah Maha Penyayang.
  4. Yang menguasai hari pembalasan.
  5. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
  6. Tunjukanlah kami jalan yang lurus.
  7. Jalan orang-orang yang Engkau beri ni'mat bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.


Tafsir 1

Didalam kitabnya imam Jalaludin Al Mahali rohimahullahu ta'ala mengatakan:


(الْحَمْد لِلَّهِ)
جُمْلَةٌ خَبَرِيَّةٌ قُصِدَ بِهَا الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ بِمَضْمُونِهَا مِنْ أَنَّهُ تَعَالَى مَالِكٌ لِجَمِيعِ الْحَمْدِ مِنْ الْخَلْقِ أَوْ مُسْتَحِقّ لِأَنْ يَحْمَدُوهُ وَاَللَّه عَلَم عَلَى الْمَعْبُودِ بِحَقِّ

(Segala puji bagi Allah)

Yaitu jumlah khobariyah (kalimat berita) dimaksudkan dengannya akan pujian kepada Allah dengan yang terkandung di dalamnya (dari kata Alhamdulillah) daripada bahwasanya Allah itu memiliki dari segala pujian daripada makhluk atau Allah itu layak (dipuji) supaya mereka itu memuji Allah dan Allah itu adalah nama atas yang disembah dengan sebenar-benarnya.


Segala Puji Milik Allah

Pujian dari makhluk kepada makhluk, puji makhluk kepada Allah, puji Allah kepada makhluk dan puji Allah kepada diri-Nya (dzat-Nya) adalah semuanya hanya milik Allah.

Maka ketika seseorang memuji makhluk karena keelokannya, atau kebaikannya dan sebagainya, seyogyanya mentauhidkan bahwa apa yang dia lihat dan dia puji adalah ciptaan Allah, sehingga ketika seseorang memuji sesuatu maka yang diucapkannya adalah asma Allah "Subhanallah" Maha Suci Allah, karena Allah yang Maha Suci yang memiliki bagi semua pujian dan yang pantas dipuji daripada makhluk, ini yang dimaksud puji makhluk kepada makhluk dan puji makhluk kepada Allah.

Kemudian meski segala pujian adalah milik Allah, namun Allah itu tidak pelit dalam memuji hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa karena Allah Maha Pemurah Maha Penyayang, seperti pujian Allah terhadap utusan-Nya yakni Rosulullah juga kepada para kekasihnya dan orang-orang yang solih.

Dan Allah juga dengan tegas Memuji dzat-Nya yang Maha Suci melalui firman-Nya kepada Rosulullah sebagai peringatan kepada hamba-hambanya bahwa segalanya hanya milik Allah dan segala puji hanya pantas bagi-Nya.


Nama Allah Bukan Pemberian Makhluk

Dan bahwa Allah Ta'ala itu adalah nama tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya. Maka jelas bagi kita bahwa Allah adalah nama yang diberikan oleh Allah untuk menamai Dzatnya, yang disampaikan melalui malaikat Jibril kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.

Sebagaimana telah disebutkan di dalam Al Qur-an surat Ar Ro'du ayat 16 Allah berfirman:

قُلۡ مَنۡ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ قُلِ اللّٰهُ‌ؕ قُلۡ اَفَاتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِهٖۤ اَوۡلِيَآءَ لَا يَمۡلِكُوۡنَ لِاَنۡفُسِهِمۡ نَفۡعًا وَّلَا ضَرًّا‌ؕ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الۡاَعۡمٰى وَالۡبَصِيۡرُ ۙ اَمۡ هَلۡ تَسۡتَوِى الظُّلُمٰتُ وَالنُّوۡرُ ۚ اَمۡ جَعَلُوۡا لِلّٰهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوۡا كَخَلۡقِهٖ فَتَشَابَهَ الۡخَـلۡقُ عَلَيۡهِمۡ‌ؕ قُلِ اللّٰهُ خَالِـقُ كُلِّ شَىۡءٍ وَّهُوَ الۡوَاحِدُ الۡقَهَّارُ‏

Katakanlah (Muhammad), "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Katakanlah, "Allah." Katakanlah, "Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi dirinya sendiri?" Katakanlah, "Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat? Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah, "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa."


Tafsir ke 2

(رَبِّ الْعَالَمِينَ)
أَيْ مَالِكِ جَمِيع الْخَلْقِ مِنْ الْإِنْس وَالْجِنّ وَالْمَلَائِكَة وَالدَّوَابّ وَغَيْرهمْ، وَكُلّ مِنْهَا يُطْلَق عَلَيْهِ عَالَم، يُقَال عَالَم الْإِنْس وَعَالَم الْجِنّ إلَى غَيْر ذَلِكَ، وَغَلَبَ فِي جَمْعه بِالْيَاءِ وَالنُّون أُولِي الْعِلْم عَلَى غَيْرِهِمْ وَهُوَ مِنْ الْعَلَامَة لِأَنَّهُ عَلَامَة عَلَى مُوجِده

(Tuhan semesta alam)

Yaitu Allah adalah yang memiliki semua makhluk daripada manusia dan jin dan para malaikat, hewan-hewan melata dan selain mereka, dan bermula tiap-tiap daripadanya dimutlakan atasnya (nama) alam, maka disebutlah alam manusia, alam jin hingga lain demikian. Dan ditaghribkan pada semuanya dengan huruf Ya dan Nun akan orang yang mempunyai ilmu atas selain mereka. Dan dia itu alam diambil daripada kata 'alamat (tanda) karena bahwasanya alam itu tanda atas yang mengadakannya.


Allah Adalah Pemilik Semua Makhluk

Seluruh makhluk termasuk golongan manusia dan golongan jin, malaikat, binatang yang melata dan selain daripada mereka adalah Allah yang menciptakan dan Allah lah yang menguasai semuanya itu.

Tak ada sesuatupun di alam jagad raya ini yang keluar daripada kekuasaan Allah, semuanya milik Allah, maka tak ada seseorangpun yang berhak mengakui karena hakikatnya kita hanyalah makhluk yang dianugerahkan titipan oleh Allah kemudian diatur oleh syari'at.

Ketika seseorang merasa memiliki sesuatu kemudian sesuatu yang dimiliki oleh orang tersebut diambil oleh Allah, maka seyogyanya menyerahkan segalanya hanya kepada Allah bukan dengan meratapi kehilangan.

Karena segala sesuatunya dari Allah, maka akan kembali kepada Allah, kita hanya makhluk yang hakikatnya tidak memiliki sesuatu apapun untuk dibanggakan seperti jabatan, kekuasaan, harta, istri, anak dan sebagainya hakikatnya adalah milik Allah termasuk diri kita.


Adanya Alam Adalah Tanda Adanya Allah

Adanya langit, bumi beserta isinya termasuk kita di dalamnya adalah bagian daripada alam yang diciptakan oleh Allah yang menjadi tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir.

Dan bermula tiap-tiap daripadanya dimutlakkan atasnya dengan nama alam maka disebutlah adanya alam manusia, alam jin dan alam selain daripada keduanya yang Allah berikan pengetahuan terhadap orang-orang yang berakal, maka dalam hal ini manusia adalah sebagai kholifah di bumi karena keunggulannya sebagai ahli ilmu daripada makhluk lain.

Adapun kata "alam" diambil dari kata "alamat" yang artinya tanda, jadi setiap apa yang diciptakan oleh Allah adalah tanda-tanda keberadaan Allah. Alam semesta beserta isinya termasuk kita di dalamnya ada karena ada yang mengadakan yaitu Allah.


Tafsir ke 3

(الرَّحْمَن الرَّحِيم)

أَيْ ذِي الرَّحْمَة وَهِيَ إرَادَة الخير لأهله

(Yang Maha Pemurah Maha Penyayang)

Yaitu yang mempunyai rahmat (kasih sayang) dan adapun rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.


Makna Maha Pemurah

Sifat Maha Pemurah Allah itu ditujukan kepada semua makhluk baik manusia, jin, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun makhluk lain selain yang demikian. Baik orang yang mu'min maupun yang durhaka kepada Allah, baik yang muslim maupun yang kafir semuanya mendapatkan Maha Pemurahnya Allah berupa ni'mat seperti ni'mat sehat, rizki dan lain-lain.


Makna Maha Penyayang

Sedangkan sifat Rohim "Maha Penyayang" yaitu ditujukan hanya kepada mereka yang beriman dan bertakwa berupa keni'matan-keni'matan yang tidak dirasakan oleh mereka yang dimurkai Allah, seperti rizki yang barokah, meningkatnya kualitas ibadah, ni'mat beribadah dan lain-lain.

Sifat Rohman dan Rohimnya Allah adalah yang menyertai di dalam proses penciptaan alam karena Allah itu Maha Pemurah yang Maha Menciptakan dan diciptakannya alam semesta ini beserta isinya adalah bukti Allah itu Maha pemurah.

Ketika Allah menciptakan sesuatu adalah dengan irodahnya yakni kehendak bukan karena terpaksa dan setiap kehendak Allah itu tidak sepi daripada hikmah, seperti diciptakannya alam semesta beserta isinya dengan rinci dan detail yang memiliki fungsinya masing-masing untuk menyimbangkan kehidupan karena jika kita mau menela'ah tidak ada satupun yang diciptakan Allah dimuka bumi ini yang tidak seimbang semuanya memiliki keterkaitan untuk menyimbangkan kehidupan.

Maka daripada itu jangan pernah kita merusak keseimbangan dari ciptaan Allah karena Allah membenci orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini karena semua manfaat dari Alam adalah untuk manusia sedangkan merusaknya adalah bencana bagi manusia.

Allah menciptakan berbagai jenis pepohonan dengan beraneka macam buah-buahan dan biji-bijian, juga sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah karena Allah lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh makhluknya termasuk kita.

Sifat kasih sayang Allah yaitu yang menghendaki kebaikan ketika kita diuji oleh kesusahan, seperti ketika Allah menghendaki seorang yang mu'min sakit bukanlah dengan maksud kebencian tapi bentuk kasih sayang Allah agar orang tersebut mengingat Allah, dekat dengan Allah, sehingga di dalam sakitnya orang tersebut memperbanyak dzikir karena terbebas dari kesibukan duniawi, bukan dengan mengeluh.

Karena ni'mat yang paling besar yang dirasakan oleh orang mu'min yaitu ketika Allah menganugerahkan sifat Rohimnya sehingga kualitas ibadahnya orang tersebut meningkat dan merasakan ni'matnya ibadah.

Jadi semua yang diciptakan oleh Allah adalah fasilitas yang diberikan Allah kepada seluruh makhluk terutama kepada semua hamba-hambanya yang beriman, seperti adanya air untuk bisa diminum oleh semua makhluknya dan bisa digunakan untuk bersuci bagi orang mu'min agar bisa beribadah dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.


Tafsir ke 4

(مَالِك يَوْم الدِّين)
أَيْ الْجَزَاء وَهُوَ يَوْم الْقِيَامَة وَخُصّ بِالذِّكْرِ لِأَنَّهُ لَا مُلْك ظَاهِرًا فِيهِ لِأَحَدٍ إلَّا لِلَّهِ تَعَالَى بِدَلِيلِ لِمَنْ الْمُلْك الْيَوْم لِلَّهِ وَمَنْ قَرَأَ مَالِك فَمَعْنَاهُ مَالِك الْأَمْر كُلّه فِي يَوْم الْقِيَامَة أَوْ هُوَ مَوْصُوف بِذَلِك دَائِمًا كَغَافِرِ الذَّنْب فَصَحَّ وُقُوعه صِفَة لِمَعْرِفَةِ

(Yang menguasai hari pembalasan) 

Yaitu pembalasan dan bahwa hari pembalasan itu adalah hari kiamat kelak. Dan dikhususkan dengan menyebut-Nya karena bahwasanya tidak ada kerajaan yang nampak padanya bagi seseorang kecuali milik Allah Ta'ala dengan dalil "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Yaitu milik Allah." Dan orang yang membaca maliki maka ma'nanya yang memiliki perkara semuanya pada hari kiamat atau Dia (Allah) yang disifati yang demikian itu senantiasa, seperti sifat mengampuni dosa. Maka syahlah jatuhnya lafadz Maliki menjadi sifat bagi isim ma'rifat (Sifat-sifat Allah Al Hamdu, Robbi, Rohman, Rohim, malik dan lain-lain).


Allah yang Menguasai Hari Pembalasan

Hari pembalasan yaitu hari dimana seluruh amal mamusia dipertanggung jawabkan dihadapan Allah setelah hari kiamat yang wajib dipercayai oleh setiap mukalaf (muslim, berakal dan baligh).

Pada hari itu seluruh alam luluh lantah kecuali Allah yang tetap ada yang terakhir yakni satu-satu dzat yang hidup yang merajai semua alam kemudian oleh Allah manusia dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatanya selama hidup di dunia di hadapan Allah.

Kemudian dikhususkan dengan menyebut nama-Nya karena bahwasanya tidak ada kerajaan yang tampak padanya bagi seseorang kecuali milik Allah yakni mengimani bahwa makhluk itu fana dan akan musnah kecuali dzat Allah yang Maha kekal yang tetap menguasai seluruh alam di hari pembalasan sesuai dengan firman Allah di dalam Al Qur-an surat Ghofir ayat 16:

لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

"Milik siapakah kerajaan ini pada hari itu (hari kiamat)?, yaitu milik Allah."

Dan orang yang membaca "Maaliki" maka maknanya yang memiliki semua perkara pada hari kiamat yang artinya sifat Allah "Yang Mengusai" itu sifatnya tetap, senantiasa, tidak bermula dan tiada akhir.

Maka dengan demikian syahlah jatuhnya lafad Maaliki menjadi sifatnya Allah yakni yang Maha Menguasai bagi seluruh Alam termasuk menguasai ketika hari kiamat.

Allah memiliki nama-nama yang baik yang merupakan sifat yang layak bagi-Nya seperti Maha Terpuji, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Menguasai dan lain-lain yang pantas bagi dzatnya sebagai tuhan suruh alam.


Tafsir ke 5

(إيَّاكَ نَعْبُد وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين)
أَيْ نَخُصّكَ بِالْعِبَادَةِ مِن تَوحِيدِ وَغَيرِهِ وَبِطَلَبِ المَعُونَه على العبادة وغيرها

(Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan)

Artinya kami hanya menghkususkan Engkau ya Allah dengan beribadah daripada mentauhidkan Allah dan bukan selain-Nya dan dengan menuntut pertolongan atas ibadah dan lainnya.


Allah Satu-satunya Tuhan yang Wajib Disembah dan Tempat Memohon Pertolongan

Allah yang menciptakan, mengurus, mengawasi dan mengatur semua ciptaan-Nya diantaranya yaitu seperti rizki, baik yang lahir maupun yang batin yang kita dapatkan adalah dari Allah, maka sudah sepantasnyalah bahkan wajib bagi kita menyembah, memohon dan bersyukur hanya kepada Allah yang memiliki segalanya.

Artinya kita mengkhususkan mengabdi hanya kepada Allah, karena tujuan hidup seorang mu'min hanya satu yaitu mengabdi hanya kepada Allah meski dengan jalan hidup dan maqom yang berbeda-beda bagi setiap orang, sebagai bentuk mentauhidkan Allah.

Maka ketika kita sholat seyogyanya mengkhususkan hanya untuk Allah dan karena Allah bukan karena hal lain. Karena ketika kita mengangkat tangan bertakbirotul ihrom diawal sholat sebenarnya diharamkan mengingat kepada hal lain kecuali hanya mengingat Allah, artinya kita sadar bahwa kita sedang menghadap Allah dan sedang disaksikan oleh Allah.

Selain sholat seperti misalnya ikhtiar kita mencari nafkah adalah semata-mata karena menjalankan perintah Allah seperti menafkahi keluarga dan juga mentashorufkan harta kita dijalan Allah bukan tujuan untuk mengumpul-ngumpulkan harta agar bahagia di dunia tanpa memikirkan akhirat.

Kemudian memohon pertolongan kepada Allah atas ibadah dan lainnya, maka hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan khususnya agar bisa beribadah, karena hidayah dan taufik itu datangnya dari Allah.

Seperti yang dikatakan oleh imam Ibnu Athoillah bahwa jangan pernah kita merasa bangga karena bisa melaksanakan tho'at kepada Allah tapi bersyukurlah bahwasanya Allah yang menghendaki kita bisa melaksanakan tho'at dan ni'matnya ibadah, karena dengan membanggakan diri membuat kita ujub merasa mampu padahal makhluk itu tidak punya daya maupun upaya kecuali atas kehendak Allah.

Begitupun dalam perkara lain seperti memohon rizki hanya kepada Allah kita memohon dan berharap agar dibukakannya pintu rizki dan diberikan rizki dari jalan yang diridhoi oleh Allah.

Kemudian yang tidak boleh kita abaikan disaat memohon sesuatu kepada Allah yaitu harus diawali dengan memohon ampun karena kita adalah tempatnya salah dan dosa agar dosa-dosa dan kesalahan kita diampuni sehingga ada ridhonya Allah ketika kita meminta sesuatu kepada-Nya.

Seperti yang dilakukan oleh para kekasih Allah di dalam berbagai hikayat mereka selalu bermunajat dengan sungguh-sungguh dan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya karena merasa hina di hadapan Allah yang Maha Agung, bukan dengan bersikap biasa-biasa saja seperti meremehkan tanpa menitikan air mata sebagai cermin daripada lembutnya hati, karena tanda daripada kerasnya hati adalah sulitnya menangis.

Dan berdo'a adalah bagian dari ibadah karena ada perintah langsung dari Allah di dalam Al Qur-an surat Al Ghafir ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu. 

Maka berdo'alah jangan sampai kita tidak pernah memohon kepada Allah karena dengan kita tidak berdo'a menandakan bahwa kita ini sombong merasa mampu karena kekuatan sendiri sedangkan Allah membenci orang-orang sombong sebagaimana Fir'aun yang Allah murkai karena kesombongannya.

Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya selama terpenuhinya apa yang menjadi syarat-syarat di dalam berdo'a dan dalam hal ini ilmu fiqih dan ilmu tashowuflah yang menjelaskan secara rinci.


Tafsir ke 6

(اهْدِنَا الصِّرَاط الْمُسْتَقِيم)

أَيْ أَرْشِدْنَا إلَيْهِ وَيُبْدَل منه

(Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Kemudian dibadalkan daripadanya pada ayat berikutnya.


Tafsir ke 7

(صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ)

بِالْهِدَايَةِ وَيُبْدَل مِنْ الذين بصلته

(Jalan orang-orang yang telah engkau berikan ni'mat atas mereka)

Dengan hidayah, dan dibadalkan daripada lafadz Alladzina dengan silahnya akan lafadz yang berikutnya.


Tafsir ke 8

(غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهِمْ)

وَهُمْ الْيَهُود

(Bukan jalan orang-orang yang dimurkai atas mereka)

Yaitu mereka orang-orang Yahudi


Tafsir ke 9

(وَلَا)

وَغَيْر

(Dan bukan)

Dan selain


Tafsir ke 10

(الضَّالِّينَ)

وَهُمْ النَّصَارَى وَنُكْتَة الْبَدَل إفَادَة أَنَّ المهتدين ليسوا يهودا وَلَا نَصَارَى

(Orang-orang yang sesat)

Dan mereka itu adalah orang-orang Nasrani dan hal yang penting yang dibadalkan tujuannya yaitu untuk memberikan faedah akan bawasanya orang-orang yang dapat petunjuk itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan orang-orang Nasrani.


Hidayah Bukan Diberikan Kepada Orang yang Dimurkai Oleh Allah dan Bukan Bagi Orang Sesat

Seyogyanya kita memohon agar senantiasa diberikan petunjuk pada jalan yang lurus yaitu seperti jalan yang telah Allah berikan ni'mat kepada orang-orang sholih dan para kekasih-Nya yang istiqomah dalam beribadah.

Jadi hidayah (petunjuk) merupakan ni'mat yang diberikan oleh Allah kepada seorang mu'min dan harus diminta dan disambut, bukan bagi mereka yang mengambil jalan yang dimurkai oleh Allah seperti orang-orang Yahudi, dan bukan mereka yang mengambil jalan sesat seperti orang Nasrani.

Maka dengan demikian orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah bukanlah mereka orang-orang yang dimurkai Allah dan bukan mereka yang sesat yang keluar daripada tauhid dan mendustakan ayat-ayat Allah.


Penutup

Sebagai penutup tafsir surat Al Fatihah imam Jalaludin Al Mahali menambahkan:

وَاَللَّه أَعْلَم بِالصَّوَابِ وَإِلَيْهِ الْمَرْجِع وَالْمَآب وَصَلَّى اللَّه عَلَى سَيِّدنَا مُحَمَّد وَعَلَى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا دائما أبدا وحسبنا الله ونعم الوكيل ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya, ucapan salam yang banyak untuk selamanya. 

Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya karena pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Wallahu a'lam bishowab.

Sumber: kitab Jalalain (karya Imam Jalaludin Al Mahali dan Imam Jalaludin As Suyuti). 

Open Comments

Posting Komentar untuk "Tafsir Jalalain Al Fatihah Ayat 1-7 Allah Satu-satunya Tuhan yang Wajib Disembah dan Tempat Memohon Pertolongan"