Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Ridho Dalam Menerima Rizki

Ridho Dalam Menerima Rizki

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Masih melanjutkan bahasan sebelumnya tentang menampakan rasa syukur kepada Allah dengan mengenakan pakaian yang mewah dan makanan atau minuman yang lezat, yang pada posting sebelumnya kami beri judul, Bolehkah Menampakan Kemewahan Dalam Bersyukur?


Mensyukuri Ni'mat Dari Makanan

Selanjutnya mualif mengutip perkataan Syekh Hasan Syadzili Rohimahullahu Ta'ala yang berkata kepada sahabat-sahabatnya : 

Makanlah dari makanan yang paling baik, dan minumlah dari minuman yang paling lezat, dan tidurlah diatas kasur yang paling empuk, dan kenakanlah pakaian yang paling lembut.

Sesungguhnya salah-satu diantara kalian jika berbuat yang demikian, maka akan berkata, "alhamdulillah". Bahwasanya dia mengabulkan tiap anggota tubuh di dalam perbuatannya itu untuk bersyukur.

Berbeda dengan orang yang makan roti gandum dengan garam dan dia memakai pakaian yang jelek, dan dia tidur di atas tanah, dan dia minum dengan air yang sekedar tawar dan hangat, kemudian dia berkata, "alhamdulillah".

Sesungguhnya dia berkata yang demikian itu (mungucap alhamdulillah) dengan rasa tidak senang dan marah-marah dan murka atas takdir Allah.

Jikalau, bahwa sesungguhnya dia melihat dengan mata bashiroh dia menemukan rasa jijik dan murka yang ada pada sisinya, maka dia unggul di dalam dosa daripada orang yang menikmati dunia tetapi dengan keyakinan kepada Allah.

Sesunggungnya orang yang bernikmat-nikmat dengan dunia itu adalah melakukan apa yang dimubahkan oleh Allah yang Maha Haq Subhanahu wa Ta'ala, dan barangsiapa yang di sisinya merasa jijik dan murka, maka dia telah melakukan apa yang diharamkan oleh Allah 'Aza wa Jalla yang Maha Haq.

Minahus saniyah


Demikian yang dikatakan oleh seorang pelopor Thoriqoh Syadziliyah yakni Syekh Hasan Syadzili, yang bisa kita petik pelajaran, bahwa tidak boleh bersu'udzhon kepada orang atas dasar melihat dzhohirnya.

Bisa jadi orang yang kita anggap bersenang-senang dengan dunia itu lebih baik daripada orang yang hanya bisa makan tahu-tempe dengan nasi dan garam. Karena yang perlu dibenahi di sini adalah sikap batin bukan perilaku dzohir.


Jangan Memandang Jijik Terhadap Rizki

Di dalam menanggapi segala persoalan hidup, hal yang harus dijaga adalah aqidah. Jangan sampai karena alasan ekonomi kita bersebrangan dengan aqidah. 

Allah lah yang menghendaki segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang dikehendaki Allah, rasa syukur jangan sampai hilang atau dipaksakan sekedar mengucap “alhamdulillah".

Allah tidak akan menilai ucapan Alhamdulillah seseorang yang hatinya mengomel atau memandang jijik terhadap rizki dari Allah yang dianggapnya kecil dan tidak berharga, akan tetapi yang dinilai oleh Allah adalah qolbu seorang hamba ketika mengucap syukur disertai dengan perasaan ridho.

Orang yang merasa jijik terhadap rizki yang diberikan oleh Allah sesungguhnya dia telah melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala dengan resiko mendapatkan azab yang pedih, sebaliknya jika orang tersebut bersyukur disertai perasaan ridho terhadap apa yang  Allah berikan, maka Allah akan menambahkan ni’mat kepadanya.

Sebaliknya seseorang yang terlihat bernikmat-nikmat dengan dunia belum tentu orang tersebut lalai dalam bersyukur, bisa jadi orang tersebut sengaja agar anggota tubuhnya itu merasakan ni’mat yang Allah berikan sehingga timbul rasa syukur atas ni’mat yang dirasakan oleh seluruh anggota tubuh.

Seperti yang dikatakan oleh Syekh Hasan Syadzili di atas, bahwa tidak ada yang salah atas orang yang menikmati dunia, karena yang demikian itu hukumnya mubah, yang harus disiasati adalah bagaimana agar yang mubah ini bernilai pahala?

Dari apa yang dijelaskan di atas, kita bisa ambil kesimpulan bahwa menunjukan rasa syukur kepada Allah dengan menikmatinya itu tidak apa-apa selama kita mengaitkan hati kita dan memandang hanya kepada Allah, jangan cuma disaat susah saja kita memandang Maha Pemurahnya Allah sambil mencucurkan airmata, tapi disaat senang lupa kepada Allah.

Selama yang kita cari adalah ridhonya Allah, maka qolbu kita terlatih untuk bisa ridho menerima segala keputusan Allah dan ikhlas dalam beribadah, dengan begitu kita sudah melaksanakan apa yang kita imani yaitu percaya terhadap qodho’ dan qodar, entah itu baik atau buruk hakikatnya dari Allah.


Tanbih

Menyoroti masalah rizki, guru kami berkata : jangan mengidentikan ni’mat atau rizki itu dengan uang, karena di jaman sekarang ekonomi di Indonesia jauh lebih baik dibandingkan tahun 50an, tapi iklimnya jauh lebih panas jaman sekarang karena kita ini kebanyakan kufur ni’mat, jika tidak berupa uang kita sering lupa untuk mensyukuri ni’mat.

Dunia hanyalah kendaraan karena tujuan kita dalam hidup cuma satu yaitu mengabdi hanya kepada Allah dengan bermacam-macam jalan yang tentunya jalan yang dicontohkan oleh Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam, dan ini yang oleh guru kami artikan sebagai thoriqoh dan tashowuf.

Jangan sampai dunia menjerumuskan kita kedalam dosa dan yang namanya dunia bukan berarti harta saja, bisa jabatan, pekerjaan, istri, anak dan lain sebagainya. Penjelasannya ada pada postingan kami sebelumnya Jangan Mencintai Dunia dan Pengertian Dunia.

Memang tidak mudah untuk bisa menghilangkan kecenderungan terhadap dunia jika mengikuti mereka para waliyullah, akan tetapi disini Mu’alif menghimbau dan memberi peringatan kepada umat Islam akan dampak dari cinta dunia.

Kemudian selain daripada itu, sudah menjadi bagian dari tugas Ulama untuk menyampaikan ilmu selain mengamalkannya terlebih kepada murid-muridnya sebagai bentuk rasa sayang terhadap para muridnya agar tidak terjerumus ke dalam dosa.


Penutup

Tak akan ada hasil tanpa adanya usaha dan kata tidak bisa hanya keluar dari pendapat orang yang tidak mau berusaha bahkan tidak pernah, maka melalui guru kita dibimbing dengan bertahap untuk melalui jenjang yang kita anggap tidak bisa.

Demikian yang dapat kami sampaikan yang bisa kita ambil pelajaran dan mudah-mudahan ada manfaat.

Wallahu a’lam bishowab.


Open Comments

Posting Komentar untuk "Ridho Dalam Menerima Rizki"