Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Shohih Bukhori Hadits Ke 2 | Bagaimana Cara Rosulullah Menerima Wahyu?

Shohih Bukhori Hadits Ke 2 | Bagaimana Cara Rosulullah Menerima Wahyu?

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرّحمن الرّحيم


Shohih bukhori


Seperti yang kita ketahui dan telah dicatat oleh ulama ahli siroh, bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam menerima wahyu untuk pertamakalinya yaitu saat beliau berkholwat (menyepi, menjauh dari keramaian untuk mendekatkan diri pada yang Maha Pencipta) di goa Hiro dan disampaikannya wahyu yaitu oleh malaikat Jibril 'alaihi salam.


Sesungguhnya ada banyak pelajaran yang bisa dipetik di dalam fase kenabian Rosulullah Muhamad Sholallahu 'alaihi wasalam, diantaranya adalah pengabdian seorang istri nabi yakni sayidatu Khodijah rodhiyallahu 'anha yang setia menyiapkan bekal untuk suami tercintanya yaitu Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam setiap akan pergi berkholwat di goa Hiro'.


Kemudian ada yang meriwayatkan pula bahwa sayidatu Khodijah Rodhiallahu 'anha, Beliau rela berjalan kiloan meter demi untuk melayani suami yang sedang berkholwat di goa hiro, Beliau menenteng makanan untuk Rosulullah dengan menaiki gunung di usia beliau yang sudah senja dan masih banyak lagi pengorbanan beliau, sehingga saat Beliau wafat adalah saat-saat terberat bagi Rosulullah karena harus kehilangan istri yang sangat Beliau cintai dan banyak berjasa bagi Rosulullah dalam perjuangan Beliau menegakan syari'at Islam.


Sungguh Maha Sempurna Allah atas segala kuasa dan kehendak-Nya yang telah mengutus seorang Rosul dari kaum dan keluarga dan keturunan yang terjaga kerhormatannya, yang telah menjadikan seorang yang umiy (yang tak pernah belajar baca-tulis) dan terpercaya sebagai Rosul untuk menjaga kesucian dan kebenaran akan isi kandungan Al-qur'an.


Dalam pembahasan sifat duapuluh yaitu sifat kalam, telah dijelaskan bahwa Al-qur'an itu kalam Allah yang bersifat qodim (dahulu/sudah ada sebelum adanya sesuatu) yang sudah ada sebelum alam jagatraya ini diciptakan dan sebagaimana telah diketahui bahwa dulu Imam Hambali dipenjara dan disiksa oleh rezim Abassiyah Bagdad karena bertahan dengan pendapatnya bahwa Al-qur'an itu kalam Allah yang sifatnya qodim bukan makhluq/hadis yang bersifat hudus (baru).


Al-qur'an Allah turunkan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam sesuai irodah/kehendak Allah, yang Allah sesuaikan dengan laju takdir manusia agar manusia dapat mengambil hikmah pelajaran, sehingga turunnya wahyu itu tidak berurutan sebagaimana mushaf Al-qur'an yang telah disusun oleh sayidina Utsman bin 'Afan Rodhiyallahu 'anhu secara berurutan dari awal surat Al-fatihah dan diakhiri surat An-nas.


Terkait wahyu yang turun kepada Rosulullah Sholallahu 'alaihi wasalam, kemudian muncul pertanyaan yakni dari salah-seorang sahabat nabi, "bagaimana caranya wahyu turun kepada Rosulullah?"


Di dalam kitab shohih bukhori hadits kedua pada bab Permulaan Wahyu disebutkan bahwa :

حدّثنا عبدالله بن يوسف قال اخبرنا مالك عن هشام بن اروة عن ابيه عن عائسة امّ المؤمنين رضي الله عنها انّ الحارث بن هشام رضي الله عنه سأل رسول الله صلّى الله عليه وسلّم فقال : يا رسول الله كيف يأتيك الوحي ؟ فقال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : احيانا يأتيني مثل صلصلة الجرس وهو اشدّه عليّ فيفصم عنّي وقد وعيت عنه ما قال واحيانا يتمثّل لي الملك رجلا فيكلّمني فأعي ما يقول قالت عائشة رضي الله عنها ولقد رايته ينزل عليه الوحي في اليوم الشّديد البرد فيفصم عنه وإنّ جبينه ليتفصّد عرقا

Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari ayahnya, dari Aisyah Ibunya orang-orang yang beriman, bahwa Alharits bin Hisyam bertanya kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam : 


"Wahai Rosulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?" Maka Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam menjawab : 

"Terkadang datang kepadaku seperti suara bergemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku, maka aku ikuti apa yang diucapkannya." 


Aisyah berkata : 
"Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau sholallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin, lalu terhenti dan aku lihat dahi beliau mengucurkan keringat."


Demikian yang dijelaskan nabi kepada sahabat tentang bagaimana wahyu diturunkan kepada Beliau di dalam hadits yang disusun oleh Imam Bukhori dengan sanad yang tersusun dan bersambung kepada Rosulullah dan diriwayatkan oleh sayidatu 'Aisyah Rodhiyallahu 'anha.


Hikmah yang bisa kita ambil dari turunnya wahyu adalah bahwa Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam itu sebagai dalil adanya manusia/makhluq yang bisa mengerti kalamnya Allah dan perlu diingat bahwa di dalam aqidah Ahlu Sunah wal Jama'ah bahwa kalam Allah tidak berupa suara ataupun aksara karena Allah tidak serupa dengan makhluq karena tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya "laisa kamslihi syai'un" yang bersifat "mukholafatu lilhawaditsi".


Diterimanya wahyu oleh Rosulullah adalah dalil bahwa ada manusia/makhluq yang bisa ma'rifat kepada Allah, dalil bahwa ma'rifat kepada Allah itu melalui proses bimbingan sang pembimbing (mursyid) dalam hal ini Jibril adalah pembimbing bagi Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam dan Rosulullah sholallahu 'alaihi wasalam adalah sebaik-baiknya contoh untuk diteladani bagi seluruh manusia khususnya kaum Muslimin.


Adapun "suara gemerincing lonceng" yang disebutkan Rosulullah di dalam haditsnya adalah bahasa majazi yang tidak berarti yang sesungguhnya kemudian disebutkan oleh beliau "lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan." Mengertinya beliau jangan diartikan bahwa nabi telah mendapat bisikan dari Allah.


Ada hal-hal yang dilarang oleh syari'at untuk dijelaskan kepada hal layak umum secara gamblang, termasuk kalam Allah. Karena ini masuknya dalam ranah ilmu hakikat bagi orang-orang yang sudah ma'rifat kepada Allah, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata maupun aksara, karena bahasa sirri bukan datang dari mulut atau aksara, bukan berupa suara ataupun kata-kata. 


Adalah guru-guru mursyid di dalam majelis thoriqoh yang mempunyai haq dalam menjelaskan perkara-perkara bangsa sirri yang menjadi bagian dari ilmu tashowuf. Bagi kita cukup mengimani keRosulan Muhamad sholallahu 'alaihi wasalam dengan mengikuti sabda dan sunah-sunahnya melalui bimbingan guru-guru kita.


Kiranya hanya itu yang bisa kami sampaikan dalam posting kami kali ini,mohon ma'af jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penyampaian, mudah-mudahan ada manfaat.

Wallahu a'lam bishowab.


Sumber :
• Sohih Bukhori bab Permulaan Wahyu.
Open Comments

Posting Komentar untuk "Shohih Bukhori Hadits Ke 2 | Bagaimana Cara Rosulullah Menerima Wahyu?"