Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kisah Sayidina Ali Yang Memuliakan Seorang Kakek-kakek Nasrani

Kisah Sayidina Ali Yang Memuliakan Seorang Kakek-kakek Nasrani

Daftar Isi Artikel: Tampilkan

 بسم الله الرّحمن الرّحيم


Hadits ke tiga

Hadits ke tiga dari empat puluh hadits yang yang disebutkan oleh syekh Muhammad bin Abi Bakar rohimahullahu ta'ala di dalam kitab Al Mawaidhz Al Ushfuriyah yaitu hadis dari Anas bin Malik yang menyebutkan:

قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: ان الله تعالى ينظر إلى وجه الشّيخ صباحا ومساء ويقول يا عبد قد كبر سنك ورق جلدك ودق عظمك واقترب أجلك وحان قد ومك إلى فاستحي مني فانا أستحي من سيبتك أن أعذبك في النّار

Nabi sholallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memandang kepada wajah orangtua pada waktu pagi dan sore, kemudian Allah berkata wahai hambaku telah tua usiamu, telah keriput kulitmu, telah rapuh tulang-tulangmu, dan telah dekat ajalmu dan masuk masamu untuk menghadapKu, maka merasa malulah engkau terhadapKu bahwa Aku malu disebabkan usia tuamu untuk menyiksamu di dalam neraka."


Jangan Lalai Beribadah di Hari Tua

Hadits diatas menjelaskan tentang anjuran kepada seseorang ketika di usia senjanya yang sangat dekat dengan kematian agar jangan sampai ketika meninggal masuk neraka karena kelalaiannya dalam ibadah, karena sesungguhnya Allah sendiri merasa sungkan menyiksa hambanya yang sudah tua renta di siksa di dalam neraka karena dosa-dosanya.

Seperti hadits yang kedua, hadits yang ke tiga ini juga menunjukan sifat welas asihnya Allah meski Dia adalah Dzat yang Maha Menyiksa akan tetapi tidak menghilangkan kasih sayangnya kepada hamba-hambanya, namun karena dosa-dosa hamba-Nya lah sifat Rohman dan Rohimnya Allah terhalang untuk menyelamatkan orang tersebut dari siksa api neraka.

Melihatnya Allah kepada hamba-hambanya jangan disamakan dengan makhluk yang melihat dengan pandangan mata tapi melihatnya Allah dengan sifat Bashornya yakni Maha Melihat karena Allah tak membutuhkan bantuan indera penglihatan dikarenakan Allah itu Maha Kuasa karena tidak mungkin dikatakan Maha Kuasa bila Allah butuh sesuatu karena ketidak mampuan Allah dan ini mustahil.

Adapun pagi dan sore adalah batas waktu bagi manusia antara dimulainya hari dan bergulirnya hari dari siang menjadi malam yang berlalu dan harus diisi dengan ibadah agar tak merugi karena Allah senantiasa mengawasi, bukan batasan bagi Allah untuk dekat dengan hambanya karena Allah itu sangat dekat dengan hamba-hambanya.

Al mawaidhz Al Ushfuriyah
Pinterest


Kisah Sayidina Ali yang Memuliakan Seorang Kakek-kakek Nasrani

Di dalam kitabnya mu'alif menambahkan sebuah hikayat sebagai i'tibar untuk kita bahwa Allah mencintai hambanya yang memuliakan orang yang lebih tua.

Diceritakan suatu ketika sayidina 'Ali karomallahu wajhah hendak berangkat sholat subuh berjama'ah ketika Beliau sedang tergesa-gesa berjalan di jalan gang sempit menuju masjid, di tengah perjalanannya beliau terhalang oleh seorang kakek-kakek yang berjalan sangat pelan.

Dengan sabar sayidina Ali berjalan di belakang kakek-kakek tersebut yang jalannya sangat pelan karena usianya yang telah lanjut tanpa mendahuluinya sehingga waktu sholat subuh hampir-hampir terlewatkan, kemudian tibalah keduanya di depan masjid.

Kakek-kakek tadi yang berjalan di depan sayidina 'Ali malah berbelok arah tidak masuk ke masjid, ternyata kakek-kakek tadi seorang Nasrani dan sikap sayidina Ali tak mengurangi rasa hormat beliau kepada orang yang sudah sepuh, beliau tidak ngedumel tidak kesal.

Ketika sayidina 'Ali masuk masjid, beliau melihat Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam sedang mengimami sholat dalam posisi ruku, namun ada yang berbeda dengan ruku Beliau kali ini, Bliau menahan ruku'nya cukup lama seukuran duakali ruku, sehingga sayidina 'Ali bisa menyusul sholat berjama'ah subuh bersama Rosulullah.

Sholat berjama'ah di jaman Rosulullah dan di jaman sahabat jangan disamakan dengan kita yang biasa baca surat falaq-binnas atau yang agak panjang surat wadhuha, tapi surat yang dibaca Rosulullah dan Sahabat adalah surat-surat panjang sehingga waktu subuh dan waktu magrib di jaman mereka adalah waktu yang dianggap singkat untuk sholat.

Setelah selesai sholat seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah; "Wahai Rosulullah kenapa di dalam sholat tadi engkau memanjangkan ruku, padahal engkau tidak pernah melakukan hal seperti itu?"

Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam menjawab; "Ketika aku ruku dan membaca subhana robiyal a'dzhim wabihamdihi seperti biasanya, kemudian hendak mengangkat kepalaku tiba-tiba malaikat Jibril 'alaihis salam menahan punggungku dengan sayapnya dengan waktu yang cukup lama."

Kemudian sahabat kembali bertanya, "Kenapa malaikat Jibril melakukan itu?"

Rosulullah menjawab; "Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu."

Setelah Rosulullah selesai berbicara menjawab pertanyaan sahabat, kemudian Jibril datang kepada Rosulullah menyampaikan wahyu dari Allah, bahwa alasan Jibril menahan punggung Rosulullah ketika ruku karena sesungguhnya sayidina Ali dalam keadaan tergesa-gesa saat menuju sholat berjama'ah.

Dijelaskan pula oleh Jibril bahwa ketika di tengah jalan sayidina 'Ali bertemu dengan seorang kakek-kakek Nasrani dan dia tidak tahu bahw kakek-kakek tersebut adalah seorang Nasrani, namun dia memuliakan kakek tersebut karena usianya yang sudah lanjut.

Itulah sebab kenapa Jibril menahan punggung Rosulullah menggunakan sayapnya ketika ruku karena Allah memerintahkannya supaya sayidina 'Ali bisa ikut sholat berjama'ah subuh bersama Rosulullah.

Tidak hanya itu, selain mengutus malaikat Jibril untuk menahan punggung Rosulullah ketika ruku, Allah juga memerintahkan kepada malaikat Mika'il untuk menahan matahari agar jangan dulu terbit supaya sayidina Ali tidak ketinggalan waktu sholat subuh dan berjama'ah bersama Rosulullah.

Allah menolong hambanya yang berjalan di jalan Allah yang niat karena Allah dengan cara yang sangat luar biasa yang tidak sepi daripada hikmah.


Hikmah

Dengan melihat apa yang dialami oleh sayidina 'Ali di dalam kisahnya dapat diambil pelajaran bahwa sampai sebegitunya Allah memandang hambanya yang sudah tua renta dengan tidak memandang orang tersebut dengan murka meski mendapat azab atas perbuatannya sendiri, tapi sebenarnya Allah sungkan untuk menyiksa orang tersebut di dalam neraka.

Kemudian tidak sampai disitu, Allah juga sangat mencintai hambanya yang menghormati orang yang lebih tua dengan adab yang terpuji sehingga dicontohkan oleh sayidina Ali kemudian Allah memberikan karomah kepada sayidina Ali dengan diberikannya waktu agar bisa sholat berjama'ah dengan Rosulullah dengan cara yang sangat luar biasa.


Hikayat Seoarang Guru di Usia Senjanya yang Ingin Memerdekakan Seorang Budak yang Sudah Tua Renta

Juga dituliskan oleh mu'alif di dalam kitabnya sebuah Hikayat yang menceritakan tentang gurunya Abu Mansyur Al Maturidi sebelum wafat sebagai i'tibar untuk kita ternyata memuliakan orang yang sudah tua itu sangat dicintai Allah, lalu siapakah Abu Mansyur Al Maturidi?

Abu Mansyur Al Maturidi adalah seorang pelopor dalam Islam yang mengemukakan kaidah-kaidah tentang sifat-sifat Allah seperti halnya Abu Hasan Al Asy'ari yang juga berjasa dalam ilmu aqidah Islam ahlu sunnah waljama'ah sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan kitab tijan Ad Darori tentang sifat 20 pada artikel kami yang lain.

Diceritakan bahwa sebelum gurunya imam Abu Mansyur Al Maturidi wafat beliau dipanggil oleh gurunya yang sudah berusia lanjut menginjak usia 80 tahun, kemudian gurunya itu memerintahkan kepada beliau untuk mencari orang yang sudah sangat tua yang menjadi budak agar orang tua tersebut dibebaskan dari perbudakan dengan membeli budak tersebut.

Maka pergilah Abu Mansyur Al Maturidi mencari seorang budak yang sudah tua yang usianya sekitar 80an yang sebaya dengan gurunya, namun setelah beliau mencari kemana-mana tak ditemukan malah dapat cemo'ohan dari orang-orang karena tidak mungkin ditemukan seorang budak pun di usia yang lanjut seperti itu, karena sejahiliyahnya orang Arab tidak mempekerjakan seorang budak yang sudah tua yang tenaganya sudah tidak bisa dimanfaatkan.

Kemudian Abu Mansyur Al Maturidi akhirnya kembali menemui gurunya dan memberitahukan bahwa tidak ada satupun budak yang ditemukan di usia yang sudah sangat tua, ternyata apa yang diperintahkan oleh seorang guru ini merupakan sebuah pembuktian kepada dirinya bahwa tidak ada budak di dunia ini yang sebaya dengan dirinya.

Setelah Abu Mansyur berbicara kepada gurunya, kemudian gurunya itu meletakan kepalanya ke tanah (sujud) dan bermunajat kepada Allah:

"Ya Allah di dunia ini saja semua orang sudah tahu apabila seorang budak yang sudah sangat tua tidak akan dibebankan oleh hal-hal yang memberatkannya sebagai budak, akan tetapi mereka akan memerdekakannya."

"Kini usiaku sudah mencapai delapan puluh tahun, bagaimana mungkin engkau tidak akan memerdekakanku dari api neraka sedangkan engkau adalah Maha Pemurah, Maha Dermawan, Maha Agung, Maha pemberi Ampun, Maha Menerima Syukur, masa iya engkau tega terhadapku ya Allah?

Dengan keindahan munajat yang diucapkan oleh sang guru, maka Allah membebaskan beliau dari siksa api neraka.


Penutup

Dari kedua hikayat di atas lagi-lagi Allah menunjukan bahwa Dia adalah Maha pemurah yang sangat mencintai hamba-hambanya yang pemurah, sehingga tak segan-segan bagi Allah memperlakukan hamba-hambanya yang berbelas kasih terhadap sesamanya.

Kemudian bila kita perhatikan betapa indah munajat yang diucapkan oleh para wali-wali Allah sementara Allah Maha Lembut, Maha Pemurah dan Maha Pemberi Ampun sehingga ketulusan dari munajat seorang hambanya menjadi sebab terbebasnya orang tersebut dari siksa api neraka. Semoga kita termasuk orang yang memuliakan orang yang lebih tua, amin.

Wallahu a'lam bishowab


Sumber: Kitab Al Mawaidzh Al Ushfuriyah.

Open Comments

Posting Komentar untuk "Kisah Sayidina Ali Yang Memuliakan Seorang Kakek-kakek Nasrani"